Kamis, 17 Agustus 2017

The spirit of Mushi 無 私


無 私

Salah satu prinsip pokok prajurit intelijen didikan Sekolah Nakano yang saya ingat adalah 無 私 atau dibaca むしatau mushi. Hampir dalam setiap kesempatan selalu diingatkan tentang pentingnya mushi dalam segala peri kehidupan seorang insan intelijen. Saya tidak akan pernah lupa hingga akhir hayat dan dapat menjalani hidup sebagai intel berkeliling Indonesia dan berkeliling dunia dengan menghayati prinsip mushi tersebut. Seperti juga semangat bushido bagi seorang samurai yang menjadi code of conduct bagi kehidupan seorang samurai, maka mushi adalah code of conduct kehidupan seorang intel atau ninja, shinobi, atau kunoichi. Ilmu intelijen Nakano telah lama musnah dalam sistem pendidikan intelijen Indonesia karena tidak ada lagi generasi intelijen yang mengajarkannya. Meskipun cikal bakal atau pondasi intelijen Indonesia adalah merujuk kepada kombinasi ninja Jepang dan kearifan lokal telik sandi nusantara, namun karena kurangnya perhatian kepada pendidikan dan pelatihan intelijen, maka secara perlahan yang terjadi adalah kemerosotan mentalitas intelijen yang kemudian kurang menghayati identitas jati diri sebagai intelijen.

Apakah mushi tersebut?

Arti kata mushi secara sederhana adalah tidak mementingkan diri sendiri. Namun dalam kata mushi tersebut mengandung makna ketiadaan yang pada awalnya sangat sulit untuk dipahami karena melibatkan proses penyangkalan terhadap eksistensi kita sebagai mahluk sosial. Prinsip mushi ini dapat dibandingkan dengan ajaran Hindu sebagaimana tertulis dalam Bhagawat Gita dalam pernyataan Ramakhrisna tentang pembacaan mantra Gita, di dalam ajaran buddha dan zen yang mana melalui meditasi dapat mencapai kesempurnaan diri, kemudian di dalam ajaran Yahudi berkembang menjadi kebencian terhadap diri sendiri (jiwa yang mencela), dalam ajaran Kristen dicontohkan dengan pengorbanan Yesus, dalam dunia Islam banyak dipraktekkan oleh kaum Sufi. Perbandingan tersebut tentu tidak bersifat mutlak karena terdapat perbedaan makna sesuai dengan ajaran masing-masing.

Dari the spirit of Mushi atau semangat mushi yang menjiwai setiap insan yang telah lulus sebagai shinobi akan mempraktekan 11 prinsip dalam hidupnya yakni:

1. Bebas dari ambisi pribadi
2. Bebas dari emosi
3. Loyalitas adalah jiwa saya
4. Misi tugas adalah jantung saya
5. Kerahasiaan adalah darah saya
6. Di tengah masyarakat saya menghilang
7. Saya menghilang dalam bayangan
8. Bayangan saya bisa rendah dan tinggi
9. Rajin berlatih menghilang dalam bayangan
10. Selalu melakukan persiapan sebelum misi
11. Ketika saya berpolitik maka saya bukan lagi intelijen

Makna dari 11 prinsip Mushi tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, bebas dari ambisi pribadi. Seperti ajaran Buddha dan Zen yang membebaskan manusia dari hasrat kehidupan duniawi maka bagi seorang intel diperlukan suatu keadaan jiwa yang bebas dari ambisi pribadi karena tugasnya adalah melaksanakan misi dari pimpinan untuk kepentingan bangsa dan negara. Ambisi pribadi baik berupa keinginan untuk kekayaan, jabatan, ketenaran, dan lain sebagainya adalah penyakit yang dapat merusak efektifitas kerja intelijen. Kualitas insan intelijen yang dapat menanggalkan ambisi pribadinya akan luar biasa karena dia bekerja tanpa pamrih dan sungguh-sungguh serta fokus kepada misi. Hal ini dalam kacamata manusia modern akan terlihat klise atau bahkan mustahil karena manusia pada dasarnya selalu bertanya bagaimana dengan nasib saya atau fokus kepada kepentingan diri sendiri. Namun justru sikap seperti itulah yang melahirkan penghianatan, persaingan sesama intel yang tidak sehat, serta fokus yang lemah kepada misi, dan hilangnya militansi dalam melaksanakan tugas intelijen. Itulah sebabnya dalam berbagai tradisi rekrutmen intel-intel yang handal di berbagai lembaga intelijen terkemuka di dunia seringkali dicari calon intel yang yatim piatu atau mereka yang tidak memiliki afiliasi keluarga besar yang berpengaruh secara politik. Secara teori akan lebih mudah bagi mereka yang telah terbiasa tanpa keluarga untuk bekerja tanpa pamrih, menempuh resiko tinggi, dan fokus kepada tugas tanpa ambisi pribadi. Bila anda anak seorang Jenderal atau politisi atau dari keluarga yang terpandang, sangat sulit untuk tidak menginginkan posisi yang tinggi dalam kehidupan anda bukan?

Kedua, bebas dari emosi. Bagaimana mungkin kita sebagai manusia menanggalkan emosi kita atau menyimpannya di dalam hati kita? Pertanyaan ini sangat umum dan logis. Namun justru itulah yang dituntut dari seorang insan intelijen. Hal ini bukan berarti anda menjadi berdarah dingin tanpa ekspresi di wajah anda. Apa yang dimaksud bebas dari emosi adalah bahwa seorang intel harus mampu mengendalikan emosinya baik ketika dalam keadaan teramat sangat sulit dan tersiksa untuk tidak menangis, dan dalam keadaan dipuji dan kesenangan untuk tidak lupa diri. Kesadaran tinggi untuk menyadari emosi yang bergejolak di dalam hati kita sebagai seorang intel bukanlah hal yang mudah untuk dicapai. Contoh ekstrim adalah kekuatan mental menghadapi siksaan musuh bila anda tertangkap serta kesiapan untuk "bunuh diri" membawa rahasia bersama kematian anda. Contoh lain adalah tidak mempertunjukkan kesenangan anda pada sesuatu apakah itu wanita cantik, harta benda seperti mobil mewah dan properti, dan lain-lain.  Semua itu akan terlihat dalam emosi spontan anda ketika menjalani misi intelijen. Misalnya umumnya laki-laki senang dengan wanita cantik yang sexy, baik dan menarik hati. Keumuman sikap kaum laki-laki tersebut tersebut tentunya juga dialami mereka yang menjadi intel karena intel juga manusia, namun bahaya dari jebakan wanita cantik sudah sangat sering terjadi dalam kisah tragis insan intelijen karena akan mudah dijebak oleh musuh. Inti dari bebas dari emosi adalah anda tidak memperlihatkan kelemahan anda.

Ketiga, loyalitas adalah jiwa saya. Seorang intel, ninja, shinobi atau kunoichi akan kehilangan nilainya ketika ia kehilangan loyalitasnya. Seperti juga samurai yang menempatkan loyalitas sebagai salah satu prinsip dalam semangat bushido, maka dalam semangat mushi prinsip loyalitas adalah harga mati, yakni bila anda berkhianat hukumannya adalah mati. Bila anda kabur dari misi, hukumannya juga mati. Bila anda berinisiatif dengan ide sendiri yang menyimpang dari misi maka hukumannya juga mati. Loyalitas kepada pimpinan, loyalitas kepada misi, loyalitas kepada bangsa dan negara adalah jati diri yang melekat kepada seorang insan intelijen.

Keempat, misi tugas adalah jantung saya. Bila loyalitas menjadi jiwa seorang intel, maka misi tugas adalah jantungnya. Walaupun dapat dimaknasi secara seimbang antara jantung dan jiwa, namun jantung disini juga bermakna pusat perhatian dan pusat dari peri kehidupan tugas dan kegiatan insan intelijen. Artinya insan intelijen tugas pokok dan fungsinya adalah melaksanakan misi yang diamanatkan oleh pimpinan atau komandan intelijen. Bila anda misinya adalah membuat analisa maka laksanakan misi tersebut sebaik-baiknya secara velox et exactus. Bila anda misinya melakukan inflitrasi dan penggalangan maka laksanakan tugas tersebut secara tuntas hingga tujuan misi tercapai. Bila anda misinya adalah melakukan penyelidikan di wilayah musuh, maka laksanakan tugas penyelidikan tersebut secara sempurna sehingga anda memperoleh informasi yang diperlukan pimpinan.

Kelima, Kerahasiaan adalah darah saya. Masih mirip dengan prinsip jiwa loyalitas, jantung misi tugas, maka kerahasiaaan adalah darah saya. Maknanya adalah bahwa segenap penggerak perilaku perbuatan saya diselubungi oleh kerahasiaan. Karena darah mengalir di seluruh tubuh saya, maka mulut saya tidak akan mengungkapkan rahasia, tangan saya tidak akan menuliskan rahasia, kaki saya tidak akan melangkah pada pembongkaran rahasia. Bila saya tidak dapat menjaga rahasia, maka berarti darah mengalir keluar dari tubuh saya dan hanya kematian yang pantas saya terima.

Keenam, ditengah masyarakat saya menghilang. Maknanya adalah saya ada di tengah-tengah masyarakat tetapi masyarakat tidak akan pernah menyadarinya atau mengenalinya. Saya menyatu dengan masyarakat secara wajar dimanapun saya berada dalam melaksanakan tugas. Untuk dalam menghilang di tengah-tengah masyarakat maka anda dapat merasakan betapa pentingnya prinsip pertama dan kedua dalam memperkuat pondasi hilangnya diri kita ditengah-tengah masyarakat. Bila anda memiliki ambisi pribadi yang besar, boleh jadi pada suatu masa anda memperoleh kesempatan untuk menjadi tenar, kaya dan terhormat di tengah-tengah masyarakat. Kemudian anda menjadi rajin memupuk eksistensi diri anda di tengah-tengah masyarakat. Bahkan puncak kebodohan anda adalah eksistensi tersebut karena anda seorang intelijen. Jati diri intelijen meskipun kontroversial namun hampir selalu dikagumi dan dihormati. Anda akan mudah untuk kawin lagi karena anda seorang intel, anda dapat memperoleh banyak hal dalam hidup anda karena anda seorang intel. Mengapa demikian? hal itu tidak terlepas dari skill dan kemampuan anda dalam seni intelijen yang tinggi yakni mudah mempesona siapapun yang menjadi target anda sebagaimana diajarkan dalam pendidikan dan pelatihan. Maka hati-hatilah dengan ambisi dan emosi anda, karena hal ini dapat melemahkan kemampuan anda untuk menghilang di tengah-tengah masyarakat.

Ketujuh, saya menghilang dalam bayangan. Sering kita dalam komunitas intelijen menyaksikan insan intelijen yang rusak mentalnya yakni raja menghilang di tengah tugas atau menghilang saat diperlukan atau menghilang saat harus bertanggung jawab. Iya, tidak sedikit saya mendengar insan intelijen yang kabur atau menghilang dari tugas. Hal itu tidak mungkin terjadi dari alumni Nakano, Saipan, maupun kelompok-kelompok kecil binaan alumni Nakano. Semoga komunitas intelijen Indonesia saat ini waspada dengan karakter buruk tersebut dan mengambil tindakan tegas terhadap mereka yang suka menghilang dari tugas. Berbeda dengan karakter buruk menghilang saat tugas, makna dari menghilang dalam bayangan adalah pentinganya cover dalam kehidupan seorang insan intelijen. Sebagai intelijen yang melaksanakan tugas, anda menghilang dan mewujud dalam bentuk lain dalam cover baik identitas, pekerjaan, kisah hidup, dan berbagai hal yang diperlukan lengkap untuk bayangan baru anda di tengah-tengah masyarakat.

Kedelapan,  bayangan saya bisa rendah dan tinggi. Maknanya adalah cover anda bisa rendah secara strata sosial seperti kaum miskin dhuafa, gembel, bahkan orang gila sekalipun, namun juga bisa tinggi seperti pejabat, perwira, tokoh, celebritas, ulama, orang kaya, pengusaha sukses, dan lain sebagainya. Intinya disini jangan disamakan dengan penipu, karena keahlian anda tersebut dapat menjerumuskan diri anda menjadi penipu yang tentunya bekerja untuk kepentingan dan keuntungan pribadi. Anda adalah aktor yang piawai memerankan peran anda dalam bayangan anda sesuai dengan misi dan kebutuhan informasi. Jangan tergoda untuk melakukan hal lain selain misi utama anda yang diamanatkan oleh pimpinan.

Kesembilan, rajin berlatih menghilang dalam bayangan. Tidak mudah untuk memerankan suatu lakon dalam bayangan anda di tengah-tengah masyarakat. Perbedaan anda dengan aktor atau aktris film adalah bahwa kisah anda tidak direkam dalam film untuk ditonton, melainkan kisah nyata yang terus bergulir dari satu tugas ke tugas lainnya. Hal ini khususnya untuk operator operasi lapangan aksi rahasia atau covert action, dimana anda tidak bisa tiba-tiba berperan sebagai pengusaha bila tidak mempelajari sungguh-sungguh bagaimana karakter dan perilaku umum pengusaha disertai pemahaman dalam berbagai istilah bisnisnya. Demikian juga ketika anda menyamar menjadi seorang wartawan, aktivis, ilmuwan, atau ulama semuanya memiliki karakter dan perilaku khusus yang tidak dapat anda kuasai dalam sehari. Oleh karena itu rajjin-rajinlah membaca, belajar dan berlatih.

Kesepuluh, selalu melakukan persiapan sebelum misi. Keadaan diharapkan dari para insan intelijen adalah selalu siap sedia untuk diterjunkan dalam suatu misi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Meskipun anda sudah rajin berlatih, jangan pernah mengabaikan persiapan sebelum pelaksanaan tugas. Hal ini mengacu kepada rencana operasi baik yang sifatnya logistik maupun rangkaian rencana eksekusi pelaksanaan misi. Sukses suatu misi sangat dipengaruhi oleh perencanaan dan persiapan anda sebelum menjalani misi tersebut. Bila persiapan anda buruk atau tergesa-gesa, maka kemungkinan misi gagal menjadi tinggi.

Kesebelas, ketika saya berpolitik maka saya bukan lagi intelijen. Prinsip terakhir ini agak berbeda dengan sepuluh prinsip sebelumnya karena terkait dengan pergeseran fungsi. Masih terkait dengan prinsip pertama yakni ambisi, ada kalanya seorang insan intelijen memiliki kesempatan untuk berkuasa di suatu negeri/negara, khususnya mereka yang telah mencapai posisi puncak organisasi dan penguasaan informasi. Pada level ini tentu tidak dapat dipungkiri, bahwa insan intelijen juga memiliki kapabilitas untuk memimpin suatu negeri/negara sebagaimana terjadi di banyak negara di dunia. Pada level inilah ambisi anda menjadi pemimpin sah-sah saja untuk ditempuh, namun  hal itu berarti anda sudah bukan intelijen lagi melainkan pemimpin yang kebetulan memiliki sejarah intelijen. Anda harus segera menanggalkan identitas intelijen anda dan berubah menjadi negarawan yang telah dibekali pengalaman intelijen untuk kepentingan bangsa dan negara. Jangan berperilaku seperti layaknya intel karena anda akan jatuh di mata masyarakat. Garis pemisahnya sangat jelas, yakni ketika anda mulai memikirkan bagaimana membawa perubahan masyarakat yang lebih baik melalui jalur kekuasaan politik, maka segeralah anda tanggalkan jati diri intelijen dan jadilah negarawan yang baik.

Di hari yang mulia ini 72 tahun sudah Indonesia Merdeka terngiang pekikan lantang MERDEKA...MERDEKA...MERDEKA dengan tangis dan suka cita kemerdekaan Indonesia. Intelijen Indonesia hanya selang beberapa minggu setelah kemerdekaan 17 Agustus 1945 dibangun oleh sahabat-sahabat alumni Sekolah Nakano. Saya berani bertaruh, generasi intelijen Indonesia saat ini tidak ada yang mengenal sejarahnya sendiri. Usia organisasi intelijen Indonesia adalah sama dengan usia negara Republik Indonesia, 72 tahun terus-menerus mengawal perjalanan bangsa dan negara Indonesia. Semoga anda diantara anda yang berkenan menyebarluaskan dan mengajarkan kembali kepada komunitas intelijen Indonesia.

Boleh jadi prinsip Mushi telah dilupakan oleh komunitas intelijen Indonesia, boleh jadi komunitas intelijen merasa Mushi merupakan prinsip intelijen asing (Jepang) yang harus dilupakan. Namun adakah diantara anda komunitas intelijen yang memahami bahwa prinsip asing Mushi tersebut telah mengalami proses sinkritisme dengan kearifan lokal telik sandi dalam konsep prajurit perang fikiran? Budaya dan tradisi Indonesia masa lalu adalah selalu bersifat kebathinan, baik dalam semangat Hindu, Hindu-Buddha, Buddha, Islam, Kristen, Konghucu dan berbagai kepercayaan Nusantara seluruhnya sarat dengan aspek kebathinan yang sangat kuat. Semua berbicara masalah hakikat, hakiki, dan pemaknaan hidup yang dalam, yakni sejatinya hidup atau hakikat keberadaan hidup manusia, dimana salah satunya adalah terkait dengan ketiadaan diri kita di hadapan Yang Maha Kuasa. Beruntunglah para insan intelijen Indonesia bila telah memparktekan ketiadaan dan pengorbanan dalam perjalanan hidupnya serta pelaksanaan tugasnya, karena hal itu juga dapat mengantarkan kepada pemahaman tentang hakikat kehidupan yang sementara di dunia ini.

Semoga bermanfaat
Salam Intelijen
Merdeka !!!
Senopati Wirang

Read More »
02.17 | 0 komentar

Rabu, 16 Agustus 2017

Mengetuk Hati Mangasah Akal Membuka Mata Telinga

Seumur hidup kita belum tentu mengenali
Bila memilih mencari apakah pasti ketemu
Bila memilih diam akankah datang yang dicari
Sungguh hidup kita selalu akan selalu resah

Ikhlasnya hati tidak mudah dikenali
Seolah kita hanya menipu dalam semu
Banyak yang meninggalkan makna diri
Menjalani kisah hidup dalam resah

Manis bibir kita dalam senyum dan bicara
Sementara hati membeku dalam prasangka
Hati yang tenang batasi mulut berbicara
Hati yang gelisah penuh syak wasangka

Mengetuk hati intel walau sekejap masa
Mengasah akal bersama semoga berguna
Membuka mata melihat kelemahan bangsa
Membuka telinga sebelum semua mimpi sirna

Indonesia 2036 akan mencapai suatu masa
Tampak maju sentosa namun tidak sempurna
Kemajuan kadang membuat manusia hilang rasa
Mabuk berjuang untuk dunia hingga merana

Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh terbesar adalah diri sendiri
Bila Intel berhati kuasa
Bila Intel berakal kuasa
Hanya melihat yang ingin dilihat
Hanya mendengar yang ingin didengar
Maka tunggulah hancurnya mimpi bangsa


Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh kedua adalah mudah diadu domba
Bila Intel berhati kepentingan
Bila Intel berakal kepentingan
Hanya melihat untuk kepentingan
Hanya mendengar untuk kepentingan
Maka tunggulah gagalnya Indonesia wibawa

Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh ketiga adalah kebodohan
Bila Intel berhati tumpul
Bila Intel berakal bebal
Hanya melihat yang enak dilihat
Hanya mendengar yang enak didengar
Maka tunggulah generasi yang saling menikam

Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh keempat adalah hilangnya waskita
Bila Intel hatinya entah dimana
Bila Intel akalnya terbolak-balik
Tidak lagi mampu melihat kenyataan
Tidak lagi mampu mendengar kebenaran
Maka tunggulah pecahnya perang saudara

Jangan lupa dan tetap waspada
Musuh kelima adalah keserakahan
Bila Intel hatinya menjadi hamba alat politik
Bila Intel akalnya menggembosi opisisi politik
Tidak lagi melihat pentingnya netral demi bangsa dan negara
Tidak lagi mendengar suara amanat rakyat dalam demokrasi
Maka 100 Tahun Indonesia merdeka, Indonesia akan biasa-biasa saja

Dirgahayu Republik Indonesia, 17 Agustus 2017

Senopati Wirang

Read More »
15.17 | 0 komentar

Kamis, 10 Agustus 2017

Nasib Menjadi Anggota BIN

Berikut ini adalah artikel berita yang belum terlalu lama tepatnya kejadian hari Rabu tanggal 2 Agustus 2017 yang lalu. Segenap komunitas Blog I-I menyampaikan turut belasungkawa, Innalillahi wa innailaihi roji'un, semoga almarhum Wahyudi Rohman syahid dalam melaksanakan tugas negara, dan semoga pimpinan BIN dan POLRI tergugah untuk menegakkan keadilan.

Anggota BIN Tewas Tertabrak Mobil Dinas Polisi

Mobil Dinas Polisi yang diduga kuat penabrak anggota BIN hingga tewas

FAJAR.CO.ID, KOLAKA – Wahyudi Rohman, anggota Badan Intelijen Negara (BIN) yang bertugas di Binda Sulawesi Tenggara tewas dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di desa Wesalo, Kecamatan Lalolae, Kabupaten Kolaka Timur sekitar pukul 17.20 WITA, Rabu (2/8). Pria yang jangkauan tugasnya meliputi Kolaka, Kolut dan Koltim tersebut menghembuskan nafas terakhir di Puskesmas Lalolae akibat luka parah dibagian kepala.

Beberapa saksi mata yang meminta identitasnya dirahasiakan mengungkapkan bahwa diduga sepeda motor yang dikendarai korban terlibat kecelakaan dengan sebuah mobil dinas Polri dengan nomor polisi (Nopol) 2101-XX. Ketika itu sepeda motor yang dikendarai korban melaju dari arah Tinondo menuju Kolaka. Namun dari arah berlawanan sebuah mobil polisi warna abu-abu melaju kencang dari arah Kolaka. “Itu dari jalan menikung kita dengar suara keras seperti benturan. Kita pergi ke jalan ternyata ada kecelakaan. Mungkin karena kerasnya tabrakan mobil polisi terbalik, korban terlempar jauh dari motornya,” kata sumber yang mengaku melihat sendiri posisi mobil dan korban setelah kejadian.


Beberapa warga di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) mengaku melihat empat anggota Polri sibuk mengurusi mobil. Mereka meminta bantuan warga untuk mengevakuasi mobil yang terbalik. Sementara korban, Wahyudi langsung dilarikan ke Puskesmas Lalolae untuk mendapatkan perawatan medis. Tidak lama setelah mobil berhasil dikembalikan pada posisi normal, empat anggota polisi tadi langsung tancap gas dengan alasan hendak mengamankan mobil di Mapolsek Rate-rate. “Tidak ada polisi lain di TKP, mobil katanya mau dibawa ke Polsek Rate-rate, kalau motor korban di bawa ke Pospol Lalolae. Waktu itu tidak ada sama sekali polisi lalu lintas,” ungkap beberapa warga.

Terkait kecelakan maut yang merenggut nyawa Wahyudi, pihak kepolisian terkesan sangat tertutup untuk memberikan keterangan. Untuk diketahui, kecelakaan yang dialami korban terjadi setelah ia menghadiri rapat koordinasi Komunitas Intelijen Daerah (Kominda) yang dilaksanakan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pemda Koltim. Beberapa saat setelah kejadian sempat tersebar kabar bahwa korban Wahyudi meregang nyawa akibat kecelakaan tunggal. Kesan tersebut muncul sebab hingga malam hari saat jenazah korban ditangani di RSBG Kolaka beberapa kerabat dan sahabat korban menerima informasi tersebut dari berbagai sumber. Tidak hanya itu, mobil dinas Polri yang terlibat kecelakaan ternyata tidak berada di Mapolsek Rate-rate.

Saat awak media bertandang ke Polres Kolaka, tak satupun petugas yang bersedia memberikan keterangan, dengan dalih Kasat Lantas sedang di Kendari. Begitupun petugas Pospol Lalolae. Untuk diketahui, selama berjam-jam jenazah korban dibaringkan di RSBG Kolaka, hingga dibawa ke Kendari pada pukul 01.00 dinihari (untuk diterbangkan menuju Jakarta keesokan hari) tidak satu pun anggota kepolisian, khususnya Polantas yang terlihat di rumah sakit. Sebaliknya beberapa anggota TNI, termasuk Komandan Denpom Kolaka justru terlihat hadir sekaligus membantu menangani proses pengurusan jenazah.

Sosok Wahyudi cukup dikenal di kalangan wartawan, TNI, PNS dan masyarakat karena ia sangat luwes dalam berinteraksi. Tidak heran ketika jenazah korban masih berada di kamar jenazah RSBG, ratusan orang dari berbagai strata datang untuk menyatakan rasa duka. Korban meninggalkan dua orang putra dan seorang istri yang kini tengah mengandung anak ketiga. (Fajar/BP)

Read More »
17.14 | 0 komentar

Selasa, 08 Agustus 2017

Meramalkan Pemilu Presiden 2019

Hari ini, 9 Agustus 2017, Eyang Senopati Wirang menyampaikan perkiraan strategis pemilu Presiden 2019 yang secara rasional oleh masyarakat Indonesia akan tampak mudah dimenangkan pasangan calon Presiden Jokowi dan tokoh terhormat dari Nahdlatul Ulama yang sudah sangat dikenal secara nasional. Alasan pemilihan tokoh NU senior berusia diatas 70 tahun yang dekat dekat berbagai kalangan tersebut sangat sederhana dan sudah menjadi "kepastian" dalam teknik perkiraan intelijen. Adapun alasan strategis yang mengemuka adalah sbb:


  1. Merangkul umat Islam lintas aliran karena senioritasnya akan membuat sungkan ulama-ulama muda, dengan harapan mendapatkan suara umat Islam dan minimal memaksimalkan dukungan pengikut NU.
  2. Meredam tuduhan kristen radikal PDI-Perjuangan yang menguat dibenak sebagian rakyat Indonesia.
  3. Meredam isu komunisme yang mendompleng koalisi Pemerintahan Jokowi (PDI-P).
  4. Mengantisipasi strategi oposisi yang "hanya" mengkapitalisasi gerakan yang bernuansa Islam dan semangat ganti presiden.
  5. Menjadi jalan yang dapat mengharmonikan perbedaan diantara parpol pendukung yang harus cukup puas dengan jatah Menteri dan jabatan-jabatan lainnya termasuk komisaris di BUMN, Duta Besar, dan lain sebagainya.
  6. Faktor usia yang relatif senja dipilih sangat ideal mengingat Jusuf Kalla tidak mungkin untuk maju lagi apapun yang diupayakan untuk memperpanjangnya melalui judicial review karena sudah kesepakatan reformasi untuk membatasi masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden sebanyak 2 kali baik berturut-turut maupun tidak. 
  7. Dengan wakil presiden berusia senja, setidaknya para politisi muda dan generasi penerus tokoh-tokoh parpol pendukung akan memiliki peluang yang sama untuk maju pada tahun 2024.
  8. Membuktikan bahwa ke depan koalisi Pemerintah tidak lagi mengedepankan propaganda yang membenturkan kebhinnekaan dan keIslaman karena Wapresnya seorang tokoh dan ulama terhormat berusia senja.
Sebagai pengingat perkiraan strategis Eyang SW sebelumnya adalah sbb:

Pada tanggal 24 April 2017, Blog I-I telah menyampaikan pesan yang sangat penting kepada Presiden Jokowi:

"Bahwa anda (Presiden Jokowi) harus memperhatikan perilaku orang-orang yang anda pikir mendukung namun tindakan aksinya justru dampaknya merugikan anda. Apabila pemerintah terus-menerus mengulangi blunder politik dengan menggunakan teknik-teknik intelijen baik dalam membela Ahok, dalam mempermalukan Presiden ke-6 SBY, memojokkan oposisi Prabowo, dalam rekayasa makar, dalam menjauhi umat Islam, serta dalam upaya menyingkirkan Panglima TNI, maka Blog I-I hari ini meramalkan KEKALAHAN Presiden Jokowi dalam pilpres 2019. Apabila saya masih hidup berumur panjang dan apabila komunitas Blog I-I tidak bubar atau dihancurkan oleh intelijen resmi, maka akan saya tuliskan secara lengkap mengapa Presiden Jokowi pasti KALAH dalam pilpres 2019."


Pada 24 Juli 2017, Eyang SW menyampaikan :"Merevisi ramalannya (Kekalahan Jokowi) dan menyatakan bahwa bila BIN solid dalam kepemimpinan BG mendukung Jokowi, maka harapan Prabowo menang dalam Pilpres 2019 semakin memudar. Cepat atau lambat, BG akan memperoleh analisa-analisa tajam dari mutiara BIN yang tersembunyi. Harapan Prabowo hanya bila mampu mengakses mutiara-mutiara waskitha BIN yang tersembunyi tersebut".


Kemudian dalam sejumlah artikel Blog I-I juga pernah disebutkan sejumlah analisa yang sifatnya warning kepada Pemerintahan Jokowi-JK agar lebih berhati-hati dan sungguh-sungguh mengayomi seluruh rakyat Indonesia dari berbagai golongan. Selain itu, juga agar menghindari kebijakan-kebijakan blunder serta cara-cara politik kekuasaan dan intelijen yang dapat berakibat kontraproduktif. Hal ini semoga dapat dibuktikan dalam Pilkada 2018 nanti.

Dinamika yang akan berkembang
Anda seluruh pembaca Blog I-I akan menemukan sejumlah hiruk pikuk capres-cawapres yang seharusnya sederhana dan tidak perlu membingungkan dengan berbagai manuver politik karena hakikatnya hanyalah memenangkan simpati para pemilih rakyat Indonesia. 

Partai-partai baru secara otomatis akan mendukung Jokowi. Satu-satunya Partai Koalisi Jokowi yang memiliki kekuatan tawar-menawar adalah PKB, dimana akan memaksimalkan Cak Imin dan menyiapkan alternatif ulama senior yang nanti akan dipilih dan disetujui oleh seluruh Ketua Parpol partai pendukung Jokowi.

Sementara koalisi oposisi tidak akan berubah dengan pengecualian Partai Demokrat (PD) yang tampak berupaya mengendalikan dinamika politik untuk kepentingan PD. Namun apa daya karena sejumlah keterbatasan menyebabkan PD sulit bergerak bebas dan mungkin akan terpaksa berkoalisi dengan oposisi walaupun tidak suka. PD berada di posisi yang sulit karena di koalisi petahana akan berat dan di koalisi oposisi juga akan berat, dalam arti tidak akan menguntungkan PD secara maksimal. 

Koalisi oposisi akan dominan ditangan Gerindra dan siapapun yang punya "uang" cukup banyak untuk berani maju karena dukungan para penguasaha terbesar ke arah petahana. Sementara itu, maksimalisasi isu memperjuangkan Islam dan Ganti Presiden semakin meredup karena sejak awal isu tersebut terkesan ingin mengulang sukses Pilkada DKI Jakarta yang sebenarnya bersifat unik karena faktor blunder politiknya Ahok. Gerindra dan PKS cenderung solid, namun sayangan calon PKS hampir selalu kurang dapat diterima secara nasional karena cenderung eksklusif milik PKS. Sementara PAN yang arah politiknya masih dipengaruhi Amien Rais akan mengalami tarik-menarik internal dan gamang hingga batas waktu. 

Dengan dinamika tersebut, maka yang akan terjadi adalah solidnya capres cawapres koalisi pendukung Jokowi dan calon wakilnya. Sedangkan oposisi, yakni Prabowo dalam proses penentuan pasangan akan kontroversial dan mengundang emosi-emosi "saling kurang percaya" satu dengan yang lainnya.

Calon cawapres Prabowo yang terbaik adalah Anies Baswedan atau Agus Yudhoyono -AHY (cadangan)  dengan syarat dapat diterima oleh seluruh koalisi oposisi, namun dinamika koalisi oposisi yang rentan pecah akan diwarnai sejumlah kontroversi yang apabila dikelola baik dapat memaksimalkan kemungkinan oposisi mampu menandingi petahana Jokowi dan wakilnya. Kemungkinan koalisi untuk menang hanya terjadi apabila secara solid Gerindra-PD-PKS-PAN dan sisa partai yang tidak mendukung Jokowi semuanya bergabung. Bila gesekan terlalu tajam dalam koalisi ini maka dampaknya tidak akan solid. Sehingga kemenangan Jokowi tidak dapat tertahan. Adapun alternatif-alternatif calon lainnya, utamanya dari tokoh Islam akan mengalami kendala dukungan partai pendukung koalisi dan utamanya sikap Prabowo. 

Alternatif terbaik lainnya untuk menandingi Jokowi dan wakilnya adalah Prabowo sadar diri untuk tidak mencalon diri dan memberikan kejutan misalnya dengan memajukan Anies Baswedan atau tokoh lainnya sebagai Capres. Sementara wakilnya bisa dari salah satu parpol pendukung. Langkah apapun yang ditempuh oposisi, akan teramat sulit untuk solid dalam artian sesolid koalisi petahana. Dengan demikian, tidaklah mengherankan bila Eyang Senopati Wirang menyampaikan perkiraaan bahwa Jokowi dan pasangannya memiliki peluang yang lebih besar untuk menang.

Kemenangan Jokowi tersebut bukan berarti dapat diraih dengan mudah karena meremehkan koalisi oposisi pimpinan Prabowo dapat berakibat fatal berupa kekalahan Jokowi yang menyakitkan. Penglihatan pertama Eyang SW adalah bahwa Jokowi akan kalah, penglihatan tersebut sedikit berubah manakala Pemerintahan Jokowi memperbaiki diri dengan lebih jujur sedikit. Khusus catatan dukungan intelijen akan sangat vital, terutama analisa dan operasi luar negeri BIN, sepintas tidak masuk akal bukan? mengapa analisa dari agen BIN di luar negeri dan bukan dari mereka yang setiap hari berurusan dengan isu politik dan keamanan dalam negeri? Karena disanalah mutiara BIN tersembunyi.

Penglihatan kedua Eyang SW, Jokowi berpotensi menang paska operasi penggembosan Prabowo dengan keterlibatan intelijen. Hal ini akan dengan mudah terdeteksi oleh SBY yang dengan piawai akan memberikan tekanan kepada intelijen. Semoga intelijen akan kembali ke jalur yang lurus untuk netral dari pertarungan politik nasional, atau minimal meningkatkan kecerdikannya untuk tidak terdeteksi siapapun ketika mencoba untuk terlibat dalam politik. 

Penglihatan ketiga Eyang SW, pertarungan Jokowi - Prabowo akan menjadi sangat unik karena Jokowi dan para pendukungnya begitu ketakutan dengan ancaman politik identitas Islam. Sementara Prabowo dan pendukungnya justru berkonsentrasi dengan isu ekonomi yang lebih praktis dan mendasar untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Cukup sulit untuk mengetahui siapa calon wakil presiden yang akan mendampingi Prabowo karena penglihatan Eyang SW tidak dapat dihitung secara rasional. Beliau melihat seorang yang muda di bawah 50 tahun yang menguasai bisnis dan ekonomi serta merupakan pelaku bisnis yang handal yang juga ahli strategi. 

Lalu siapa yang akan keluar jadi pemenang? Peribahasa kuno menyebutkan penglihatan pertama adalah yang terkuat maka ikutilah, namun sayang Eyang SW tidak sempat memastikannya. Satu-satunya pesan Eyang SW yang jelas adalah agar menjaga BIN dari inflitrasi kepentingan politik kekuasaan dan dominasi kekuatan tertentu yang menyebabkan intelijen menjadi tumpul dan tidak netral. Namun pesan untuk BIN tersebut tidak menjawab teka-teki siapa yang akan menjadi pemenang dalam pilpres 2019. 

Secara logika perhitungan politik dan matematika, Jokowi dan pasangannya akan menang karena partai pendukung akan lebih banyak, merupakan petahana serta secara survei juga tertinggi elektabilitasnya sampai dengan tahun 2018-2019. Namun mengapa tampak kekalahan Jokowi dalam penglihatan pertama Eyang SW? Faktor apa yang menyebabkan kekuatan yang besar justru kalah dari kekuatan yg lebih kecil dari koalisi oposisi? Apakah BIN akan berperan besar dalam menyampaikan informasi-informasi penting yang dapat menguntungkan salah satu kandidat dengan analisanya yang tajam. Ataukah Prabowo akhirnya dapat menemukan mutiara BIN yang tersembunyi?

Mutiara Badan Intelijen Negara dapat memperkirakan kondisi strategis 2019 dengan sangat baik dengan tetap netral dan mengedepankan profesionalisme. Namun tidak banyak analis BIN yang memiliki kemampuan tersebut dan mereka yg benar-benar intel cenderung menghindari sorotan pejabat tinggi BIN dan bersikap rendah hati. Tidak mengejar pangkat dan uang, tidak terlalu peduli jabatan, dikenal publik tidak terkait BIN, atau tidak dikenal sama sekali. Menguasai berbagai teknik intelijen serta memiliki wawasan yang luas tentang yang ghaib.

Wejangan Eyang SW sepintas sangat aneh dan tidak masuk akal. Bagaimana mungkin di tahun 2017 ini, intelijen masih bermimpi memadukan rasionalitas/intelektual, informasi yang akurat, teknik dan strategi, serta penglihatan bathin yang tajam? Apalagi pengetahuan tentang yang ghaib. Benarkah masih ada agen-agen BIN berkemampuan tinggi seperti era Presiden Suharto yang mampu mengakses seluruh dunia paranormal Indonesia sekaligus ahli strategi berpendidikan tinggi dengan analisa yang tajam?  Karena tingkat kerahasiaan yang sangat tinggi, orang-orang seperti itu hanya diketahui oleh Yoga Soegama dan kemudian sebagian kecil menjadi incaran dan dicari-cari oleh Ali Murtopo dan Benny Moerdhani. Bila dihitung dari masa kerja, mereka semua seharusnya sudah punah. Namun entahlah, kadang kala orang-orang tersebut muncul kembali dalam wajah yang berbeda dari generasi yang berbeda sebagaimana penglihatan Eyang SW. 

Salam Intelijen
SW







Read More »
10.30 | 0 komentar