Sabtu, 25 Oktober 2014

Selamat Jalan Gayatri

Sebelumnya atas nama seluruh komunitas Blog I-I, saya ingin menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas kepergian putri bangsa yang memiliki bakat khusus penguasaan bahasa yakni Gayatri Wailissa (17 tahun) karena sakit pendarahan otak. 

Gayatri yang kabarnya menguasai 13 atau 14 bahasa asing segera menarik perhatian publik Indonesia dan Maluku tanah kelahirannya karena dirinya memang spesial dengan kemampuannya tersebut dan telah dikenal karena kiprahnya mewakili Indonesia dalam forum regional dan internasional. 

Kepergian Gayatri tentunya menjadi kesedihan tersendiri bagi keluarga dan khususnya orang tuanya, namun hal itu tidak berarti bahwa pernyataan dari orang tua almarhumah bahwa Gayatri adalah anggota BIN dapat dibenarkan karena sebagaimana dinyatakan oleh Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Daerah Maluku, Brigadir Jenderal TNI Gustav Agus Irianto, bahwa Gayatri belum direkrut oleh BIN dan hanya bercita-cita untuk menjadi anggota BIN. Penjelasan Jenderal Gustav sudah cukup dan dapat menjawab teka-teki tentang benar-tidaknya Gayatri anggota BIN.

Sayangnya dalam polemik publik terkait intelijen hampir selalu diwarnai oleh keragu-raguan atau rasa percaya tidak percaya tentang apapun pernyataan resmi dari lembaga atau perwakilan lembaga intelijen resmi dimanapun. Sikap tersebut dapat dipahami, dan saya kira disaat keluarga masih merasakan kedukaan akan kurang baik untuk melakukan perdebatan tentang apakah Gayatri anggota BIN atau bukan.

Blog I-I sampai hari ini selalu menerima ratusan komentar yang diminta untuk dirahasiakan, serta mungkin bila ditotal sejak tahunan silam sudah ribuan email dari anak-anak bangsa Indonesia yang menyatakan ingin bergabung dengan komunitas intelijen, khususnya BAKIN atau yang sekarang menjadi BIN. Mengingat minat yang sangat besar dari anak-anak bangsa Indonesia yang ingin mengabdi di bidang intelijen, Blog I-I tidak akan bosan-bosannya menyampaikan agar BERHATI-HATI dengan penipuan yang mengatasnamakan lembaga intelijen atau komunitas intelijen. Khusus Blog I-I sendiri tidak melakukan perekrutan karena komunitas yang terbentuk dalam Blog I-I adalah atas dasar sukarela dan pada umumnya sudah memiliki pekerjaan atau kemandirian. Atas dasar kepedulian terhadap bangsa dan negaralah, Blog I-I dapat terus menyampaikan pesan-pesan melalui artikel singkat sebagai pembelajaran publik di bidang intelijen.

Terkait dengan adanya cerita-cerita tentang pelatihan fisik beladiri, menembak, teknik-teknik giat militer, penyamaran, penguasaan berbagai bahasa, teknologi tinggi dan lain-lain skill intelijen tentunya hal itu merupakan kewajiban sehingga menjadi hal yang sangat biasa bagi anggota intelijen. Namun sebelum anda diperbolehkan untuk bergabung dengan kegiatan-kegiatan yang "berbahaya" tersebut sudah harus lulus dari serangkaian test kesehatan yang sangat lengkap guna menghindari terjadinya kecelakaan. Sejauh ini kecelakaan dalam latihan militer kalangan intelijen yang pernah terjadi terakhir kali adalah di tahun 1980-an atau 1990-an, karena waktu itu pemeriksaan kesehatan belum selengkap sekarang. Selain itu, pada periode awal rekrutmen tidak ada sistem pendidikan one on one atau satu mentor satu murid karena hal itu kurang baik secara psikologis dan lemahnya pengawasan. Sistem mentoring hanya dilakukan kepada calon-calon intel yang sudah memiliki eksistensi di masyarakat dan itupun hanya teknik-teknik intelijen dan bukan latihan fisik. Hal ini merupakan prinsip dasar di seluruh lembaga intelijen termasuk di Russia maupun AS dan negara-negara Eropa lainnya, dengan pengecualian MOSSAD karena mereka semuanya memiliki background militer. Lebih jauh lagi sistem mentoring satu orang satu murid juga hanya dilakukan dengan tujuan transfer ilmu/pengalaman dari petugas intel senior kepada juniornya yang diharapkan akan menggantikannya suatu saat nanti. Adakalanya sistem ini juga tidak berhasil dengan didropnya sang junior karena dinilai kurang berbakat sehingga dialihkan ke unit lain yang lebih mudah.

Rekrutmen BIN yang diketahui oleh jaringan Blog I-I mengikuti sistem kepegawaian PNS/ASN dengan berbagai persyaratan yang ketat termasuk kesehatan, sedangkan rekrutmen Sekolah Intelijen memiliki syarat utama lulusan SMA dan sederajat dengan nilai yang tinggi sehingga cukup banyak tersedia tenaga handal yang juga memiliki kekhususan-kekhususan. Cerita-cerita orang tua Gayatri tentunya patut dihargai walau belum tentu benar terlebih dengan seragam yang tidak terkonfirmasi sebagai seragam yang dikenakan kadet-kadet intelijen junior BIN.

Bagi Blog I-I, minat dan sikap almarhumah Gayatri yang ingin mengabdi kepada bangsa dan negara Indonesia adalah sangat mulia dan biarlah kita mengenangnya demikian, sehingga dapat menjadi inspirasi yang terus hidup bagi generasi muda Indonesia untuk membangun, menjaga, dan memelihara Indonesia Raya yang kita cintai bersama.

Selamat jalan Gayatri....do'a kami mengiringi perjalananmu ke dunia yang lebih baik, Insha Allah.

Salam Intelijen
Senopati Wirang



Read More »
06.58 | 0 komentar

Selamat Tahun Baru 1345 Hijriyah


Selamat Tahun Baru 1 Muharam 1435 Hijriyah
Semoga Intelijen Indonesia Semakin Jaya
Mengawal Perjalanan Bangsa dan Negara Indonesia
Profesional dalam Bekerja, Berintegritas dalam Mengabdi
Salam Intelijen
Senopati Wirang

Read More »
06.10 | 0 komentar

Senin, 20 Oktober 2014

Selamat Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla

Sehari setelah pelantikan dan pesta rakyat atas resminya Indonesia memiliki Presiden dan Wakil Presiden baru, maka sesuai dengan prinsip intelijen yang menjunjung tinggi single client, atas nama segenap komunitas Blog Intelijen Indonesia dari Aceh hingga Papua dan yang berada di seluruh dunia, kami mengucapkan Selamat kepada Bapak Joko Widodo dan Bapak Jusuf Kalla yang akan memimpin Indonesia selama lima tahun ke depan.

Sikap Blog I-I terhadap politik adalah tidak berpolitik, namun mendorong terus terlaksananya sistem politik yang disepakati bersama bangsa Indonesia sebaik-baiknya. Sebagaimana seluruh pembaca Blog I-I pahami, Blog I-I tetap berupaya untuk profesional dan hanya mempublikasikan hal-hal yang dianggap dapat menjadi media pendidikan bagi bangsa Indonesia. Tetap bersikap informatif, hati-hati, dan kritis adalah suatu bentuk sumbangan pemikiran dan informasi yang semoga dapat turut menyelamatkan langkah bangsa Indonesia.

Sekali lagi selamat dan semoga sukses membawa bangsa Indonesia menjadi bangsa yang sejahtera merata dan disegani di dunia internasional.

Do'a prajurit perang fikiran dan keringat dan darahnya akan terus diabdikan untuk bangsa Indonesia.

Salam Intelijen
Senopati Wirang  

Read More »
17.24 | 0 komentar

Sabtu, 18 Oktober 2014

Siaga Satu Penggalangan Rusia terhadap BIN !

Artikel ini telah dipersiapkan sejak lama ketika beberapa jaringan Blog I-I mendapatkan bocoran dari CIA tentang rencana strategis Rusia membangkitkan sentimen anti neoliberalisme kapitalisme dan kebangkitan komunisme di Indonesia (baca anti AS dan Barat) karena perkiraan strategis bahwa dunia kembali berada dalam kondisi Perang Dingin karena masalah geopolitik, energi, dan persaingan ekonomi. Penundaan publikasi artikel ini adalah menunggu bukti-bukti faktual langkah-langkah Rusia di Indonesia. Tentunya masih segar dalam ingatan seluruh komunitas Intelijen Indonesia tentang kasus Letkol Johanes Baptista Susdaryanto yang menjadi agen KGB pada era Perang Dingin. Kita semua perlu merenungkan makna salah satu judul pidato Bung Karno: JAS MERAH yakni Jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.

Saya akan mengawali artikel ini merujuk pada informasi CIA bahwa Rusia secara aktif melakukan penggalangan kepada BIN. Model penggalangan yang dilakukan SVR (Sluzhba Vneshney Razvedki) adalah sama saja dengan model penggalangan CIA pada era BAKIN ketika membentuk Unit Pelaksana 01 (semacam Directorate Operation / DO model CIA) yakni melalui kerjasama pelatihan dan pendidikan yang membidik sebanyak-banyaknya anggota BIN untuk mengikuti pelatihan oleh SVR.

Kata kuncinya adalah SVR menargetkan jumlah anggota BIN yang dilatih Rusia dalam jumlah besar dan bergelombang dalam waktu beberapa tahun. Dari sanalah akan dilakukan proses rekrutmen dengan membidik anggota-anggota BIN yang potensial sebagai agen SVR. Apa bedanya dengan pelatihan dan pendidikan oleh lembaga-lembaga intelijen lain, seperti CIA, BND, ASIS, ASIO, Mossad, Intelijen China, Intelijen Negara ASEAN, Intelijen Negara-negara Arab dll? Bedanya adalah pada niat merekrut anggota BIN melalui pelatihan yang diatur sedemikian rupa terstruktur dan sistematis sehingga dalam waktu 5 tahun secara total anggota BIN yang dilatih dapat mencapai seratusan orang lebih. Dari sana SVR dapat menilai siapa-siapa yang berpotensi untuk direkrut (pintar dan punya akses). Apabila SVR berhasil merekrut 1 orang saja anggota BIN, maka hal ini sudah menjadi malapetaka. Apalagi dengan tersedianya stock yang besar anggota BIN yang tercatat dalam daftar list target SVR, maka secara teori jumlah anggota BIN yang dapat direkrut akan lebih dari 1 orang.

Model rekrutmen SVR ini dapat dibandingkan dengan ASIO dan ASIS melalui kursus bahasa Inggris yang juga menargetkan untuk mengakses sebanyak-banyaknya anggota BIN. Sedangkan CIA sendiri sampai saat ini lebih memperhatikan akses kepada unit-unit counter-terrorism BIN dengan memperluas aksesnya melalui kerjasama operasi dan pelatihan. Ada yang salah dan rusak dengan BIN dan hal ini kurang disadari karena kelemahan yang luar biasa dalam membangun postur intelijen yang kuat, profesional, dan disegani. Kepentingan Australia dan Amerika terhadap Indonesia sudah dapat ditebak terkait dengan kepentingan ekonomi, stabilitas kawasan, kerjasama antar negara serta adanya keinginan terpendam agar Indonesia terus melaju menjadi negara demokrasi liberal yang berkarakter sama dengan Barat sehingga dapat menjadi sekutu Barat. Untuk meraba kepentingan Rusia, Intelijen Indonesia harus melihat kepada karakter khusus SVR yang fokus kepada spionase di luar negeri (sama dengan CIA) artinya menjadi kewajiban SVR untuk dapat merekrut agen dari negara-negara yang menjadi target.

Salah satu alasan BIN mengirimkan anggotanya untuk dilatih intel asing adalah untuk "menimba ilmu" yang mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam pekerjaan BIN. Namun sesungguhnya Ilmu intelijen tidak lagi khas milik lembaga intelijen, melainkan telah banyak diadopsi dan dikembangkan oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi maupun bisnis swasta. Untuk meningkatkan kemampuan analisa anggota BIN misalnya dapat menempuh studi Kajian Intelijen Stratejik di UI.

Dalam proporsi yang wajar, sesungguhnya pelatihan intelijen sangat diperlukan oleh insan intelijen Indonesia baik yang diselenggarakan di dalam negeri maupun di luar negeri. Namun sudah waktunya BIN membangun sistem pendidikan dan pelatihan yang lebih baik sehingga tidak mudah meneteskan air liur ketika mendapatkan tawaran pendidikan dan pelatihan dari lembaga intel asing. Dalam pengalaman di masa lalu ketika berlatih dengan CIA, KGB, Mossad dan lain-lain, sesungguhnya tidak ada yang baru atau lebih hebat dari sistem pendidikan dan pelatihan intelijen yang dimiliki oleh Pusintelstrat, Pusdik Intel TNI, dan Pusdiklat BAKIN. Pada waktu itu, BAKIN mengirimkan anggotanya untuk dilatih dalam rangka memberikan pengalaman saja dan jumlahnya sangat terbatas dan secara tegas menolak pelatihan yang secara sistematis membuat anggota-anggota BAKIN terekspos dalam jumlah besar sebagaimana sistem yang sedang dijalankan SVR saat ini.

Blog I-I memperkirakan, kerusakan dalam sistem pengamanan personil BIN tersebut akan mulai terasa besar dampaknya ketika murid-murid didikan intelijen asing mulai menduduki jabatan strategis.

Apabila informasi Blog I-I ini keliru, mohon ma'af. Tetapi ada baiknya Pimpinan BIN menghitung kembali sudah berapa anggota BIN yang ditarget oleh SVR dalam sistem pendidikan dan pelatihannya, silahkan dijumlah sejak beberapa tahun silam dan perhatikan grafik peningkatannya. Bahkan Blog I-I menganjurkan agar mereka-mereka yang telah selesai dari pendidikan SVR diuji kembali kesetiaannya dalam wawancara khusus dan tes kebohongan. Untuk lebih adilnya, hal yang sama dapat diterapkan kepada mereka-mereka yang pernah dilatih CIA, ASIS, ASIO, Mossad, dll. Hal ini untuk strategi masa depan Intelijen Indonesia sendiri agar lebih mandiri dan dapat dipercaya dalam mengemban amanat bangsa Indonesia di bidang intelijen.

Menyikapi kerusakan pengamanan personil BIN dari infiltrasi intelijen asing yang masif, terstruktur dan sistematis tersebut, maka komunitas Blog I-I bersama ini menyampaikan desakan kepada Pemerintah RI, DPR-RI, dan Pimpinan BIN sbb:

  1. Anggaran BIN agar dinaikkan dalam rangka pengembangan organisasi dan khusus untuk peningkatan kapasitas profesionalisme anggota BIN agar diadakan anggaran khusus pendidikan dan pelatihan yang lebih besar supaya tidak tergantung kepada pendidikan dan pelatihan dari intelijen asing. 
  2. Seluruh pendidikan dan pelatihan di luar negeri agar segera dievaluasi dan dilakukan penyegaran nasionalisme Indonesia kepada anggota BIN yang memperoleh didikan intelijen asing.
  3. Komunikasi BIN dengan Intelijen Asing agar dipastikan hanya melalui satu pintu, pelanggaran terhadap sistem ini harus dikenakan sanksi.
  4. Tawaran belajar bahasa asing sebaiknya ditolak karena dapat dengan mudah ditempuh di lembaga-lembaga pendidikan bahasa baik di dalam maupun luar negeri secara mandiri. Hentikan mentalitas mumpung ada gratisan dari intelijen asing yang sebenarnya ingin melakukan perekrutan agen. 
  5. Peningkatan sumber daya manusia BIN melalui pendidikan dan pelatihan agar lebih mandiri dengan peningkatan kualitas Guru Intel (Gurint) dari anggota-anggota BIN yang berpengalaman.
  6. Khusus terkait SVR, ingat kasus Letkol Susdaryanto dan jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.

Demi keselamatan bangsa dan negara Republik Indonesia, mohon kepada komunitas Blog I-I untuk melaporkannya kepada Pimpinan BIN, Presiden RI, dan Komisi- I DPR-RI.

Semoga bermanfaat,
Salam Intelijen
Senopati Wirang

Read More »
02.45 | 0 komentar

Jumat, 17 Oktober 2014

Selamat Pak Jokowi, Selamat Pak Prabowo, Selamat Bangsa Indonesia

Pertemuan antara Jokowi dan Prabowo pagi hari ini sedikit banyak membawa kelegaan bagi rakyat Indonesia bukan karena untuk meredakan ketegangan, bukan suatu rekonsiliasi krn memang tidak perlu ada rekonsiliasi, melainkan simbolisme kenegarawanan Jokowi dan Prabowo yang tidak pernah ditunjukkan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya. Banyak pihak yang selama ini mencibir kedua tokoh tersebut harus mengakui bahwa mereka berdua adalah tokoh bangsa yang pantas memimpin negeri ini. Tulisan singkat ini hanya ingin menyampaikan selamat kepada Pak Jokowi selaku Presiden terpilih dengan santunnya mendatangi rumah Pak Prabowo, dan selamat kepada Pak Prabowo yang dengan tulus menerima kedatangan Pak Jokowi. Pernyataan-pernyataan kedua tokoh juga sangat baik untuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Akhirnya hal ini merupakan kemenangan bangsa Indonesia yang meskipun memiliki pandangan politik yang berbeda-beda dapat melihat kedewasaan berpolitik para tokoh nasional yang menjadi harapan kita semua.

Hanya satu hal yang perlu diingat bangsa Indonesia, bahwa sistem politik dengan oposisi murni akan sangat baik dan sehat sebagai checks and balances karena masing-masing pihak akan sangat berhati-hati dan akan berusaha keras berjuang untuk kepentingan rakyat. Kehati-hatian tersebut juga dalam soal sikap perilaku dan ketulusan dalam mengabdi kepada bangsa dan negara, kasus korupsi secara teori akan menurun tajam karena masing-masing pihak saling mengawasi secara serius.

Berhati-hatilah dengan petualang politik yang jelas tidak memiliki pijakan ideologi, yang berperilaku menguntungkan diri sendiri dengan berpura-pura atas nama rakyat. Awasilah dengan serius baik melalui mekanisme internal partai maupun melalui pengawasan publik dan lain-lain. Perhatikan bagaiamana seseorang berpolitik, apabila ia berkali-kali kutu loncat dan bersikap seolah-olah membela rakyat dengan sikap arogan menghina sana-sini, maka waspadailah karena boleh jadi kepercayaan dirinya dibangun oleh konspirasi kelompok tertentu yang ingin membawa perubahan sesuai agenda kelompok. 

Demikian catatan singkat Blog I-I
Semoga bermanfaat
Senopati Wirang  

Read More »
03.16 | 0 komentar

Kamis, 16 Oktober 2014

Demokrasi: Menghormati Perbedaan Pandangan

Tulisan ini berupaya untuk obyektif dalam menilai dinamika politik yang belakangan ini sering dinilai secara sepihak dalam sudut pandang yang sangat sempit bahkan cenderung mempertajam "permusuhan" antara kekuatan-kekuatan politik yang ada. Tidak seperti propaganda opini mengatasnamakan rakyat yang dikembangkan oleh Media Group sebagaimana dapat kita saksikan melalui Metro TV maupun kita baca melalui Media Indonesia (MI), jaringan Intelijen Indonesia secara teliti mencatat setiap polemik politik nasional yang berkembang baik secara terbuka maupun tertutup. 

Tulisan ini tidak bermaksud mendiskreditkan Media Group yang membabi buta menuduh kekuatan politik yang bergabung dalam Koalisi Merah Putih dengan berbagai sebutan-sebutan (name calling) seperti "BALAS DENDAM", "HAUS KEKUASAAN", "BAGI-BAGI KEKUASAAN", dan puluhan sebutan lainnya yang dapat kita kutip langsung dari editorial maupun pernyataan-pernyataan Dewan Redaksi Media Group yang sudah jauh dari sikap profesional jurnalistik yang berimbang.

Fakta-fakta

Contoh Editorial MI berikut ini hanyalah sebagian kecil dari rangkaian propaganda yang tidak memperhatikan bahwa masyarakat memerlukan berita yang faktual dan akurat, bukan pengembangan opini sepihak yang mempertajam "kebencian" sesama anak bangsa.

  • Editorial MI (30/9/2014) Mengakhiri Politik Balas Dendam
  • Editorial MI (3/10/2014) DPR Baru yang Bikin Malu
  • Editorial MI (9/10/2014) Koalisi Terkuat dengan Rakyat
  • Editorial MI (10/10/2014) Rakyat Mengawal Pelantikan Jokowi
  • Editorial MI (14/10/2014) Kabinet yang Tulus
  • Editorial MI (16/10/2014) Rekonsiliasi tanpa Transaksi
Dalam berbagai siaran Metro TV juga sering terdengar suatu sudut pandang yang sangat sinis dan memojokan posisi Koalisi Merah Putih yang sering juga diplesetkan menjadi Koalisi Prabowo. 

Realita Politik Indonesia

Kita tidak dapat melupakan realita politik dimana rakyat Indonesia yang menjadi konstituen atau pemilih dalam pileg dan pilpres 2014 telah memberikan suaranya dengan komposisi yang cukup seimbang, dengan kemenangan tipis suara kubu Jokowi-JK dalam pilpres dan kemenangan suara Koalisi Merah Putih dibandingkan dengan Koalisi Indonesia Hebat. Mengapa realita tersebut mencoba dikaburkan dengan teknik propaganda labelling dan name calling yang membuat kubu Koalisi Merah Putih yang juga didukung oleh puluhan juta rakyat Indonesia menjadi terpojok seolah bagai pesakitan anti demokrasi?

Hal ini sangat tidak sehat bagi demokrasi, karena prinsip dasar demokrasi adalah saling menghormati perbedaan pandangan. Dimana meskipun kubu Koalisi Merah Putih memilih untuk menjadi OPOSISI tidak berarti mereka pecundang yang dituduh tidak legowo. Dalam kaitan menghormati pandangan yang berbeda, tentunya jaringan Intelijen Indonesia juga menghormati propaganda-propaganda yang membabi buta menyudutkan Koalisi Merah Putih. Hanya saja apabila propaganda tersebut tidak dihentikan, maka dampaknya akan dalam bagi bangsa Indonesia dimana sebagian pihak yang kurang percaya diri akan termakan oleh propaganda tersebut dan sebagian yang memiliki keyakinan ideologis akan semakin dalam melahirkan rasa tidak suka. Terlebih Media Group dalam berbagai perbincangan tertutup diketahui dikuasai kelompok tertentu yang menyudutkan umat Islam seperti pernah diungkapkan mantan wartawan dan Editorial MI seperti Edy A. Effendi, bahkan jaringan Intelijen Indonesia di Media Group juga memberikan konfirmasinya.

Demokrasi, Pemerintah dan Oposisi Murni 

Menjadi harapan kita bersama bahwa Pemerintah dapat segera bekerja dengan baik dan memenuhi janji-janjinya. Menjadi harapan kita pula bahwa Kelompok Oposisi memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk mengawasi jalannya Pemerintahan dan bersiap-siap untuk mengambil alih kekuasaan apabila Pemerintah melakukan pelanggaran hukum yang tidak dapat ditolerir. Hal itu justru akan menguntungkan seluruh rakyat Indonesia, karena akhirnya Indonesia memasuki era oposisi murni yang akan sehat bagi demokrasi. 

Sehatnya suatu pemerintahan adalah apabila tidak ada persekongkolan antara eksekutif dan legislatif sebagai sering terjadi selama ini yang tercermin dari sejumlah kasus korupsi. Dengan adanya oposisi murni, maka kekuatan legislatif dan eksekutif akan saling menyandera secara positif yang akan menghindari terjadinya praktek-praktek korupsi atau penyimpangan yang lainnya. Artinya semua pihak akan sangat hati-hati dalam melangkah. 

Oposisi yang menjegal kebijakan Pemerintah yang baik akan kehilangan pamor di mata rakyat, namun oposisi yang diam manakala pemerintah melakukan kekeliruan juga akan kehilangan pamor, terlebih oposisi banci yang berubah-ubah pikiran dukung sana dukung sini, itulah sebabnya Mbah Maimun sangat kecewa dengan para elit politik PPP yang tampak kurang percaya diri dan kurang mampu memposisikan diri secara baik. Kita membutuhkan Oposisi yang kuat sebagaimana tampak dalam sosok Koalisi Merah Putih, namun kita juga menghendaki Pemerintahan yang efektif dan bersih yang tidak diganjal oleh kepentingan kelompok. Hal ini sesungguhnya sangat terang-benderang dapat kita saksikan nanti, bukan di-opinikan sejak dini seolah-olah ada suatu skenario-skenario yang akan menghambat kemajuan Indonesia. 

Jokowi-JK boleh jadi telah dimenangkan oleh MK secara meyakinkan hanya dengan selisih 8 juta suara, sementara fakta dukungan suara rakyat jelas terpecah hampir 50-50 yang tentunya harus menjadi kehati-hatian bagi kita semua dalam menjaga persatuan bangsa. Ujian Kemenangan Jokowi-JK yang pertama akan tampak dari komposisi kabinet yang akan diumumkan minggu depan. Jaringan Intelijen Indonesia tidak akan merecoki siapa-siapa yang akan dipilih menjadi anggota kabinet, namun bila diperkenankan berpendapat hanya akan melihat siapa yang akan dipilih menjadi Kepala BIN. 

Dari sejumlah kandidat Kepala BIN seperti Jenderal Budiman, Jenderal Fachrul Rozy, DR. As'ad Said Ali, Marsekal Madya Ian Santoso Perdanakusumah, Marsda Maroef Sjamsoeddin, dan Mayjen Erfi Triasunnu  akan mencerminkan siapa yang berpengaruh dalam Pemerintahan Jokowi. Apakah Jokowi sendiri, ataukah Ibu Mega, ataukah Luhut Panjaitan, ataukah Hendropriyono, ataukah Jusuf Kalla? Seluruh jaringan Intelijen Indonesia akan segera memahami peta kekuatan tersebut dan beradaptasi tentunya, sehingga tidak ada yang dikhawatirkan.

Namun bagaimana dengan janji pembentukan "kabinet kerja" yang akan disusun Jokowi-JK? Apabila minggu depan kita temukan nama-nama yang tidak kredibel, meragukan, atau bahkan kontroversial dan bermasalah, maka itu akan menjadi makanan empuk Oposisi. Bukankah hal itu akan baik bagi rakyat, karena Jokowi-JK tidak dapat sembarangan dalam memilih orang termasuk dalam membuat kebijakan. 

Rakyat bukan mendukung orang yang menjadi pemimpin, tetapi rakyat memiliki kepentingan agar para pemimpin melaksanakan tugasnya sebaik-baiknya. Sungguh-sungguh mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara dan bukan pencitraan atau menjual mimpi yang akan segera menguap dalam teriknya panas suhu Indonesia belakangan ini. 

Mohon kepada para pengamat juga lebih obyektif dan cerdaslah bila anda memang sungguh-sungguh mengklaim diri sebagai akademisi atau sebagai pengamat. Amat-amatilah setiap gerak langkah para pemimpin kita baik di cabang eksekutif maupun legislatif dan berikanlah pandangan anda berdasarkan fakta dan bukan keinginan atau hasrat anda dalam beropini yang berat sebelah. Karena tugas anda para pengamat adalah juga sebagai agen perubahan, agen yang mempengaruhi dan agen pendidikan politik bagi rakyat Indonesia yang saat ini cukup galau dalam ketidakyakinan akan langkah Indonesia ke depan.

Kepada media massa, janganlah mempertajam permusuhan, tetapi bangunlah pengertian-pengertian yang lebih positif dalam semangat Indonesia tentunya tetap berdasarkan pada fakta-fakta yang ada, sehingga tidak akan tampak sebagai alat propaganda murahan yang merusak bathin rakyat Indonesia.

Mohon maaf dan pengertian kepada semua pihak yang dibahas dalam tulisan singkat Blog I-I. Tidak ada maksud untuk menjatuhkan atau memojokkan siapapun yang juga merupakan bagian dari elemen bangsa Indonesia. Bila anda memiliki pandangan, tentunya jutaan rakyat Indonesia juga memiliki pandangan yang belum tentu sama, hormatilah dan bila anda tidak setuju sanggahlah dengan argumentasi atau pembelaan yang masuk akal yang didukung oleh fakta.

Selamat datang demokrasi Indonesia yang sesungguhnya, semoga Pemerintah dan Oposisi yang seimbang membawa berkah kepada rakyat Indonesia dan bukan membawa petaka. Kuncinya adalah bahwa rakyat memiliki kepentingan yang sederhana yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan rakyat yang terwujudnya harapan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju sejahtera bermoral merata adil dan makmur.

Semoga bermanfaat
Senopati Wirang

Read More »
06.51 | 0 komentar

Selasa, 07 Oktober 2014

Dampak Dinamika Politik Nasional kepada Dunia Intelijen Indonesia

Apa yang belakangan ini digambarkan oleh media massa sebagai kisruh politik, sandiwara politik, pertarungan demi kekuasaan, lobby penguasaan sektor strategis, kelanjutan perpecahan bangsa akibat pilpres 2014, politik bagi-bagi kekuasaan, Koalisi Indonesia Hebat VS Koalisi Merah Putih, dan berbagai polemik yang dikemukakan oleh sejumlah pengamat yang sebagian besar bias dan cenderung memiliki posisi yang kurang dapat diyakini obyektifitasnya adalah DINAMIKA politik nasional kita yang perlu diperhatikan secara seksama dan hati-hati. Hal ini bukan hanya demi keberlangsungan pembangunan Indonesia yang kita cita-citakan menjadi negara maju yang sejahtera dan bermoral, melainkan juga demi keutuhan persatuan Indonesia.

Sebelum saya membahas dampak dinamika politik nasional terhadap dunia intelijen Indonesia, ada baiknya saya paparkan beberapa hal yang akan menyinggung hati kita semua dan membuka mata kita betapa kelukaan pertarungan politik dapat menjerumuskan kita ke dalam jurang keterbelakangan yang akan menunda tercapainya Indonesia Raya yang kita cita-citakan bersama.

Pada tahun 2004 bangsa Indonesia melalui sistem politik yang telah mengalami proses perubahan atau reformasi yang dimulai tahun 1998, memutuskan untuk melakukan pemilihan Presiden langsung. Sebuah keputusan berani yang akan meninggalkan praktek politik elit yang menjauhkan pemimpin dengan rakyatnya. Namun keputusan tersebut juga mengandung resiko terjadinya perpecahan bangsa apabila suara rakyat juga terpecah secara tajam dengan perbedaan yang tipis seperti yang baru saja terjadi. 

Mengapa perpecahan bangsa menjadi potensi yang patut kita cermati dan hindari? Hal ini karena sikap bathin bangsa Indonesia yang belum sepenuhnya demokratis, egaliter, dan sungguh saling menghormati. Sikap bathin bangsa Indonesia yang beratus tahun dipecah belah penjajah asing adalah cenderung untuk saling tidak menghormati, saling membenci dan curiga, yang tercermin dengan saling menghina dan saling jegal dengan segala cara melalui fitnah dan propaganda hitam yang semakin memperdalam sikap "berseberangan" antar kelompok.

Beberapa hal yang sangat menyakitkan kita sebagai bangsa misalnya sebutan-sebutan yang merendahkan dari para calon Presiden, sbb:
  1. Calon nomor 1 dicela dan dicemooh dengan sebutan-sebutan: Si Wowo, Prahara (Prabowo - Hatta Rajasa), Haus Kekuasaan, Tidak Legowo, Anti-Minoritas, Pelanggar HAM, Penculik, Dipecat dari TNI, Gallery of Rogues Kebangkitan Bad Guys, Organized Crime, Trouble Maker, Stop Prabowo Now!, Wowo Gagal Maning Gagal Maning, Anti Kristen, Anti Cina, Emosional, Ultra Nasionalis, Anti Investasi Asing, Politik Dagang Sapi, dst.   
  2. Calon nomor 2 dicela dan dicemooh dengan sebutan-sebutan: Jokoplak (Si Joko Koplak), Capres Boneka, Capres Pembohong, Ir. Herbertus Joko Widodo (Oey Hong Liong), Topeng Pencitraan, Busway Karatan, Antek Asing, Mafia Cina, Sang Pendusta, Partai Salib, Komunis, Antek Zionis, Jokowi Sinting, PDIP Penampung PKI, Jejak Hitam Megawati, Kacung Neolib, Revolusi Mental = Revolusi Komunis, Pendukung Syiah, Tidak Amanah, dst.
Begitu banyak hal-hal negatif yang mewarnai benak kita selama pelaksanaan kampanye pilpres 2014 yang masih membekas dalam yang menyebabkan terjadinya polarisasi politik yang tajam hingga ke masyarakat akar rumput. Meskipun belakangan Pemerintah dan sebagian masyarakat mengeluarkan himbauan-himbauan yang bernuansa damai demi persatuan bangsa, namun dalam analisa intelijen hal itu sudah mencapai titik yang sulit diperbaiki karena hakikatnya kita sebagai bangsa belum sungguh-sungguh dewasa dalam berdemokrasi. Meskipun saat ini suasana politik relatif lebih tenang, namun sesuai trias politika eksekutif, legislatif, dan yudikatif, kita akan melihat kelanjutan pertarungan yang akan terus diwarnai oleh polemik yang cenderung terpolarisasi sehingga akan sulit dan jarang kita mendengarkan pendapat yang obyektif. Sungguh sayang seribu sayang dimana para pengamat politik kita juga sudah jelas terpolarisasi ke dalam simpati-simpati politik yang seharusnya tidak perlu terjadi karena tugas pengamat adalah meletakan persoalan pada tempatnya dan menganalisanya secara obyektif.

Jaringan Intelijen Indonesia sudah memetakan secara lengkap polarisasi politik yang terjadi di negeri ini guna memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Secara bertahap pun telah bertemu dan berbicara dengan beberapa pengamat yang masih dapat bersikap obyektif dan melalui tulisan ini menghimbau seluruh pengamat politik yang sering muncul di TV maupun media lainnya untuk berkaca dan menempatkan diri pada sisi yang sungguh-sungguh imparsial dan tidak memihak dengan komentar-komentar yang menyesatkan publik. Minimal hindari sikap "menyerang" atau menuding pihak tertentu dengan pandangan tertentu, tetapi mulailah berupaya memberikan pemahaman-pemahaman yang lebih akademis dan logis yang akan mencerdaskan masyarakat Indonesia. Rakyat Indonesia tidak membutuhkan pandangan-pandangan yang semakin memperkeruh suasana dan memperdalam "permusuhan" yang berlandaskan pada perbedaan politik.

Sekarang saya akan mengungkapkan dampaknya kepada dunia intelijen. 

Kewaspadaan
Jaringan Intelijen Indonesia yang secara mantap telah lama masuk ke dalam lingkaran pertama kubu Jokowi dan Prabowo jelas memiliki peta yang lengkap tentang berbagai situasi yang terjadi. Namun sebagai tanggung jawab moral, kami tidak akan mengungkapkan secara detail betapa kedua kubu melakukan berbagai kekeliruan atau blunder politik dengan terlibatnya "ASING" di kedua kubu. Apa yang terjadi di Washington DC terkait politik nasional Indonesia yang dilakukan kedua kubu tercatat lengkap dalam jaringan Intelijen Indonesia. 

Meskipun Blog Intelijen Indonesia pernah mengungkapkan bahwa AS tidak terlibat dalam upaya mempengaruhi jalannya pilpres 2014, namun tidak menutup kemungkinan bahwa secara taktis dan strategis telah mempengaruhi melalui tim konsultan maupun individu yang memberikan dukungan kepada kedua kubu. Kemudian jangan lupa pula bahwa China telah menjadi negara besar yang mulai bersikap seperti AS dengan pengaruh-pengaruh yang akan menguntungkan China. Namun lagi-lagi kami tidak dalam posisi memperkeruh keadaan dengan pengungkapan yang tidak perlu karena toh hal itu akan terlalu dalam dan berlapis-lapis yang niscaya akan menghabiskan waktu kita.

Intinya Intelijen Indonesia menghimbau kepada Koalisi Indonesia Hebat maupun Koalisi Merah Putih untuk tetap waspada terhadap anggota-anggota anda yang mengambil keuntungan dari situasi politik dan digerakkan oleh kepentingan asing.

Internal Intelijen Sipil dan TNI
Perpecahan yang cukup tajam juga terjadi dalam tubuh intelijen sipil (BIN) dan TNI baik BAIS maupun Detasemen Intelijen di berbagai daerah. Meskipun pimpinan tertinggi di BIN maupun TNI secara tegas telah memerintahkan sikap NETRAL, namun tidak terhindarkan terjadinya simpati-simpati individual maupun kelompok yang menyebabkan laporan intelijen menjadi kurang obyektif. Apabila tulisan dibaca oleh pimpinan intelijen maupun TNI sudah pasti akan dibantah karena tidak kondusif bagi keutuhan lembaga, namun demi perbaikan kami ingin menegaskan pentingnya profesionalisme dan netralitas murni intelijen yang idealnya tidak mengurusi politik kecuali pada aspek keamanan nasional dan keutuhan dan keselamatan bangsa Indonesia.

Kelompok perwira tinggi yang melihat Presiden SBY sebagai kapal yang sebentar lagi karam bukanlah pandangan yang dimiliki segelintir orang, melainkan juga dirasakan oleh banyak perwira tinggi. Kemudian pandangan yang melihat Jokowi maupun Prabowo sebagai figur pimpinan nasional yang dapat menguntungkan kelompok intelijen tertentu juga merupakan kewajaran sebagai suatu pertarungan kekuasaan. Bahwa sekarang Jokowi dan JK telah ditetapkan sebagai Presiden dan Wapres terpilih tentunya dapat membuat para simpatisannya di dunia intelijen melihatnya sebagai "kesempatan" emas. Namun perlu disadari bahwa pertarungan politik tampaknya belum akan reda dan bahkan berpotensi untuk semakin tajam manakala terjadi suatu kondisi politik atau kebijakan kontroversial yang kembali memicu terjadinya kemacetan politik yang berdampak luas kepada pembangunan. Selain itu, simpatisan Prabowo juga tentunya tidak akan mengundurkan diri dari dunia intelijen dan akan tetap bersikap kritis terhadap setiap gerak langkah pemerintahan Jokowi nantinya.

Sehingga pimpinan intelijen perlu untuk mempersatukan insan intelijen ke dalam semangat nasionalisme Indonesia yang berpihak kepada rakyat dan bukan kepada kekuatan politik yang akan terus bertarung selama lima tahun ke depan.

Bagi jaringan Intelijen Indonesia bahwa ada simpati-simpati individual insan intelijen adalah manusiawi, yang penting tidak sampai melangkah jauh menjadi dukungan operasi intelijen untuk politik kekuasaan sebagaimana biasa terjadi di masa lalu terjadi yang menimpa sejumlah politisi atau aktivis yang dianggap sebagai musuh Pemerintah. Intelijen bukan alat kekuasaan! Intelijen adalah alat negara di bidang intelijen dengan menyediakan informasi dan analisa intelijen yang akurat dan cepat khususnya terkait dengan isu-isu strategis yang mengancam perjalanan bangsa dan negara Indonesia.

Masa Depan
Perlu segera dipikirkan untuk memastikan bahwa Intelijen tidak terlibat dalam politik dalam arti dukungan kepada kandidat Presiden/Wapres maupun kepada Partai Politik. Hal ini harus segera diatur dalam UU Intelijen yang memerlukan banyak revisi karena ruang lingkup kegiatan intelijen yang terlalu luas. Selain itu, hal lain yang juga sangat penting adalah perbaikan sumber daya intelijen yang seharusnya menjadi tempat cerdik cendekia dengan pendidikan yang tinggi dan sikap profesional. Bahwa dunia intelijen terkena dampak kisruh politik nasional adalah karena sumber daya manusia yang sangat rendah dan sikap kurang profesional yang menyebabkan kinerjanya menjadi tergantung pada upaya mencari kesempatan dari pada bekerja secara tekun dan meningkatkan kapabilitas dirinya.

Demikian, sekiranya ada yang kurang berkenan mohon maaf kepada seluruh Insan Intelijen resmi yang tulus bertugas untuk rakyat Indonesia 

Senopati Wirang

  



Read More »
16.04 | 0 komentar

Sabtu, 04 Oktober 2014

Selamat Hari Raya Idul Adha 2014

Blog Intelijen Indonesia Mengucapkan:

Selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H

Semoga seluruh umat Islam Indonesia mampu menghayati dan mempraktekan makna berqurban, Insya Allah

Salam Indonesia Raya
Senopati Wirang 

Read More »
21.50 | 0 komentar