Sabtu, 26 November 2016

Waspada Ancaman Teror Desember 2016 dan Tahun Baru 2017

Dalam artikel Politik, Agama, dan Intelijen, Blog I-I pada poin ke 2 analisa dalam artikel tersebut mengungkapkan adanya kehadiran kelompok Islam Garis Keras dalam demonstrasi 4 November 2016, dimana kelompok tersebut baik yang berafiliasi kepada jaringan pecahan JI maupun yang telah berbaiat kepada ISIS tidak tampak menciptakan kerusuhan. Kapolri Tito Karnavian juga telah menyampaikan hasil moniotring Polisi tentang Kelompok Garis Keras yang ikut menumpang demonstrasi 4 November 2016. Namun baru pada 26 November 2016, Polri mengumumkan telah menangkap 9 anggota ISIS yang mendompleng dan membuat teror terkait demontrasi 4 November lalu. Setelah mengungkapkan masalah "makar," sekarang Polri juga telah mengambil langkah penangkapan "anggota ISIS". Diantara "anggota ISIS" yang ditangkap tersebut bernama Saulihun Alias Abu Musaibah, Alwandi Alias Aseng, Wahyu Widada, Ibnu Aji Maulana, Reno Suharsono Alias Alex, Dimas Adi Syahputra, Fuad Alias Abu Ibrahim, dan Agus Setiawan.  Polri melalui Kadiv Humas Boy Rafli Amar menegaskan bahwa Polisi tidak menemukan adanya kaitan antara sembilan anggota ISIS tersebut dengan para pemimpin massa Aksi Bela Islam tersebut. Mereka hanya memancing kericuhan 4 November dan berusaha melakukan perampasan senjata api, tapi karena petugas tidak bawa senjata api, gagal,

Blog I-I dapat mengkonfirmasi keikutsertaan kelompok Islam Garis Keras dalam Demonstrasi 411, namun pengamatan Blog I-I "meragukan" keterlibatan mereka yang disebutkan "anggota ISIS" sebagai mendompleng demo 411 memancing kerusuhan. Mengapa? Alasan terkuat adalah bahwa hal itu bukan pola kegiatan pengikut ISIS apalagi dinyatakan "memancing kerusuhan." Mereka yang menempuh jalur jihad kekerasan apalagi masuk dalam jaringan JI atau sekarang yang berbaiat kepada ISIS apabila telah terlatih, maka dalam melaksanakan aksinya tidak akan lemah seperti menyusup dalam demonstrasi menciptakan kerusuhan. Kemungkinan pemanfaatan oleh kelompok teroris adalah langsung membunuh polisi dengan membawa senjata sebagaimana sejumlah kasus serangan dan pembunuhan terhadap polisi, atau menjadi pengantin meledakan diri dengan merangsek langsung ke dalam kerumuman polisi yang menjaga jalannya demonstrasi. Kemungkinan lainnya adalah dengan melakukan serangan bom secara simultan atau acak kepada sasaran yang lemah pengamanan seperti gereja-gereja atau tempat keramaian seperti pusat perbelanjaan pada saat bersamaan dengan kegiatan demonstrasi.

Benar bahwa pada saat demo 411, sebagian orang-orang yang terdeteksi sebagai bagian dari Islam Garis Keras  posisinya berada bersama-sama kelompok Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan beberapa terlibat dalam kerusuhan. Namun demikian, dinamika ketegangan yang terjadi dalam kerumunan massa HMI yang berhadapan dengan Polisi yang berjaga-jaga secara umum sesungguhnya masih wajar. Bahkan dalam prosedur tetap pengendalian massa, apa yang ditempuh oleh Polisi juga masih wajar termasuk ketika menembakkan gas air mata. Dengan demikian dinamika benturan fisik yang memakan korban luka-luka pada saat massa HMI (yang merupakan campuran termasuk dari sebagian elemen Islam Garis Keras) berhadapan dengan Polisi dalam analisa paska kerusuhan adalah termasuk dinamika demonstrasi. Sebagaimana Blog I-I pernah ungkapkan, hal yang tidak wajar adalah pembakaran mobil Polisi dan penjarahan di Penjaringan. Apabila Polisi dapat membuktikan siapa pelaku-pelakunya, maka mereka itulah provokator utamanya. Dengan demikian, Blog I-I beranggapan bahwa andaipun 9 orang yang ditangkap Polisi adalah anggota ISIS, maka ada dua kemungkinan yakni (1) mereka belum cukup terdoktrin dan belum memiliki karakter teroris dengan skill keahlian yang berbahaya; (2) mereka murni menyuarakan aspirasi yang sama dengan para demonstran lainnya, namun karena semangat yang berlebih-lebihan terbawa kepada suasana demonstrasi yang emosional sehingga terlibat dalam benturan dengan Polisi. Bahwa mereka tidak membawa pedang, pisau, senpi, bom untuk membunuh polisi atau menciptakan kekacauan merupakan bukti dari 2 poin Blog I-I tersebut.

Sesungguhnya Blog I-I telah menerima masukan dan keluhan dari jaringan Muslim Blog I-I termasuk dari kalangan Islam Garis Keras yang mempertanyakan langkah-langkah Polisi. Pertama kajian potensi makar Blog I-I sangat jelas dalam rentang waktu yang lebih panjang melalui proses pengkondisian dan potensi tersebut indikasinya belum cukup dalam menciptakan momentum menjatuhkan Presiden Jokowi. Namun Polisi telah terburu-buru menuduh adanya rencana makar pada 2 Desember 2016. Kedua tentang keterlibatan kelompok Islam Garis Keras yang bergabung dengan demonstrasi 411, hal itu seharusnya dilihat sebagai pencairan hubungan antara Islam Garis Keras dan Islam Moderat yang bersatu menuntut keadilan dari kasus penistaan agama yang awalnya dilindungi Pemerintah. Namun sekarang Polisi justru menuduh mereka yang masuk dalam kategori Islam Garis Keras yang telah berbaiat kepada ISIS telah mendompleng memancing kerusuhan. Lebih jauh lagi 9 orang yang ditangkap tersebut langsung dilabelkan teroris berdasarkan niat rebut senjata petugas di aksi 411. Sebuah logika yang sepintas tampak cerdas, namun hakikatnya pembodohan luar biasa kepada publik. Dengan sangat terpaksa Blog I-I mengungkapkan hal ini guna meredam jaringan Muslim Blog I-I yang saat ini menyatakan akan berlepas tangan dan memutuskan untuk tidak lagi menyampaikan informasi kepada Blog I-I, apabila Polisi terus-menerus mengambil langkah-langkah melindungi Ahok dengan menggembosi Aksi Bela Islam yang murni.

Menggembosi rencana demonstrasi 2 Desember 2016 sah-sah saja apabila caranya komunikatif, persuasif dan penuh dengan konstruksi kebaikan dengan menghindari fitnah dan prasangka buruk. Melabelkan seseorang atau sekelompok orang sebagai teroris sebelum terbukti secara hukum melakukan tindakan teroris, sama saja dengan memojokkan orang dan kelompok tersebut untuk menerima hakikat dirinya sebagai teroris. Hal itu menciptakan rasa tidak percaya yang sangat tinggi di kalangan umat Islam yang gigih memperjuangkan nilai-nilai Islam baik melalui jihad yang sesuai syariah maupun jihad kekerasan yang berlebih-lebihan. Lebih jauh lagi, apabila Polisi tidak berhati-hati maka pengkambinghitaman ancaman "terorisme" dan "makar" dalam Aksi Bela Islam, maka hal itu justru memperkuat perlawanan dan memicu lahirnya generasi teroris yang sungguhan. Bahkan memancing mereka yang telah bertaubat dari  jihad kekerasan untuk kembali mengobarkan semangat jihad kekerasan, Wallahu alam Blog I-I berserah diri kepada Kekuasaan Allah SWT.

Blog I-I awalnya sangat apresiatif kepada Polri karena selain telah sejalan dengan masukan-masukan Blog I-I, juga tampak serius dalam menjalankan tugasnya secara profesional dan independen serta bebas intervensi politik penguasa. Namun dari perkembangan yang ada Blog I-I menyampaikan kekecewaan yang luar biasa kepada Polri dan Intelijen. Artikel ini adalah yang terakhir terkait kasus Ahok sejalan dengan permintaan jaringan Blog I-I agar berlepas tangan dari apa yang akan terjadi dan berkembang dalam tiga bulan ke depan. Mohon maaf kepada pembaca setia dan sahabat Blog I-I yang selalu menantikan kajian-kajian dari Blog I-I atas perkembangan ini.

Panjang lebar tulisan di atas belum terkait pada informasi terakhir yang diterima Blog I-I tentang Ancaman Teror Desember 2016 dan Tahun Baru Januari 2017.
 
Terkait dengan dinamika proses hukum kasus penistaan agama yang rawan intervensi politik penguasa dan cenderung meminggirkan aspirasi umat Islam, bersama ini Blog I-I ingin menyampaikan peningkatan kerawanan serangan teror yang akan terjadi pada bulan Desember 2016 dan Januari 2017. Polisi, khususnya Densus 88 telah melakukan deteksi dini dan cegah dini yang baik melalui sejumlah penangkapan dari jaringan teror bom gereja Samarinda, dan beberapa elemen Islam Garis Keras yang juga menyampaikan aspirasinya bergabung dengan Aksi Bela Islam.

Kebencian, kekecewaan, kemarahan dan rasa tidak adil yang berkembang dari kasus penistaan agama bagi kelompok teroris hakikatnya bukan masalah pemanfaatan ataupun provokasi untuk kerusuhan atau makar karena mereka tidak melihat adanya peluang dari mayoritas umat Islam Indonesia untuk bergerak bersatu memperjuangkan syariat Islam dan membentuk negara Islam. Namun demikian, situasi sosial politik yang hangat atau bahkan panas memberikan peluang kelengahan aparatur negara dalam monitoring kelompok teroris, sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan teror dan melaksanakan aksi teror tanpa terdeksi oleh aparat keamanan. Selama hiruk-pikuk kasus penistaan agama, perhatian masyarakat Indonesia tersedot ke dalam perdebatan kasus penistaan agama dan intervensi politik yang mewarnainya. Beberapa kegiatan kelompok teroris tampaknya kurang terekam baik oleh aparat keamanan, sehingga propaganda Polisi tentang kewaspadaan terhadap kelompok Islam Garis Keras dikaitkan dengan demo Aksi Bela Islam. Hal ini jelas jauh dari kenyataan dan fakta-fakta sejarah bagaimana kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam bergerak selama ini. Apakah telah terjadi perubahan? Kemungkinan ini teramat sangat kecil.

Singkat kata, peningkatan kemungkinan ancaman teror pada Desember 2016 dan Januari 2017 harus menjadi perhatian serius pemerintah, khususnya aparat keamanan. Jangan nanti bila telah terjadi serangan teror, aparat keamanan dianggap kecolongan dan lain sebagainya. Namun bila tidak terjadi serangan teror, niscaya hal itu hasil dari kerja keras aparat keamanan khususnya Polisi, BIN, BNPT, Densus 88, dan segenap aparat keamanan pada level pusat hingga daerah.

Tentang ancaman teror pada bulan Desember 2016 dan Januari 2017, potensinya ada, namun tentang sasaran dan waktu persisnya terus mengikuti perkembangan. Potensi sasaran adalah mengikuti pola-pola lama yaitu gereja dan tempat keramaian. Oleh karena itu, mohon kiranya kepada jemaat gereja di seluruh Indonesia yang mendapati adanya oknum atau seseorang yang mencurigakan segera difoto atau lebih baik lagi bila ada cctv untuk pastikan ada rekaman tindak-tanduk mencurigakan dari oknum tersebut. Biasanya ciri-cirinya berpenampilan dan berpakaian wajar membawa smartphone dan banyak mengambil foto serta tidak dikenali sebagai jemaat reguler dari gereja. Selain itu, yang lebih mencurigakan lagi adalah perilakunya yang seperti turis pengunjung tanpa rasa bersalah dengan meminimalkan komunikasi dengan jemaat gereja yang reguler, kadangkala juga tidak menyapa lebih dulu dan tidak bersalaman. Apabila ada tanda-tanda seperti itu, mohon jangan mengambil tindakan sendiri dengan interogasi atau bahkan penangkapan karena dapat menghilangkan jejak jaringan, akan lebih baik apabila dapat difoto dan dilaporkan kepada Kepolisian sebagai tindakan aktif pencegahan.

Ancaman teror lainnya adalah ke pusat-pusat perbelanjaan. Untuk ancaman ini, agar satuan pengamanan mall, plaza, pasar dapat berkoordinasi dengan Kepolisian untuk mengamati cctv secara seksama guna mencari orang-orang yang berperilaku mencurigakan dengan banyak mengambil foto dengan smartphonenya dengan sasaran foto situasi pusat perbelanjaan, baik dari pintu masuk, sistem pengamanan, memperhatikan posisi cctv, posisi satuan pengamanan, dll terkait dengan upaya pengamatan dan penggambaran situasi.

Ancaman ketiga adalah Kedutaan Besar dan hal-hal yang berbau asing seperti hotel, club atau perkantoran. Pola kegiatan yang sedang dan mungkin masih berlangsung juga sama yakni baru pada tahap pengamatan dan penggambaran situasi, sehingga apabila sasaran-sasaran tersebut memiliki cctv, ada baiknya untuk segera dilakukan pemeriksaan rekaman cctv sejak bulan September 2016.

Semoga peringatan ini merupakan kontribusi deteksi dini dan cegah dini yang dapat menghindari terjadinya ancaman serangan teror di Indonesia. Jangan takut dan jangan panik, tapi lakukan upaya-upaya pencegahan secara maksimal dengan meningkatkan kewaspadaan dan laporkanlah ke Polisi bila anda mendapati tanda-tanda yang Blog I-I sebutkan di dalam cctv anda.

Tentang kemungkinan apa yang akan terjadi pada 2 Desember 2016, Blog I-I sekali lagi berlepas tangan dari kemungkinan dinamika ancaman yang berkembang dan telah berulang kali menyampaikan analisa dan masukan saran. Polisi segeralah melakukan introspeksi dan mengurangi pengumuman-pengumuman kepada publik yang terkesan penggembosan. Kemungkinan terjadinya serangan teror pada tanggal 2 Desember 2016, Blog I-I hanya bersandar pada fakta-fakta sebagaimana disampaikan di atas. Apabila ada gereja, pusat perbelanjaan, dan target lainnya yang memiliki rekaman tindak-tanduk mencurigakan dari seseorang atau beberapa orang di lingkungannya, boleh jadi tempat tersebut telah menjadi target teror. Tentang penyusupan ke dalam kerumunan demo 212 baik oleh mereka yang sedang meningkatkan pengkondisian ataupun yang merencanakan teror, pencegahan yang efektif dapat dilakukan dengan kerjasama erat dengan koordinator demo dan berbagai elemen ormas Islam. Sekali lagi, penegasan bahwa demo dilarang membawa senjata dalam bentuk apapun harus kembali ditegaskan dan bagi yang melanggar harus ditangkap, karena boleh jadi yang membawa senjata tersebut adalah penyusup.

Harapan Blog I-I adalah bahwa seluruh aparat keamanan terus meningkatkan kewaspadaan dan menggiatkan operasi yang sungguh-sungguh dalam mencegah serangan teror.

Untuk sementara waktu, Blog I-I akan memilih diam dan menyaksikan bagaimana perkembangan situasi Indonesia Raya dalam 3 bulan ke depan. Silahkan kepada sahabat Blog I-I dan pembaca setia untuk membaca kembali pesan-pesan Blog I-I dan menyampaikan pendapat baik secara terbuka maupun tertutup. Semoga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Marilah kita senantiasa mendo'akan kebaikan untuk bangsa dan negara Indonesia.

Sekian, semoga bermanfaat.
Salam Kewaspadaan, Waskita Selamat!
SW


Read More »
05.42 | 0 komentar

Kamis, 24 November 2016

POLRI: Hati-Hati Jebakan "Makar"

Setelah Blog I-I menjelaskan kembali tentang analisa potensi makar dalam artikel tanggal 22 November 2016 berjudul Klarifikasi Tentang Potensi Makar, maka hari ini tanggal 25 November 2016 akhirnya Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan mengklarifikasi bahwa belum ada potensi makar pada demo akbar 2 Desember 2016, namun tetap diwaspadai. Lebih dari sekali Blog I-I mengingatkan agar Polri berhati-hati dengan jebakan yang ingin membuat Polri berhadap-hadapan dengan para pendemo dalam situasi yang kurang kondusif. Langkah-langkah Kapolri dan Kapolda Metro Jaya merangkul berbagai elemen masyarakat Muslim Jakarta dan Jawa Barat sudah tepat. Kemudian langkah-langkah proses hukum kasus penistaan agama oleh Ahok yang dipercepat juga sudah tepat. Mulai minggu depan, bola panas kasus akan berada di Kejaksaan, sehingga sejak pelimpahan berkas dari Polisi ke Kejakasaan berjalan, giliran Kejaksaan untuk menunjukkan profesionalisme dalam penegakkan hukum secar adil sesuai peraturan yang berlaku.


Seandainya jajaran Polisi khususnya Kapolri tidak terburu-buru mengungkapkan bahaya makar pada rencana demonstrasi 25 November dan 2 Desember, tentu situasi akan lebih menyejukan dan tidak membuat ketegangan baru. Adapun analisa Blog I-I yang melihat adanya potensi makar adalah sangat hati-hati dan tidak merujuk kepada waktu pelaksanaan melainkan pada perkiraan rentang waktunya. Blog I-I sangat yakin waktu atau momentum yang sengaja ingin diciptakan belum matang karena kondisi sosial ekonomi Indonesia yang relatif stabil menyebabkan rencana makar menjadi mentah atau akan selamanya setengah matang dan akan bernasib gagal. Seandainya jajaran Polri membaca artikel-artikel Blog I-I secara lebih hati-hati, tentu akan dapat memahami perkembangan situasi yang akan terjadi. Namun nasi sudah menjadi bubur, upaya Polisi meredam rencana demonstrasi tanggal 2 Desember melalui pendekatan campuran antara hukum yang lebih terperinci dengan pelaksanaan demo dalam bentuk Maklumat, himbauan agar tidak shalat Jum'at  di jalan kawasan Thamrin Bundaran HI, dan pengungkapan potensi makar, ternyata respon FPI dan kawan-kawannya tetap maju terus berdemonstrasi pada 2 Desember 2016.

Langkah yang harus dilakukan ada baiknya agar Polisi meminta kerjasama erat dengan penanggung jawab Aksi Demo 212 agar pelaksanaan demo yang dijanjikan super damai dapat betul-betul berjalan super damai. Hal itu sekaligus juga untuk deteksi dini dan cegah dini para penyusup yang ingin meningkatkan suhu politik nasional dalam rangka pematangan rencana makar. Beberapa indikasi dari luar Jakarta yang perlu diperhatikan oleh Polri dan Intelijen adalah rencana masuknya residivis dan pelaku kejahatan bersenjata entah untuk melakukan kejahatan di Jakarta ataukah merupakan sewaan untuk menciptakan kekacauan. Penegasan bahwa seluruh peserta demonstrasi dilarang membawa senjata api dan senjata tajam harus ditegaskan dalam komunikasi dengan pimpinan demonstran yang tergabung dalam GNPF MUI.
 
Kemudian jangan lupa saran Blog I-I agar dikerahkan pasukan monitoring pelaksanaan demonstrasi dengan menggunakan kamera dari berbagai sudut guna merekam perilaku-perilaku mencurigakan dari para penyusup.

Perkiraan sementara peserta demonstrasi 212 adalah hampir sama dengan demonstrasi 411, namun perbedaannya adalah adanya rencana bergabungnya kelompok Buruh dengan tuntutan yang sedikit berbeda dengan irisan kesamaan kepentingan pada target demonstrasi yakni Ahok. Meskipun seluruh data jaringan Blog I-I belum dapat dikonfirmasi kebenarannya, namun rentang angka jumlah peserta demonstrasi akan berada pada kisaran 70 ribu s/d 115 ribu orang tergantung kepada sistem komunikasi dan koordinasi yang sedang berjalan di kalangan pendukung demonstrasi termasuk dukungan logistik baik yang swadaya maupun dari donatur. Rentang angka peserta demonstrasi yang begitu besar disebabkan masih adanya beberapa pihak yang ragu-ragu untuk bergabung dengan demonstrasi 212 atau tidak. Kemudian perkiraan demonstrasi di daerah-daerah juga akan mirip dengan apa yang terjadi pada 4 November 2016 dengan sedikit penurunan karena sebagian pihak sudah melihat langkah serius Polisi dan ingin melihat berjalannya proses hukum. Apabila kesadaran masyarakat untuk menunggu profesionalisme Polisi, Kejaksaan dan Pengadilan semakin tinggi, tidak tertutup kemungkinan jumlah peserta aksi demonstrasi 212 akan turun drastis. Kemungkinan tersebut agak kecil, karena dalam agenda yang terdeteksi oleh Blog I-I, demonstrasi 212 bukanlah yang terakhir, melainkan masih akan ada lanjutannya sampai tuntutan penahanan dan penetapan hukuman penjara bagi Ahok terealisasi melalui proses hukum. Beberapa kemungkinan tanggal lanjutan demonstrasi adalah 30 Desember 2016 atau 12 Januari 2017. 

Terakhir, tentunya mari kita berdo'a bersama dalam keyakinan masing-masing agar perjalanan bangsa dan negara Indonesia menjadi bangsa yang besar, makmur dan berkeTuhanan tidak tidak terganggu oleh kasus kecil penistaan agama ataupun oleh mereka yang memanfaatkan kasus tersebut untuk konflik yang lebih besar.

Salam Intelijen
SW

Read More »
23.40 | 0 komentar

Khittah Blog Intelijen Indonesia

Sejumlah sesepuh, senior, sahabat dan intelijen resmi jaringan Blog I-I mengingatkan Blog I-I agar memperhatikan Khittah Blog I-I yang bersih dari politik kekuasaan. Hal ini tidak terlepas dari masih tingginya pengaruh politik kekuasaan ke dalam dunia intelijen Indonesia yang sangat merusak profesionalisme kerja intelijen. Apabila Blog I-I diingatkan untuk tidak menyentuh dinamika politik, maka Blog I-I juga ingin menyarankan kepada para sesepuh, senior, sahabat dan intelijen resmi untuk mengingatkan pimpinan intelijen resmi agar sungguh-sungguh NETRAL dalam menyikapi pelaksanaan pemilu baik pilkada maupun pemilu nasional nanti pada 2019. Apabila intelijen resmi tidak NETRAL, maka Blog I-I tidak segan-segan untuk memberikan peringatan keras dan melaporkannya kepada Komisi Pengawas Intelijen di DPR-RI.


Mulai miringnya intelijen, khususnya BIN tidak terlepas dari masuknya elemen politik ke dalam dunia intelijen, sebut saja misalnya perilaku Boni Hargens yang menjadi "congor" kekuatan tertentu bahkan agak aneh karena tiba-tiba membela BIN dari kritik Presiden RI ke-6 SBY. Kesimpulan sementara dari sikap aneh Boni Hargens tersebut merujuk kepada kebocoran munculnya nama Boni Hargens dalam Tim Pemenangan Ahok oleh BIN yang belakangan dinyatakan sebagai Hoax. Silahkan sahabat Blog I-I terjemahkan sendiri apakah informasi tersebut benar atau salah dari tindak-tanduk Boni Hargens yang semakin aneh dengan menyerang Ketua MUI, KH Ma'ruf Amin melalui simbol-simbol yang mengarah kepada upaya mendiskreditkan Ketua MUI baru-baru ini dan menuai kecaman.

Sehubungan dengan beberapa artikel Blog I-I yang "bernuansa analisa politik" dalam kasus calon gubernur tersangka "penista agama" dan potensi makar, maka izinkan Blog I-I menjelaskan sedikit latar belakangnya.

Diangkatnya kasus calon gubernur tersangka penista agama terkait erat dengan indikasi adanya potensi gerakan makar terhadap Pemerintahan Jokowi-JK yang perlu disikapi secara strategis melalui pengungkapan strategi perencana makar kepada publik agar kewaspadaan nasional Indonesia meningkat. Hal itu juga sekaligus memberikan rasa tentram kepada mayoritas umat Islam Indonesia yang merasakan adanya "ketidakadilan" dan upaya intervensi politik membela pelaku penistaan agama. Berbeda dengan pendekatan negara-negara demokratis di Barat yang berbasiskan kepada etika protestan atau peradaban Yahudi-Kristen yang mempersempit ruang gerak umat Islam, Indonesia meskipun bukan negara Islam tdak dapat menempuh cara-cara kebijakan demokrasi liberal ala Barat dengan mengabaikan "perasaan" dan keyakinan mayoritas umat Islam. Terlebih dengan derasnya seruan-seruan kelompok liberal tentang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, penghapusan penodaan agama, dan pengutamaan prinsip demokrasi diatas ajaran dan syariat agama, Blog I-I justru melihat potensi benturan yang lebih besar dapat terjadi seandainya aspirasi umat Islam diabaikan oleh penguasa atau kekuatan-kekuatan politik nasional Indonesia.

Latar belakang lain adalah tersebarnya informasi tentang pembentukan Tim Pemenangan Ahok oleh BIN yang kemudian dibantah oleh BIN, serta kebocoran arahan Kepala BIN dalam rapat Kominpus yang kemudian juga dibantah oleh BIN. Latar belakang ini ditambah lagi dengan perilaku Boni Hargens yang sudah bergaya "Intel celebrity". Peristiwa-peristiwa kerusakan yang menimpa lembaga intelijen tertinggi Indonesia tersebut mengindikasikan adanya "masalah" serius di tubuh intelijen. Terlepas dari benar tidaknya informasi yang tersebar dari dua kasus kebocoran tersebut, indikasi politiknya teramat kuat sehingga Blog I-I merasa terpanggil untuk memberikan pandangan terkait masalah kasus penistaan agama, Netralitas Intelijen dalam pemilu, dan potensi makar. Kinerja BIN yang sangat kedodoran dalam menjaga rahasia dan kekecewaan Presiden Jokowi terhadap laporan dan analisa intelijen yang disampaikan langsung kepada jaringan Blog I-I juga menjadi faktor penguat Blog I-I untuk menurunkan artikel yang bernuansa politik. Selain itu, sahabat Blog I-I tentunya dapat membaca sejauh mana pengaruh Blog I-I dalam membimbing keputusan kebijakan keamanan nasional dalam menyikapi demonstrasi Aksi Bela Islam I, II, dan III.

Khittah atau garis besar perjuangan Blog I-I adalah mendorong terciptanya Intelijen Indonesia yang berkarakter merah-putih, cerdas, profesional, tangguh, berani menyatakan kebenaran, bebas dari kepentingan pertarungan politik kekuasaan dan pro-rakyat.

Terkait dengan pro-kontra artikel Blog I-I yang bernuansa politik, mohon kiranya dibaca ulang secara hati-hati dan diperhatikan bahwa artikel-artikel Blog I-I semata-mata hanya menyampaikan indikasi-indikasi berdasarkan fakta yang kemudian dianalisa. Bahwa hasilnya mungkin kurang menyenangkan penguasa saat ini, perlu ditegaskan bahwa kebenaran dan akurasi analisa tidak dapat dipoles untuk menyenangkan hati penguasa dan Blog I-I akan bertahan dengan menyampaikan kebenaran-kebenaran walaupun terasa pahit.

Demikian, mohon maaf kepada para sesepuh dan intelijen resmi Indonesia sekiranya masih ada hal-hal yang kurang berkenan.

Salam Intelijen
SW  

Read More »
10.04 | 0 komentar

Selasa, 22 November 2016

Tentang Analisa Laksamana TNI ( Purn) Slamet Soebijanto

Tidak biasanya Blog I-I memberikan respon terbuka terhadap analisa pejabat dan mantan pejabat Indonesia tentang masalah strategis geopolitik maupun politik nasional. Namun karena permintaan lebih dari tigapuluhan email termasuk yang menggunakan nama resmi dan beberapa yang mengatasnamakan Pemerintah RI, maka Blog I-I ingin menyampaikan pendapat sebagai berikut:
  1. Laksamana TNI ( Purn) Slamet Soebijanto sebagai mantan KSAL periode tahun 2005-2007 tentunya bukan tokoh sembarangan yang berbicara tanpa fakta-fakta. Dalam beberapa kesempatan beliau mengingatkan kita semua tentang potensi ancaman dari China atau lebih tepatnya People Republic of China (PRC). Beberapa contoh peringatan beliau misalnya dalam berita: Strategi Cina Kuasai Indonesia, Mantan KSAL Bongkar Persekongkolan Jahat Ahok dan China, Mantan KSAL Slamet Subijanto: Indonesia diujung tanduk, serta Upaya Penguasaan Jakarta C.O.G (Center of Gravity).
  2. Blog I-I menilai analisa mantan KSAL tersebut menarik untuk dicermati dan didalami informasinya karena sejauh ini belum ada penyelidikan yang serius dari aparat keamanan Indonesia tentang peningkatan operasi intelijen China di Indonesia dan rencana penguasaan Indonesia oleh China. Beberapa isu yang mengemuka misalnya tentang kesengajaan ekspor narkoba dari China ke Indonesia (perang candu), penguatan kelompok mafia China di Indonesia, dan peningkatan arus migrasi illegal dari China ke Indonesia baik yang terjadi dengan memanfaatkan proyek yang dibiayai oleh China dengan buruh asal China, perembesan secara individual melalui jalur koneksi keluarga atau marga China yang telah mapan di Indonesia, maupun yang sifatnya sembunyi-sembunyi melalui jalur laut langsung ke pusat-pusat bisnis di Indonesia dengan memanfaatkan kelemahan aparat imigrasi. Terlebih apabila disangkutpautkan dengan isu politik seperti posisi Ahok sebagai gubernur petahana Jakarta yang mencalonkan diri dalam Pilkada DKI Jakarta, maka fakta-fakta yang akurat sangat diperlukan untuk pembuktian analisa tentang upaya China menguasai Indonesia.
  3. Apa yang telah dilakukan oleh Mantan KSAL adalah analisa berdasarkan informasi yang bersifat indikasi di sekeliling asumsi strategi jahat China. Informasi tersebut sifatnya circumstantial atau tidak langsung, namun karena adanya sejumlah kasus pelanggaran keimigrasian oleh warga China di Indonesia yang terungkap belakangan ini, maka argumentasi Mantan KSAL terasa cukup meyakinkan. Menurut Blog I-I, akan lebih baik bagi bangsa Indonesia dan khususnya pemerintah untuk melakukan validasi terhadap informasi-informasi yang bersifat circumstantial, setelah barulah dapat dijadikan dasar bagi kebijakan keamanan nasional yang melindungi kepentingan nasional Indonesia. Karena masalah ini cukup serius dan dapat dimanfaatkan untuk melahirkan sentimen Anti Cina seperti di masa lalu yang diwarnai pertumpahan darah, maka peranan pemerintah dalam meluruskan informasi semacam ini menjadi sangat penting. Di masa lalu BAKIN memiliki lembaga khusus bernama Badan Koordinasi Masalah China yang telah dibubarkan karena keyakinan loyalitas etnis Tionghoa Indonesia dapat dibangun secara wajar melalui demokrasi. Namun apabila analisa Laksamana Slamet Soebijanto terbukti, hal ini sudah masuk ke dalam ranah hubungan antar negara dan menjadi tanggung jawab Intelijen, Polri, TNI dan Imigrasi untuk secara serius melakukan penyelidikan terhadap perembesan orang-orang dari daratan China. Bahkan BIN dapat mempertimbangkan untuk mengaktifkan kembali Badan Khusus Urusan China tersebut demi keselamatan bangsa dan negara Indonesia.
  4. Sebuah analisa strategis dapat saja dibuat berdasarkan dugaan kuat atau instink Jenderal yang berpengalaman. Namun analisa strategis yang baik tetap harus berdasarkan fakta dan informasi intelijen serta analisa perkiraan keadaan. Fakta-fakta yang terkumpul kemudian diklasifikasikan ke dalam indikasi-indikasi sehingga dapat memberikan gambaran trends atau kecenderungan yang telah terjadi atau akan terjadi. Proses tersebut dapat berlangsung singkat atau lama tergantung kepada ketersediaan bahan keterangan. Faktor paling penting dalam mengungkapkan ada tidaknya upaya China menguasai Indonesia adalah pada fakta deteksi dini adanya aksi atau kegiatan warga negara China di Indonesia baik yang tampak wajar maupun tidak wajar, kemudian jumlahnya berapa banyak, dan monitoring terhadap kegiatan mereka yang berada diluar ketentuan hukum, misalnya visa kunjungan untuk bekerja, visa bekerja untuk menetap bahkan membuat identitas lokal, dan pengambilalihan identitas warga Tionghoa Indonesia yang telah meninggal dunia menjadi milik warga negara China yang merembes ke Indonesia. Praktek-praktek tersebut di masa lalu cukup masif dan membahayakan Indonesia, sehingga Pemerintah Orde Baru mengambil kebjiakan yang tegas misalnya dengan ganti nama, dan pengawasan khusus kepada orang-orang Tionghoa. Meskipun kebijakan era Orde Baru tersebut dituduh diskriminatif, namun pada eranya cukup efektif menekan arus migrasi orang-orang China dari daratan Tiongkok. Pada era reformasi, bahkan persyaratan Presiden Indonesia adalah orang Indonesia Asli telah dihapus, apakah hal ini bagian dari pengaruh kelompok pro China atau murni proses demokrasi tentunya menjadi kajian yang terpisah.
  5. Konflik regional dan global tidak dapat dilepaskan dari dinamika politik dalam negeri Indonesia. Bahwa China memiliki Badan Khusus Pembinaan Seluruh Keturunan China di dunia merupakan fakta kepentingan nasional China Raya yang diperjuangan melalui kaum China Perantauan. Bahwa Amerika Serikat selalu memberikan warning adanya potensi ancaman operasi intelijen dari kaum China Perantauan juga tidak terlepas dari kepentingan nasional AS. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Dalam kegamangan dan kelemahan politik dan ekonomi serta kecenderungan untuk saling mencakar dalam pertarungan politik nasional, maka isu-isu terkait kalangan China Perantauan menjadi terabaikan. Komunitas Tionghoa Indonesia banyak yang telah membuktikan nasionalisme Indonesia-nya dan kontribusinya juga tidak sedikit untuk kemajuan Indonesia Raya. Namun demikian, komunitas yang eksklusif dan tidak tersentuh pun tetap ada yang mana pada era Orde Baru berada di dalam radar, sekarang sudah bebas lepas dan suli untuk dimonitor terlebih karena kekuatan ekonomi China memungkinkan untuk leluasa untuk bergerak di seluruh nusantara Indonesia.
  6. Pada level regional dan global, kepentingan China adalah agar Indonesia tetap netral dalam konflik Laut China Selatan atau bahkan bila perlu dipengaruhi untuk pro China. Kemudian dalam persaingan pengaruh China-AS, tentunya Indonesia diharapkan untuk lebih berpihak kepada China. Bagaimana caranya? Tentunya melalui agen-agen intelijen China di Indonesia termasuk melalui tokoh-tokoh etnis Tionghoa yang berpengaruh di Indonesia. Hal itu sebenarnya wajar saja dalam lobby dan dunia politik, namun apabila dipolitisasi maka dampaknya adalah kecurigaan antar kelompok etnis di Indonesia yang akan merugikan Indonesia Raya,
  7. Mengenai penguasaan ekonomi dan kekayaan alam Indonesia oleh China. Secara faktual etnis Tionghoa memiliki penguasaan ekonomi yang besar atau bahkan dapat dikatakan menguasai prosentase yang terbesar dibandingan dengan etnis-etnis lain di Indonesia. Namun hal itu terjadi karena faktor sejarah panjang dan politik afirmasi bisnis kepada kelompok pribumi di Indonesia dapat dikatakan tidak efektif. Malaysia yang masih melanjutkan politik afirmasi mengutamakan penguasaha pribumi saja masih dapat dikatakan belum sepenuhnya berhasil, apalagi Indonesia yang begitu longgar dan liberal. Mengatasi masalah seperti itu tidak dapat hanya menggunakan logika politik, karena logika ekonomi mempunyai kekuatan tersendiri dalam bergerak. Artinya sangat banyak PR bagi pemerintah, pengusaha dan masyarakat secara umum untuk mengatasi "ilustrasi bahaya China" tersebut.
  8. Tiga hal berikut ini dapat dipertimbangkan sebagai langkah awal: (a) Memastikan loyalitas etnis Tionghoa Indonesia tidak perlu melalui monitoring khusus seperti di masa lalu, melainkan dapat ditempuh dengan penyelarasan logika kepentingan ekonomi bisnis dan kepedulian sosial dalam identitas keIndonesiaan yang plural dan demokratis. Pada saat yang bersamaan, perilaku menyimpang dari etnis Tionghoa Indonesia yang mengindikasikan adanya upaya perembesan warga negara China harus ditindak secara tegas dengan hukum yang berlaku, hal ini sangat penting dalam menurunkan tingkat kecurigaan yang semakin lama semakin tinggi seperti peringatan dari Laksamana Slamet Soebijanto; (b) BIN, Polisi, dan Intelijen Imigrasi harus meningkatkan kapabilitas operasi counter intelijen, sehingga dugaan-dugaan adanya permainan intel asing (Barat) dan Aseng (China) yang ingin menguasai Indonesia melalui agen-agennya di Indonesia dapat diungkapkan dan dicegah; (c) Upaya-upaya penyadaran satu identitas Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika harus ditujukan secara umum kepada seluruh elemen bangsa Indonesia. Penyadaran tersebut jangan secara khusus ditujukan kepada agama tertentu atau etnis tertentu, melainkan merupakan bagian dari pembangunan karakter kebangsaan Indonesia.
Semoga catatan ini bermanfaat.
Salam Intelijen
Senopati Wirang

    Read More »
    20.25 | 0 komentar

    Klarifikasi Tentang Potensi Makar

    Sehubungan dengan banyaknya email yang menanyakan perihal potensi makar terhadap Pemerintahan Jokowi bersama ini Blog I-I ingin menyampaikan klarifikasi sebagai berikut:
    1. Benar bahwa Blog I-I yang pertama kali menegaskan adanya potensi makar berdasarkan pada data intelijen jaringan Blog I-I dan analisa yang hati-hati. Meskipun demikian, Blog I-I tidak pernah menyatakan bahwa Aksi Bela Islam adalah sebuah kegiatan makar. Apabila sahabat Blog I-I membaca hati-hati prediksi Blog I-I, momentum untuk mencetuskan makar masih belum ketemu dan kondisi sekarang belum cukup matang dan masih diperlukan beberapa kali lagi pusaran conditioning konflik sehingga puncaknya baru dapat terjadi pada tahun 2017. Dengan demikian, Blog I-I bukan pemasok informasi bahwa rencana Aksi Bela Islam III tanggal 2 Desember 2016 akan bergeser kepada kegiatan makar termasuk menduduki simbol-simbol kekuasaan negara seperi DPR/MPR - RI. Sekali lagi analisa Blog I-I menyebutkan bahwa proses menuju penciptaan kacau dan rusuh masih belum cukup, sehingga proses pemanasan situasi dan kondisi masih akan terus didorong oleh pihak-pihak yang melihat peluang makar. Deteksi dini dan cegah dini terhadap kelompok jahat inilah yang harus menjadi fokus intelijen dan seluruh aparat keamanan. Sebagai catatan, intelijen dan aparat keamanan harus teliti dalam membedakan manuver politik dari sejumlah kekuatan politik, aspirasi murni umat Islam, dan mereka yang jahat ingin menciptakan kerusuhan. Artinya harus tetap berhati-hati dalam menyampaikan informasi tentang aktor, dalang, sutradara, dan lain-lain yang akan meningkatkan suhu politik (catatan ini khususnya untuk Menkopolhukam Wiranto yang beberapa kali mengeluarkan pernyataan yang kurang cerdas dan kurang sensitif).
    2. Saran Blog I-I sangat jelas dan tegas, yakni bukan melarang penyampaian aspirasi masyarakat melalui demonstrasi, melainkan secara sungguh-sungguh melakukan deteksi dini dan cegah dini terhadap penyusup aktor kerusuhan yang berupaya mendorong terciptanya kondisi kacau dari kegiatan Aksi Bela Islam. Deteksi dini dan cegah dini tersebut dapat dilakukan dengan koordinasi intensif dengan elemen masyarakat yang melakukan demonstrasi dan peningkatan sistem monitoring dengan penggunaan teknologi kamera perekam kegiatan, termasuk kamera night vision, mengantisipasi seandainya kegiatan demonstrasi kembali melebihi jam 18.00. Dengan sistem monitoring ketat terhadap pelaksanaan demonstrasi tersebut, niscaya paska demonstrasi baik bila berjalan damai maupun rusuh akan mudah dianalisa. Detail surgical operartion memisahkan pendemo murni dari penyusup bukanlah kegiatan yang mudah, sehingga sistem monitoring ketat adalah pilihan yang tidak terhindarkan. Apabila Polisi, TNI, dan Intelijen kekurangan alat, maka dapat bekerjasama dengan seluruh stasiun Televisi Nasional yang akan dengan senang hati melakukan liputan.
    3. Perkiraan potensi makar dalam analisa Blog I-I belum matang 100% akan terjadi, sehingga dinamakan perkiraan potensi. Blog I-I telah menyarankan beberapa langkah pencegahan yang mudah-mudahan dapat membantu upaya aparat negara menjaga keselamatan bangsa Indonesia. Selain itu, Blog I-I sudah mengingatkan bahwa yang diharapkan oleh Puppet Master atau pihak yang mencari peluang makar adalah penajaman Pro dan Kontra dan penciptaan posisi berhadap-hadapan dari para pihak yang berbeda pandangan. Polri saat ini sedang didorong atau diprovokasi untuk masuk dalam jebakan untuk berhadap-hadapan secara langsung dengan kelompok pendemo Aksi Bela Islam, semoga Kapolri tetap tenang dan cerdik dalam menyikapi pihak-pihak yang sedang memojokkan Polri. Maklumat Kapolda Metro Jaya dapat dikatakan sudah tepat yakni memberikan peringatan kepada mereka yang berniat makar, dan mendorong pelaksanaan Aksi Bela Islam berjalan lebih tertib sehingga pelayanan polisi berupa pengamanan dapat dilaksanakan sebaik-baiknya.
    4. Pihak yang memanaskan situasi bukan hanya dari kelompok Anti Ahok, melainkan juga dari kelompok Pro Ahok, oleh karena itu ada baiknya kepada semua pihak untuk sementara waktu diam menarik diri dari hiruk pikuk perang informasi dan opini yang terus meningkatkan suhu konflik. Proses hukum yang bersih dari intervensi biarkan berjalan cepat dan tegas sesuai dengan hukum yang berlaku. Bahwa terjadi upaya penuntutan dan pembelaan dalam proses hukum tersebut adalah wajar dan jangan selalu dikaitkan dengan politik, apalagi tuduhan adanya konspirasi. Apabila benar terjadi konspirasi yang merugikan salah satu pihak, apalagi terjadi intervensi politik dari penguasa, maka Blog I-I memperkirakan penguasa yang seperti itu akan jatuh dengan mudah dalam hitungan hari. Saat terjadi konspirasi politik mengintervensi hukum itulah momentum yang tepat untuk menerjunkan jutaan umat Islam dari yang radikal, moderat, sampai liberal. Namun diperlukan fakta-fakta yang akurat tentang terjadinya intervensi politik dalam kasus Ahok. Akan lebih baik kepada kelompok Anti Ahok untuk menunggu momentum yang tepat tersebut dari pada menghabiskan energi, waktu, dan uang untuk kegiatan yang dampaknya kecil karena momentumnya belum ada. Sabar dan tunggu waktu yang tepat, sehingga dasar kegiatan Aksi Bela Islam menjadi kuat dan didukung seluruh umat Islam.
    5. Saat-saat krusial dan genting dalam mendeteksi proses hukum yang adil dalam kasus penistaan agama adalah hasil akhir pemeriksaan penyidikan Polisi atau Penyerahan Berkas Perkara yang disampaikan ke Kejaksaan. Kemudian bila dinyatakan lengkap (P21) maka dapat lanjut kepada proses berikutnya. Berkas Perkara tersebut biasanaya dilengkapi dengan laporan polisi, resume BAP saksi, resume BAP Tersangka, Berita acara penangkapan (tidak ada), Berita acara penahanan (tidak ada), Berita acara penggeledahan (tidak ada), Berita acara penyitaan (barang bukti berupa rekaman video asli yang belum diedit). 
    6. Saat krusial berikutnya adalah tahap penuntutan yang diawali dengan pemeriksaan berkas perkara dari Polisi oleh Kejaksaan. Dalam hal itu, Kejaksaan melakukan penelitian terhadap : berkas perkara, tersangka dan barang bukti, meneliti apakah pelakunya tunggal atau lebih, apakah ketentuan pidana yang diterapkan sesuai dengan fakta/kejadian, apakah tersangka dapat ditahan, apakah barang bukti merupakan barang bukti yang sah, apakah setiap unsur perbuatan pidana didukung oleh alat bukti yang cukup, apakah harus mengajukan ke persidangan, sesuai dengan ketentuan pidana yang disangkakan oleh penyidik, dan mengkonstruksikan beberapa perbuatan pidana yang terjadi dan siapa saja calon tersangkanya.
    7. Dengan asumsi Kejaksaan tidak melakukan permainan dengan penerbitan SP3, maka saat puncaknya adalah pelimpahan perkara ke pengadilan untuk proses persidangan.
    8. Tiga momentum tersebut diperkirakan juga akan dibidik untuk aksi demonstrasi. 
    9. Kembali kepada potensi makar, umat Islam khususnya mereka yang tergabung dalam FPI, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) dan lain-lain harus waspada terhadap penyusup dan ini juga merupakan tanggung jawab organisasi dan gerakan dalam sungguh-sungguh membela agama Islam secara murni. Sejauh ini, potensi makar masih bersifat potensi dan masih jauh dari matang, namun proses demonstrasi massa dalam jumlah besar yang berulang-ulang akan membuka peluang terjadinya keadaan yang sulit dikendalikan. Oleh karena itu, sungguh-sungguhlah dalam menjaga keselamatan umat Islam baik dalam organisasi maupun secara umum dari fitnah yang dapat terjadi. Artinya pertimbangkanlah lagi sebaik-baiknya dalam menggerakkan umat melakukan suatu aksi demonstrasi.
    10. Akhir kata, kepada pihak yang sedang menggodok makar, salam dari komunitas Blog I-I, mari kita buktikan siapa yang lebih tangguh dalam deteksi dini, dan cegah dini, serta dalam adu strategi. Kami secara terbuka menantang anda yang ingin menghancurkan Indonesia Raya. Blog I-I, yakin umat Islam Indonesia dan seluruh elemen bangsa Indonesia bersama perjuangan Blog I-I.
    Salam Intelijen
    Senopati Wirang


      Read More »
      04.29 | 0 komentar

      Senin, 21 November 2016

      Pencegahan Makar

      Mulai artikel ini Blog I-I akan lebih fair menyebutkan nama Ahok dari pada sebutan cagub tersangka "penista agama" karena ybs sudah mulai menunjukkan kesadaran dan pemahaman situasi yang lebih baik, baca: Ahok Mohon Maaf, Ahok Akui Ucapannya Menyinggung Umat Islam, Ahok Tak Akan Ulangi Bicara Tanpa Mikir dan Singgung Agama Lain. Dari hasil sejumlah wawancara spontan (tanpa metode akademis) jaringan Blog I-I kepada rakyat menengah bawah di Jakarta, maka perlu disampaikan ralat dari perkiraan keadaan Pilkada 2017, bahwa saat ini potensi gagal Ahok dalam Pilkada DKI tidak lagi 100% gagal, melainkan menjadi 80% gagal, artinya masih ada ruang 20% bagi Ahok untuk dapat berhasil.

      Kurang dari 24 jam Blog I-I menyampaikan analisa makar dalam artikel Mencegah Kehancuran Indonesia Raya, Kapolri Tito Karnavian mengeluarkan pernyataan tentang potensi makar, dengan pernyataan lengkap Kapolri tentang Demonstrasi 2 Desember dan Agenda Makar. Jaringan Blog I-I dari unsur Polisi dan Intelijen telah berkomunikasi dengan baik sebelum Kapolri mengeluarkan pernyataan yang telah direspon oleh sebagian kalangan politisi dan pengamat baik yang bernada pro maupun kontra.

      Dalam kaitan tentang potensi makar tersebut, pemerintah sangat serius dan apa yang Blog I-I sampaikan dalam artikel Mencegah Kehancuran Indonesia Raya adalah sangat serius, namun tentunya fakta-fakta dan indikasi yang merupakan informasi intelijen dengan sangat berat hati tidak dapat disampaikan kepada para pembaca sahabat Blog I-I. Mengapa demikian? Karena pengungkapan fakta dalam Blog I-I akan merusak operasi intelijen dan kegiatan Polisi dalam mencegah upaya-upaya pemufakatan jahat menjatuhkan Presiden Jokowi sebelum 2019. Selain itu, apabila pihak-pihak yang sedang bermain api tersebut tetap nekat, tentunya fakta-fakta yang terkumpul di Polisi dan Intelijen akan dipergunakan untuk proses hukum yang tegas, sehingga Blog I-I benar-benar tidak ada hak sama sekali dalam mengungkapkan fakta-fakta tersebut.

      Apakah hal ini kembali memperkeruh suasana politik nasional? Apakah Kapolri bicara sembarangan? Tidak, kami jaringan Blog I-I memastikan bahwa apa yang disampaikan oleh Kapolri adalah serius dan benar adanya. Jaringan kami telah lama berada di dalam lingkaran pihak-pihak yang berupaya mendorong terjadinya pusaran lingkaran konflik dengan memanfaatkan kasus Ahok baik dipihak yang mengatasnamakan pembelaan terhadap Islam maupun yang memprovokasi umat Islam. Walaupun ada Puppet Master musuh bangsa Indonesia yang ingin memecah belah, namun ma'af kami telah beberapa langkah lebih maju dan upaya anda akan gagal di bumi tercinta Indonesia Raya. Lebih dalam lagi, kami juga sudah mengetahui beberapa pihak yang menampilkan muka imut-imut tidak bersalah di hadapan Presiden bahkan seolah membantu Presiden, namun di belakang juga menggerakan beberapa elemen masyarakat memanfaatkan kasus Ahok. Berbagai tujuan politik dari para pihak yang bermain dapat dipahami dan sangat sederhana dan tentunya Presiden juga telah memaklumi.

      Saran Blog I-I kepada pihak-pihak yang tetap berpikir bahwa makar itu mungkin dilakukan, sebaiknya segera diurungkan. Berpikirlah dengan hati yang tenang dan pandanglah wajah anak dan cucu kita generasi penerus yang mengharapkan perbaikan dan kemajuan Indonesia Raya. Lihatlah betapa proyek-proyek besar yang kita saksikan sehari-hari di jalan raya, di sumber energi, dan pengelolaan kekayaan alam yang lebih adil dapat terganggu sehingga masa depan mereka akan terganggu. Seandainya terjadi konflik besar, mereka yang saat ini sedang tumbuh kembang dari usia bayi dan kanak-kanak akan mengalami kesengsaraan yang lebih panjang. Mereka dapat menjadi generasi konflik, dan sekali konflik bergulir dapat menjadi lingkaran kekerasan yang sulit diputus.

      Kepada anda politisi dan pengamat yang meragukan pernyataan Kapolri, bahkan menuduh Kapolri memperkeruh keadaan. Cobalah sedikit menarik diri dari pokok persoalan kemudian lihatlah kembali persoalan yang berkembang dan pahami maksud tujuan dari pernyataan Kapolri. Mengapa belakangan ini suasana sensitif yang diiringi dengan sikap tantangan buka-bukaan dalam mencermati suatu kasus menjadi demikian dominan? Tidak jarang Blog I-I, Intelijen Resmi, dan Polisi memiliki kebijakan demi melindungi kepentingan yang lebih besar mendorong agar penyelesaian suatu masalah dapat ditempuh tanpa konflik terbuka. Misalnya dalam analisa Blog I-I tentang makar terhadap Presiden Jokowi, mengapa anda menghendaki Blog I-I menyebutkan nama aktor? Apakah hal itu menyelesaikan masalah? Meskipun telah ada rekaman tapping komunikasi dan rapat-rapat yang dibocorkan dari dalam lingkungan para pihak yang menghendaki makar, apakah hal itu cukup untuk mencegah konflik besar? Masalahnya buka masalah kriminal biasa yang dapat diselesaikan oleh hukum. Melainkan fakta bahwa masa depan politik, sosial dan ekonomi nasional menjadi taruhannya, sehingga penyelesaiannya juga melalui upaya penyadaran, sehingga tidak perlu buka-bukaan. Akan lebih santun dan siapapun kita sesama anak bangsa dapat terus berdemokrasi dengan baik tanpa saling membuka aib.

      Ingat, kita berdemokrasi baru 18 tahun, relatif masih muda dan masih berada dalam tahapan remaja menuju dewasa, dimana konsolidasi demokrasi dan pemantapan sendir-sendi demokrasi masih memerlukan kerja keras kita semua. Sehingga pilihan terbaik dalam mencegah terjadinya konflik yang lebih besar adalah menutupi aib (termasuk diduga aktor makar), saling menghormati, dan saling memaafkan. Kemarahan, kebencian dan sikap berbeda wajar terjadi dalam dunia politik, namun demi masa depan Indonesia yang lebih baik, jangan biarkan terjadi lagi periode krisis yang mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Indonesia. Harga sebuah krisis singkat sekalipun adalah sangat mahal dalam menghambat kemajuan generasi penerus Indonesia Raya.

      Kepada Kapolri, Panglima TNI, dan Kepala BIN, jaringan Blog I-I secara serius menghimbau pemanfaatan teknologi kamera dengan sebaik-baiknya dan maksimal. Hal itu dapat dengan pemasangan kamera yang lebih banyak dititik-titik strategis maupun yang sifatnya mobile (bergerak) guna menyeleksi penangkapan kepada para penyusup profesional yang ingin menciptakan kekacauan. Kelemahan rencana operasi makar memanfaatkan gerakan massa seperti demonstrasi adalah bahwa para aktor penyusup mau tidak mau akan turun guna menjalankan peranannya. Apabila Panglima TNI ingin mengerahkan prajurit tangan kosong, ada baiknya dibentuk satuan tugas yang juga merekam berbagai dinamika massa dan lakukan perekaman wajah satu per satu kepada mereka yang bergerak mencurigakan. Kepala BIN juga dapat mengerahkan drone dengan kamera yang berputar-putar serta menurunkan tim monitoring dengan kamera video merekam seluruh angle peristiwa. Akan lebih efektif sebenarnya dengan pemasangan kamera monitoring statis 180 atau 360 derajat di titik strategis, sementara yang mobile dilakukan secara wajar saja. Atau apabila sudah memiliki teknologi kamera tersembunyi di pakaian dengan kualitas tinggi, hal ini adalah yang sempurna. Penangkapan penyusup tidak harus terjadi saat kejadian, melainkan paska kejadian dengan bukti rekaman. Misalnya penyusup-penyusup yang melakukan pembakaran atau yang menggerakkan massa untuk melakukan tindakan anarkis. Paska kejadian seluruh penyusup tersebut langsung masuk DPO dan apabila tertangkap sesuai hukum dapat diproses secara adil dengan ancaman hukuman yang cukup besar sesuai hukum yang berlaku yakni diatas lima tahun karena melawan petugas. Polri, TNI, Intelijen bersatu berkoordinasi secara profesional dengan menghormati prinsip demokrasi mengamankan perjalanan bangsa dan negara, serta memberikan rasa aman kepada masyarakat.

      Apabila pihak-pihak yang nekat memaksakan agenda maka tetap terus dijalankan, maka hal yang perlu dilakukan adalah minimalisasi kemungkinan jatuhnya korban. Monitoring serius kepada penyusup pemicu kerusuhan harus lebih serius dan teliti lagi, termasuk berkomunikasi dengan koordinator-koordinator demonstrasi yang bila mendapati orang yang asing berperilaku mencurigakan, maka dapat langsung ditangkap. Selain itu juga, berdasarkan informasi intelijen, ciri-ciri calon penyusup tersebut juga harus disebarluaskan kepada seluruh anggota baik 18 ribu kekuatan Polisi, maupun dari TNI dan Intelijen.

      Apakah hal ini memprovokasi? Bukan, hal ini merupakan perlindungan kepada kepentingan yang lebih besar yakni keselamatan bangsa Indonesia dan keamanan rakyat Indonesia dari gangguan keamanan.

      Kepada FPI dan kawan-kawan, sekali lagi Blog I-I menghimbau untuk menunggu proses hukum tersangka Ahok hingga pengadilan. Demonstrasi tanggal 2 Desember kurang efektif dari sisi momentum, karena belum akan perkembangan yang signifikan selain kerja keras Polisi dalam penyelesaian pemberkasan untuk disampaikan kepada Kejaksaan. Sabarlah sedikit, dan tetap ikuti perkembangan proses hukum tersebut. Penyampaian aspirasi berupa tuntutan penahanan terhadap tersangka Ahok akan memberikan kesan FPI ingin mendikte kerjaan Polisi, berikanlah kepercayaan setidaknya selama 3 minggu sesuai janji Kapolri. Apabila Polisi terbukti main-main dengan kasus Ahok ini, maka Blog I-I pun akan bergerak karena berarti Pemerintah tidak sungguh-sungguh. Mengapa Blog I-I merasa perlu bergerak, tidak lain karena sikap main-main Polisi itulah yang dapat mengakibatkan kehancuran Indonesia Raya.

      Kepada panitia Bhinneka Tunggal Ika dan berbagai propaganda Kebhinnekaan dan Persatuan, Damai dan lain-lain, pesan anda sudah cukup. Tidak perlu melakukan propaganda tandingan, dan siapapun di belakang anda Blog I-I sudah tahu persis, dan percuma membohongi publik dengan memanfaatkan berita media massa. Hentikan agar tercipta keheningan dan kesadaran tentang jati diri sebagai bangsa Indonesia.

      Akhir kata, tentunya sebagai bangsa yang beragama kita tetap harus mendo'akan hal-hal yang baik dalam perjalangan bangsa Indonesia.

      Salam Intelijen
      Senopati Wirang



      Read More »
      10.26 | 0 komentar

      Minggu, 20 November 2016

      Mencegah Kehancuran Indonesia Raya

      Artikel berikut ini adalah murni provokasi untuk mencegah kehancuran Indonesia Raya dari pertarungan dua kekuatan terbesar di tanah air yang tercinta yakni antara pendukung penegakan keadilan terhadap tersangka "penistaan agama" yang mayoritas umat Islam dan pendukung liberalisme-humanisme-toleransi yang mempropagandakan Bhinneka Tunggal Ika (rally against racial and religious intolerance menurut berita internasional) setelah kurang berhasil dengan propaganda NKRI, persatuan dan Indonesia Damai. Dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia, umat Islam adalah pecundang dalam setiap konflik politik skala nasional dan selalu kalah atau mengalah kepada prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Tidak ada satupun catatan sejarah Indonesia, dimana aspirasi umat Islam dapat dikatakan menang. Hal itu tidak lain tidak bukan disebabkan oleh karakter mayoritas umat Islam Indonesia yang moderat dalam artian takut terhadap kesulitan kehidupan duniawi. Sementara itu, mereka yang menegakkan Islam secara sungguh-sungguh lebih banyak yang terbunuh, dipenjara, atau terasingkan dengan berbagai label dari pemberontak, teroris, pelaku makar, hingga pelannggar ketertiban umum. Sudah mulai terasa provokasinya bukan?

      Sementara itu para aktor dibalik propaganda Bhinneka Tunggal Ika tampak terlalu yakin bahwa strategi mengangkat pluralisme Indonesia dapat meredam gerakan yang dapat dilabelkan kepada satu golongan yakni Islam "radikal" yang seolah tidak toleran.

      Sekarang marilah berpikir rasional dan memperhatikan dinamika sosial politik yang berkembang....

      Indikasi adanya kekuatan politik yang besar yang berada di belakang aksi-aksi kelompok yang bersebrangan semakin jelas dan mengeras kepada pola-pola strategi lama berupa unjuk kekuatan dengan demonstrasi yang direspon oleh demonstrasi tandingan. Meskipun secara terbuka dinyatakan damai namun bagaikan api di dalam sekam, apabila pola-pola pengelompokkan demonstrasi lawan demonstrasi terus bergulir, maka konflik horisontal yang mengerikan berpotensi tidak terhindarkan. Elemen bangsa Indonesia yang terdidik, menengah ke atas mungkin telah siap-siap mengamankan asetnya seperti dalam berita hoax rush penarikan uang, sementara masyarakat wong cilik tidak berdaya bagaikan gerombolan yang memasuki perangkap konflik horisontal yang mengerikan.

      Intel-intel kekuatan politik juga berkeliaran mencari tahu langkah-langkah lawan, dan beberapa melakukan kontak dengan intelijen resmi. Intel-intel kekuatan politik yang mayoritas berlatar belakang aktivis tersebut secara aktif menyebarluaskan berita-berita yang belum tentu benar tentang lawan politiknya. Terus bergulir di media sosial dalam berita-berita yang sulit dibuktikan kebenarannya. Pihak yang diserang di media sosial merasa difitnah dan tentu sakit hati dan marah, kemudian intelnya juga berhasil mengungkapkan siapa yang sedang bermain, terus-menerus diulangi seolah permainan yang mengasyikan tanpa sadar bahwa hal itu secara perlahan namun pasti dapat menggiring kepada situasi yang semakin panas. Dibalik bahasa-bahasa politik yang halus seolah bicara tentang kedamaian tentang Indonesia yang satu terdapat strategi-strategi mematahkan manuver lawan politik. Sayangnya apa yang ditempuh tersebut jelas membuat anak bangsa Indonesia menjadi saling berhadap-hadapan.

      Akan saya ungkapkan beberapa provokasi yang akan menciptakan pusaran konflik yang semakin besar seperti website SEWORD yang diregister CV. JogjaCamp atas nama Aliffurahman Asyari berlokasi di Jakarta Kode Pos 11410 dan no kontak +62838528 78925 serta email sewordweb@gmail.com. Isi dari seword.com jelas secara serius memojokkan Presiden RI ke-6 SBY. Seword.com menampilkan dirinya sebagai pendukung hardcore cagub Jakarta tersangka "penistaan agama", padahal dampaknya justru sebaliknya yakni akan akan menggerogoti stabilitas pemerintahan Jokowi dengan memprovokasi lawan politik Presiden Jokowi. Website lainnya misalnya Infomenia yang menuduh Prabowo dan SBY berada dibalik Aksi Bela Islam. Disamping kedua webaite tersebut, tentunya juga ada sejumlah website dan blog yang mengangkat isu cagub tersangka "penista agama" dari sisi pembelaan dengan berbagai pola propaganda.  Tidak terhitung puluhan atau bahkan ratusan akun twitter, facebook, dan berbagai peredaran informasi tidak jelas yang bernada konflik beredar ditengah-tengah masyarakat.

      Sementara itu website utama yang mempromosikan Aksi Bela Islam jilid I sampai pada rencana jilid ke-3 pada 2 Desember nanti adalah FPI yang dapat dikatakan fokus kepada kasus cagub tersangka "penista agama". Tentunya dengan bahasa yang agamis, seruan-seruan FPI juga dapat diterjemahkan sebagai provokasi oleh pihak-pihak yang anti FPI. Disamping FPI, berita-berita mengenai kasus cagub tersangka "penista agama" tersebar luas di sebagian besar website Islam seperti Arrahmah, Hidayatullah, VoA Islam, dan lain-lain. Untuk pro-kontra di media sosial seperti twitter, facebook dll silahkan sahabat Blog I-I hitung sendiri karena jumlahnya yang terlalu besar. Akan lebih efektif bila menggunakan software khusus pemantau media sosial.

      Lengkap sudah persiapan konflik horisontal sesama anak bangsa Indonesia, yakni dengan tahapan sebagai berikut:

      Pertama, dunia cyber/internet, media sosial, group Whatsapp, termasuk media mainstream dll adalah tempat proses penghangatan  dan pemanasan emosi dengan menggunakan susunan kata dan bahasa dari yang halus menghasut sampai kepada yang kasar, sinis, mengejek, menantang, menyerang, dan seterusnya. Para intel kekuatan politik secara rajin mengikuti dinamika di media sosial, termasuk polisi dan intelijen resmi juga rajin mengikuti perkembangan media sosial. Tanpa sadar semuanya termakan oleh pola propaganda dan susunan kalimat dan bahasa yang mengarah kepada keyakinan adanya pertarungan kekuatan politik yang mewarnai kasus cagub tersangka "penista agama". Keyakinan itu akan semakin kuat ketika realita aksi unjuk rasa terwujud yakni dalam bentuk Aksi Bela Islam dan Aksi Bhinneka Tunggal Ika. Persiapan benturan semakin matang karena respon pendukung cagub tersangka "penista agama" yang juga besar dan kuat sudah dapat diduga yakni dalam bentuk demonstrasi tandingan sebagaimana sering dilakukan oleh Pemerintah berkuasa di Indonesia sejak lama. Semuanya sudah masuk pada perangkap pemanasan situasi yang pada gilirannya meyakinan mayoritas umat Islam untuk bangkit dan fokus kepada penuntasan kasus cagub tersangka "penista agama". Pola-pola pengalihan isu, demonstrasi tandingan tidak akan efektif karena pokok persoalannya bukan pada masalah persatuan dan kesatuan serta penghargaan yang tinggi kepada pluralisme, melainkan hanya kepada penuntasan kasus hukum yang tegas.

      Kedua, upaya-upaya meredam Aksi Bela Islam membenturkan dua konsep lama yang sensitif dan berbahaya yakni Islam VS Nasionalisme Indonesia. Hal ini jelas salah sasaran, karena umat Islam tidak menolak nasionalisme Indonesia, persatuan Indonesia, dan prinsip-prinsip kehidupan berbangsa dan bernegara. Apa yang kemudian terjadi justru meningkatkan rasa curiga bahwa kekuatan besar dibalik cagub tersangka "penista agama" sedang mendiskreditkan perjuangan aspirasi umat Islam. Tetapi bagi aktor intelektual yang mempersiapkan kejatuhan Presiden Jokowi, hal itu justru yang diharapkan adanya aksi dan reaksi yang semakin keras. Artinya semua telah berjalan sesuai skenario agar semakin banyak dan besar pihak-pihak yang berhadapan untuk muncul ke permukaan, sehingga operasi sabotase yang lebih serius dapat dijalankan dengan lebih mudah. Kembali kepada awal provokasi dalam artikel ini, eskploitasi marjinalisasi aspirasi Islam baik dalam konteks sejarah maupun realita saat ini akan semakin meyakinkan, sehingga provokasi umat dapat mulai dihembuskan secara lebih serius. Aktor inteletual upaya pemakzulan Pemerintah jelas tidak akan muncul ke permukaan dan sulit dibuktikan karena operasi yang dilakukan jelas operasi intelijen yang canggih. Siapakah aktor tersebut? Ingat aktor tersebut belum tentu lawan politik Jokowi, boleh jadi kekuatan asing yang tidak menghendaki Indonesia maju pesat dibawah kepemimpinan Jokowi. Bukankah semua bingung? siapa...siapa yang menggerakan sebuah skenario panjang menuju kehancuran Jokowi? Dalam teori covert action menggulingkan Pemerintahan yang sah dikenal pendekatan Puppet Master dimana boneka-boneka merasa menjalankan sesuai kesadarannya, padahal mereka digerakkan oleh kekuatan misterius yang sulit dimengerti. Dengan kata lain, sebagian besar para pihak yang saat ini bergerak aktif memanaskan atau berupaya mendinginkan situasi, pada hakikatnya menjadi bagian dari boneka sang Pupper Master. Seorang ahli yang mampu membaca gerak sosial, ekonomi dan politik akan dengan mudah melihat kecenderungan aksi dan reaksi dari suatu peristiwa. Apa yang diperlukan hanya pengungkit masalah dari satu titik ke titik berikutnya akan sebuah skenario dapat berjalan sempurna. Indonesia belum mampu mengatasi hal ini karena kesadaran masyarakatnya yang relatif rendah. Perhatikan bagaimana konflik antar "preman" dapat berkembang menjadi konflik etnis di Sampit, perhatikan bagaimana Poso terbakar, perhatikan bagaimana Ambon meledak, semuanya berawal dari masalah kecil bukan?

      Ketiga, kronologi peristiwa sangat penting dalam memahami apa yang sedang terjadi belakangan ini:
      - 21 September 2016 - Pernyataan kontroversial pertama cagub tersangka "penista agama"
      - 27 September 2016 - Pernyataan kontroversial kedua cagub tersangka "penista agama"
      - 05 Oktober 2016 - Video rekaman pidato cagub tersangka "penista agama" tersebar di medsos
      - 06 Oktober 2016 - Video rekaman menjadi semakin viral meluas
      - 06 Oktober 2016 - Ormas Islam dan MUI Sumsel melaporkan kasus "penistaan agama"
      - 10 Oktober 2016 - Permintaan maaf "tanpa merasa bersalah" dari sang cagub
      - 14 Oktober 2016 - Demonstrasi Aksi Bela Islam I, ricuh sedikit dan berlangsung damai
      - 24 Oktober 2016 - Sang cagub tersangka "penista agama" klarifikasi ke Bareskrim Polri
      - 04 November 2016 - Aksi Bela Islam II, berlangsung damai, diwarnai kerusuhan kecil malam hari
      - 06 November 2016 - Beredar rencana Aksi Bela Islam III tanggal 25 November 2016
      - 07 November 2016 - Sang cagub diperiksa Polisi
      - 15 November 2016 - Gelar Perkara kasus "penistaan agama"
      - 16 November 2016 - Penetapan tersangka "penista agama" kepada sang cagub berinisial BTP
      - 16 November 2016 - Pencekalan kepada tersangka "penista agama"
      - 16 November 2016 - Kontroversi baru Wawancara tersangka "penista agama" dengan ABC Net
      - 18 November 2016 - Pengumuman rencana Aksi Bela Islam III tanggal 2 Desember 2016
      - 19 November 2016 - Aksi Parade Bhinneka Tunggal Ika
      - ......dan seterusnya akan terus bergulir berbagai pertunjukan boneka-boneka yang tidak sadar

      Secara paralel terjadi kronologi lain yang menggambarkan situasi sosial politik nasional Indonesia:
      - 24 Oktober 2016 - cagub tersangka "penista agama" menghadap Presiden sebelum ke Bareskrim
      - 31 Oktober 2106 - Presiden Jokowi bertemu Prabowo di Hambalang
      - 01 November 2016 - Pertemuan Presiden Jokowi dengan MUI, NU, dan Muhammadiyah
      - 01 November 2016 - Pertemuan Presiden RI ke-6 SBY dengan Wiranto dan Wapres JK
      - 02 November 2016 - Pidato Presiden RI ke-6, SBY
      - 07 November 2016 - Pengarahan Presiden Jokowi kepada prajurit TNI AD
      - 07 November 2016 - Presiden Jokowi kunjungi Kantor Pusat PBNU
      - 08 November 2016 - Presiden Jokowi kunjungi Kantor PP Muhammadiyah
      - 08 November 2016 - Presiden Jokowi sampaikan dengan tegas tidak akan intervensi kasus Sdr. BTP
      - 10 November 2016 - Presiden Jokowi safari militer ke markas Kopassus disertai pengarahan
      - 10 November 2016 - Silaturahim Presiden - Ulama Pimpinan Ponpes Banten & Jawa Barat
      - 11 November 2016 - Pengarahan Presiden Jokowi kepada Pasukan Brimob -  harap tdk ada demo
      - 11 November 2016 - Pengarahan Presiden kepada Prajurit Marinir
      - 14 November 2016 - Isu rush money mulai berhembus tanpa kejelasan sumber menjadi viral
      - 15 November 2016 - Pengarahan Presiden kepada Prajurit Korpaskhas  
      - 16 November 2016 - Safari militer Presiden Jokowi ke Markas Kostrad
      - 17 November 2016 - Presiden Jokowi kembali bertemu Prabowo di Istana Negara
      - 18 November 2016 - Isu rush money direspon secara lebih serius oleh Polisi
      - ......dan seterusnya akan terus bergulir aksi-reaksi dari berbagai pergerakan sosial politik dan penegakan hukum

      Kronologi peristiwa-peristiwa tersebut cukup sempurna dalam memuluskan rencana "makar" terhadap Presiden Jokowi yang akan berpotensi untuk dapat efektif terjadi pada 2017. Mengapa saya katakan sempurna? Karena dinamika aksi reaksi dari para pihak yang berbeda pandangan telah semakin tajam dalam ketidakpercayaan satu dengan lainnya dan pemanfaatan kasus "penistaan agama" menjadi sangat efektif. Berikut ini syarat efektifitas sebuah penciptaan konflik horisontal untuk menggulingkan pemerintahan yang sah yang juga terjadi di banyak negara di dunia:

      1. Adanya kasus pengungkit baik kecil maupun besar
      2. Harus ada pihak-pihak yang berhadap-hadapan secara keras berbeda prinsip dan kepentingan
      3. Pemerintah didorong untuk "panik" dan memperlihatkan kekuatan dengan polisi dan militer
      4. Ketidakpastian informasi seperti dalam kasus rush money, kerusuhan, aktor penunggang, dll
      5. Penajaman situasi saling curiga dari para pihak yang berbeda pandangan
      6. Kelambatan proses hukum karena perdebatan yang berkepanjangan akibat pengaruh politik
      7. Pengujian strategi dan penentuan momentum mana yang tidak akan terbendung karena efek panik
      8. Eksekusi efek domino yang dilanjutkan dengan peredaan situasi setelah tujuan makar tercapai

      Keempat, disadari atau tidak kita semua masuk dalam perangkap situasional yang sulit dipulihkan apabila pihak-pihak yang berbeda pandangan tidak segera menghentikan langkah-langkah ofensif dan defensif dalam melindungi kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok. Dalam situasi tersebut, sangat mudah bagi seorang agent of influence atau influencers mengembangkan propaganda-propaganda yang dipandang baik namun sesungguhnya tetap berada di dalam cengkeraman sang Puppet Master. Semakin gencar sebuah pola propaganda baik yang intinya ingin memenjarakan cagub tersangka "penista agama" ataupun yang ingin mendorong pembebasan cagub tersangka "penista agama" semuanya berada dalam ruang permainan Master Puppet yang dapat dipastikan telah menyebarkan agen-agennya di kedua kubu tersebut. Aksi-reaksi....aksi-reaksi...aksi-reaksi yang diulang-ulang adalah proses pematangan kepada suatu ledakan yang sulit terbendung bagaikan gelombang tsunami. Harapan pemerintah tentunya kepada kelompok pembela Islam agar memberikan kesempatan kepada Polisi, Kejaksaan, dan Pengadilan untuk menjalankan tugasnya. Namun sayangnya cagub tersangka "penista agama" tetap memberikan sinyal-sinyal untuk melanjutkan proses pematangan konflik dengan pancingan pernyataan-pernyataan yang kontroversial, sehingga kelompok Pembela Islam menjadi yakin untuk meneruskan rencana aksi demosntrasi lanjutan bahkan sampai tahun 2017 sekalipun. Hal itu sudah diperhitungan masak oleh sang Puppet Master, yakni karakter tersangka "penista agama" yang ceplas-ceplos kadang eskplosif dalam memberikan pernyataan sangat cocok sebagai faktor pengungkit yang efektif. Di samping itu, juga telah diperhitungkan secara matang tentang dukungan kekuatan politik dan finansial dari tersangka termasuk rahasia-rahasia yang dipegang tersangka yang merupakan kartu sakti agar dirinya tetap dibela mati-matian. Lingkaran proses konflik dapat dikatakan sempurna dari kacamata strategi sabotase negara.

      Kelima, bagaimana dengan gerakan yang murni menginginkan Indonesia yang damai? Situasi damai, pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kemajuan pembangunan, dan peningkatan kesejahteraan rakyat adalah harapan semua orang. Namun realita hidup manusia harus terus berhadapan dengan kejahatan, keserakahan, kecurangan, dan berbagai hal yang merupakan lawan dari situasi damai. Ketika Polisi banyak yang ditarik ke Jakarta, berapa persen peningkatan kejahatan dan kelambatan penanganan kejahatan di daerah-daerah yang meningkat? Begal motor, pencurian, perampokan, pembunuhan kerap terjadi manakala kesempatan terbuka dan aparatur keamanan lengah atau tidak berada di tempat. Pada level yang lebih besar, kejahatan politik merupakan keniscayaan yang tidak dapat diabaikan karena akan tetap mengintai ketika Pemerintah lengah. Hal ini merupakan faktor lain yang akan dimainkan pada tahapan berikutnya, yaitu peningkatan kriminalitas yang berdampak kepada rasa tidak aman rakyat secara luas. Benar bahwa mayoritas bangsa Indonesia lebih memilih kedamaian daripada konflik. Namun jangan lupa bahwa kedamaian bukan sesuatu yang harus diterima secara sepihak, melainkan suatu keadaan karena semua pihak mau menerima kondisi obyektif yang sedang berjalan. Kasus "penistaan agama" telah memasuki ruang konflik yang tajam, terlepas dari benar dan salah dan kepentingan politik, perbedaan pandangan terhadap kasus tersebut jangan dibiarkan masuk ke dalam wilayah konflik terbuka karena hal ini merupakan salah satu momentum awal dari kejatuhan Presiden Jokowi.

      8 syarat efektifitas penciptaan konflik horisontal sudah hampir sempurna yakni sambil menunggu proses hukum (cepat atau lambat), akan diikuti terus oleh pemeliharaan momentum melalui aksi-aksi lanjutan baik Aksi Bela Islam maupun Bhinneka Tunggal Ika (karena para pelaku masih belum sadar berada di dalam skenario Puppet Master). Isu-isu senada dengan rush money akan muncul lagi bahkan akan lebih dahsyat menjelang akhir tahun. Pengujian strategi spiralling seperti pusaran air akan terus diterapkan guna meningkatkan relevansi skenario hingga puncak momentumnya ketemu. Hal ini bila tidak dicegah akan melahirkan panik massa yang sulit dikendalikan, dan penurunan pasukan Polisi Brimob dan Tentara besar-besaran justru menjadi justifikasi bahwa perangkap ini berjalan sempurna. Pada saat eksekusi, akan bergerak konsolidasi-konsolidasi persiapan yang memastikan bahwa proses sudah cukup untuk menjungkalkan penguasa dan dikembalikan kepada konstitusi, dan seterusnya dan seterusnya, bisa diambil alih Wakil Presiden, atau desakan Pemilu dipercepat atau proses di Parlemen Senayan.

      Situasi dan kondisi yang belum dapat diperkirakan adalah sejauh mana situasi kacau yang akan terjadi tersebut diskenariokan oleh sang Puppet Master. Apakah cukup seperti tahun 1997-1998 ataukah lebih besar lagi. Kelemahan skenario ini dibandingkan situasi 1998 adalah tidak adanya dukungan internasional berupa tekanan ekonomi yang luar biasa. Artinya biaya yang akan dikeluarkan juga sangat besar, karena stabilitas ekonomi telah dan akan mengurangi volume tekanan masyarakat yang teseret arus perputaran informasi terkait kasus "penistaan agama". Artinya kalangan mapan, menengah ke atas tidak akan bergerak karena kepentingan mereka terlalu kecil untuk mendukung kejatuhan Presiden Jokowi.

      Dinamika Kasus Penistaan Agama

      Pada bagian akhir ini Blog I-I ingin menyampaikan perkiraan perkembangan situasi ke depan dan saran sbb:
      1. Cagub tersangka "penista agama" akan 100% gagal dalam Pilkada DKI Jakarta pada 15 Februari 2017. Kegagalan tersebut dapat berjalan secara damai maupun kacau dan rusuh tergantung kepada beberapa faktor seperti keadilan, independensi dan transparansi proses hukum.  Selain itu juga akan dipengaruhi sikap tersangka dan para pendukungnya, sikap para pelapor dan mereka yang terlibat dalam Aksi Bela Islam, serta dinamika politik nasional. Harapan dari pihak-pihak yang melihat kesempatan "makar" adalah kacau baik dengan proses aksi-reaksi demo dan tandingan demo, maupun pancingan-pancingan lain yang mengarah kepada konflik yang lebih keras. Kemungkinan besar tersangka "penista agama" akan terus menerus dipancing emosinya dengan berbagai cara agar kerap mengulangi sikap kontroversialnya, hal ini sudah cukup untuk memelihara situasi sosial politik yang panas.
      2. Kegagalan cagub tersangka "penista agama" berarti juga kekalahan politik bagi partai penguasa khususnya Presiden Jokowi. Namun demikian situasi dan kondisi politik ibukota akan segera kembali stabil paska Pilkada DKI Jakarta dengan gubernur baru yang mana dua pasangan yang maju dapat diterjemahkan sebagai "oposisi" dalam konteks Jakarta. Sesungguhnya hal ini sangat lumrah dan biasa dan bukan sesuatu yang luar biasa karena sangat tergantung pada dinamika di masyarakat dalam melihat calon pemimpinnya. Mengenai dampaknya menuju tahun 2019, masih terlalu jauh untuk dianalisa. Tantangan menjadi gubernur DKI Jakarta tidak mudah, apalagi misalnya dalam periode 2017-2019 diharapkan sudah berprestasi luar biasa, sungguh tidak mudah. Artinya penguasaan politik di Jakarta bukan jaminan untuk melenggang di tahun 2019 dalam Pilpres.
      3. Semakin kuat "perlawanan" cagub tersangka "penista agama" dengan memanfaatkan berbagai cara dan sumber daya serta daya tekan dengan sejumlah kartu rahasia yang dimilikinya, akan semakin kuat pula desakan untuk memenjarakan sang tersangka. Hal ini akan semakin kurang sehat karena kuat-kuatan dan situasi berhadap-hadapan merupakan harapan dari pihak-pihak yang melihat kesempatan makar.
      4. Isu-isu provokatif senada dengan rush money akan terus dihembuskan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab guna memelihara ketegangan situasi, atau bahkan mendorong tersebarnya perasaan kurang aman di masyarakat.
      5. Hampir seluruhnya dari 8 syarat konflik horisontal penggulingan pemerintahan yang sah telah bergulir, sehingga tanpa upaya pencegahan yang tepat maka hampir dapat dipastikan skenario "makar" dapat dieksekusi.   
      6. Saran untuk pencegahan bahaya terhadap keamanan nasional diawali oleh sikap Presiden Jokowi agar mengikhlaskan kekalahan politik di Jakarta sebagai pengorbanan untuk kepentingan nasional yang lebih besar, yakni menyelesaikan mandat dari rakyat untuk memimpin Indonesia sampai tahun 2019. 
      7. Saran berikutnya untuk para pihak yang terlibat langsung dengan proses hukum penistaan agama, khususnya tersangka, pelapor, saksi, dan aparat hukum agar tidak mengeluarkan pernyataan kontroversial yang semakin memanaskan situasi. Akan lebih baik untuk konsentrasi penyelesaian kasus secara tuntas hingga ke pengadilan dan mendapatkan keputusan tetap dari hakim tentang perkara "penistaan agama".
      8. Saran kepada wesbite, blog, akun media sosial untuk menghentikan penyebaran fitnah, berita bohong, provokasi, dll untuk mengurangi emosi pihak-pihak yang berbeda pandangan. 
      9. Kepada FPI dan kelompok Propaganda Bhinneka Tunggal Ika agar tidak lagi melakukan kegiatan turun ke jalanan baik dalam bentuk demonstrasi maupun sekedar unjuk kekuatan guna menghindari perangkap skenario makar yang menghendaki adanya polarisasi yang lebih besar dari kasus "penistaan agama". Semakin sepi demonstrasi dan konsentrasi pada penuntasan kasus hukum, maka pihak-pihak yang mencari kesempatan makar akan kehilangan peluangnya.
      10. Untuk memotong rantai skenario "makar", sudah waktunya bagi Presiden Jokowi untuk merangkul kelompok yang paling keras dalam menyuarakan tuntutan keadilan terhadap tersangka "penistaan agama". Rangkulan ini mungkin akan kontroversial dan sulit mengubah sikap FPI dan kawan-kawan, namun setidaknya membangun rasa saling percaya yang lebih baik. 
      11. Kepada Intelijen resmi, kerja....kerja....dan kerja dan telitilah dalam melaporkan informasi kembali kepada prinsip dasar nilai informasi baik pada kebenaran isi substansi informasi maupun kepada tingkat kepercayaan sumber informasi, biasakan untuk cek dan cek ulang serta cek ke pihak lain. Hati-hati dengan musuh dalam selimut yang sudah berkali-kali membocorkan rahasia dalam rangka menggerogoti kewibawaan Intelijen dan menjatuhkan pimpinan intelijen. Untuk atasi masalah ini lakukan pembatasan akses informasi sensitif berdasarkan otoritas/wewenang, sehingga sumber kebocoran dapat cepat terungkap. Bila perlu lakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Handphone unsur pimpinan dari eselon 1 hingga 3 dan anggota yang hadir dalam rapat tertutup, termasuk asisten sorot. Sudah waktunya Intelijen menerapkan wilayah steril alat komunikasi di dalam lingkungan intelijen dan pengecekan rutin kepada anggotanya sendiri dan utamanya juga mereka yang dipercaya sebagai staf cabutan dari luar lingkungan intelijen. Penghianat adalah tetap penghianat, tiada ruang dan ampunan bagi mereka dan harus dipecat apabila terungkap dengan bukti.
      Perkiraan Blog I-I akan dinilai provokatif dan merugikan cagub tersangka "penista agama", namun perkiraan atau forecast ini disusun dengan sangat hati-hati dan dapat dibuktikan kebenarannya nanti. Sebagai sebuah analisa intelijen berdasarkan indikasi-indikasi, Blog I-I boleh dikatakan tidak pernah meleset, seperti ketika memberikan analisa dalam pertarungan politik Jokowi-Prabowo di Pilpres silam. Apabila perkiraan ini keliru atau meleset, maka Blog I-I akan menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh sahabat pembaca Blog I-I karena untuk pertamakalinya dalam perjalanan Blog I-I menyampaikan perkiraan yang meleset.

      Demikian untuk menjadi perhatian.
      Senopati Wirang









          

        Read More »
        01.25 | 0 komentar