Rabu, 28 Desember 2016

Propaganda Hitam Syrianisasi (Mensuriahkan) Indonesia: Peringatan untuk Umat Islam Indonesia

Perang saudara di Suriah sudah menjadi catatan sejarah yang jelas dengan karakter khusus berupa konflik internal dan eksternal (regional dan global) yang tidak terhindarkan. Sejak 15 Maret 2011 perang saudara tersebut berlangsung lebih dari 7 tahun, bahkan dalam skala yg lebih kecil hingga saat ini. Setidaknya ada 7 karakter khusus perang saudara di Suriah. Pertama, ciri utama perang saudara Suriah adalah adanya empat kelompok besar yang bertikai yakni:

  1. Pemerintah Suriah pimpinan Bashar Al Assad dukungan Rusia, Iran dan Irak
  2. Aliansi Kelompok Oposisi (Syrian National Army, Syrian Liberation Front, dll)
  3. Aliansi Federasi Demokratik Suriah Utara (Syrian Democratic Forces, dll)
  4. Islamic State Of Iraq and the Levant (ISIL) atau ISIS. Negara Islam di Irak dan Syam
Dimana di antara satu dengan yang lainnya saling berperang dengan musuh bersama ISIL/ISIS karena ISIS memusuhi semuanya. Pemerintah Suriah juga menjadi musuh bersama karena penindasan terhadap umat Islam Sunni secara umum.

Kedua, perbedaan mendasar konflik Sunni (non-pemerintah) - Syiah (pemerintah) juga menjadi karakter yang menyebabkan konflik sulit didamaikan melalui jalur dialog karena minimnya rasa saling percaya.

Selanjutnya...


Ketiga, pemberontakan bersenjata dimungkinkan untuk terjadi karena pecahnya militer Suriah menjadi pro-pemerintah dan pro-pemberontak yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan politik dan kepentingan ideologi.

Keempat, kebijakan politik dan keamanan Presiden Bashar al Assad bersifat represif serta tidak membuka ruang dialog dengan pihak oposisi. Hal itu diperburuk oleh sikap oposisi yang keras, sehingga ketika sikap keras bertemu dengan sikap keras, konflik bersenjata tidak terhindarkan.

Kelima, berkembangnya kelompok radikal bersenjata Islamic State (IS) yang semakin memprovokasi kelompok oposisi dalam negeri Suriah untuk menempuh jalan pemberontakan karena Pemerintahan Bashar Assad tidak bergeming untuk membuka diri secara demokratis.

Keenam, kasus penggunaan senjata kimia yang simpang siur kebenarannya. Apakah benar merupakan perbuatan kejam Pemerintahan Bashar al Assad ataukah hoax yang dikembangkan oleh pihak-pihak yang ingin memicu terjadinya perang saudara di Suriah.

Ketujuh, kepentingan regional dan global. Untuk kepentingan regional, negara-negara besar di kawasan Timur Tengah yakni Iran, Irak, Arab Saudi, dan Turki memiliki kepentingan yang besar sehingga bersimpati kepada salah kelompok yang bertikai. Sementara untuk kepentingan global, adalah terlibatnya Rusia membela rezim Assad guna menghindari terjadinya situasi seperti di Irak dan Libya, dan terlibatnya AS dan sekutunya untuk menjaga pengaruh Barat di kawasan Timur Tengah.


Perang Saudara di Suriah dan Indonesia

Analisa intelijen ini diangkat bukan untuk membahas secara detail masalah perang saudara di Suriah yang dapat anda pelajari dari data-data terbuka media massa maupun buku-buku yang sudah banyak terbit dalam bahasa Inggris. Beberapa contoh buku dapat saya rekomendasikan misalnya:

Masih banyak buku-buku lain, laporan PBB, hasil penelitian lembaga Think Tank terkemuka dunia yang dapat dijadikan rujukan dalam memahami apa yang terjadi di Suriah serta mengapa perang saudara terjadi di Suriah. Bahkan kemungkinan besar berbagai hal yang di tahun 2017 ini belum dapat dipahami, akan terbit buku-buku baru di masa mendatang yang menjawab pertanyaan kita tentang konflik Suriah.

Secara khusus saya mengangkat isu ini terkait dengan situasi di Indonesia, khususnya yang dihadapi oleh umat Islam Indonesia. Apa pentingnya masalah di Suriah dengan situasi di Indonesia?

Pertama, intelijen Indonesia sudah mendeteksi adanya gerakan yang akan mempropagandakan perang saudara di Suriah sebagai sesuatu yang mungkin terjadi di Indonesia. Propaganda hitam ini sangat mirip dengan propaganda Balkanisasi Indonesia (pecahnya Yugoslavia) dimana pada sekitar tahun 1997-1999 terjadi berbagai pandangan dan analisa seolah Indonesia akan pecah seperti negeri di kawasan Balkan, dimana Yugoslavia pecah dan menjadi beberapa negara baru. Analisa Syrianisasi atau menSuriahkan Indonesia juga akan dikembangkan oleh kelompok tertentu untuk kepentingan tertentu pula, khususnya kepentingan politik pilpres 2019 dalam rangka memecah belah umat Islam Indonesia.

Kedua, situasi di Suriah dari berbagai sisi tidak dapat dibandingkan dengan situasi di Indonesia karena 7 karakter khusus konflik di Suriah dapat dikatakan tidak terjadi di Indonesia, khususnya terkait dengan pemerintahan minoritas Syiah vs mayoritas Sunni dan perpecahan dalam tubuh militer negara Suriah. Indonesia juga negara demokrasi sejak tahun 1998 yang secara susah payah membangun sistem politik yang membuka saluran aspirasi warga negaranya. Sangat berbeda dengan Suriah yang otoriter militeristik dimana kebijakan yang represif menyebabkan rakyatnya memberontak. Dalam konteks regional, Indonesia adalah negara terbesar di kawasan Asia Tenggara sehingga kepentingan negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Brunei, Papua Nugini,  Pasifik, bahkan Australia adalah mendukung demokrasi dan situasi damai di Indonesia. Semetara itu, kepentingan global misalnya AS, Rusia dan China akan memandang Indonesia sebagai stabilisator kawasan. Bagi Rusia, Indonesia terlalu jauh untuk dipengaruhi, akan lebih tepat bila Indonesia berada dalam perebutan pengaruh antara AS dkk vs China, itupun lebih banyak di bidang ekonomi. Kasus konflik Sunni-Syiah di Indonesia sifatnya terbatas dan bukan konflik nasional seperti di Suriah. Kekuatan simpatisan Negara Islam (IS) dapat dikatakan sangat kecil yakni mereka adalah kaum takfiri khawarij yang jumlahnya sangat kecil di Indonesia seperti kelompok yg menganjurkan dan melakukan terorisme.

Ketiga, setiap upaya yang mencoba mempropagandakan Syirianisasi atau MenSuriahkan Indonesia diduga kuat dilakukan oleh oknum sbb:
  1. Kaum Syiah radikal yang berupaya memperoleh tempat dalam sistem sosial dan politik Indonesia dengan mempengaruhi mayoritas nasionalis Indonesia yang cenderung curiga kepada politik Islam yang damai. 
  2. Mereka yang merasa posisinya dapat terganggu apabila kekuatan politik Islam menjadi dominan di Indonesia. Kelompok ini mencakup yg memiliki kepentingan politik dan ekonomi.
  3. Mereka yang merasa terancam rezekinya karena berkembangnya dakwah Islam yang merujuk kepada dalil Al Qu'ran dan Hadist serta pandangan ulama Salaf. Kelompok ini sesungguhnya termasuk Sunni namun menjadi pelaku-pelaku bid'ah dan pendukung pemeliharaan budaya sesat bangsa Indonesia. Ciri khasnya adalah sinkritisme agama Islam dengan keyakinan lain, pembodohan umat Islam dengan faham-faham klenik serta berlebih-lebihan dalam beragama yang tidak berdasarkan kepada contoh-contoh yang diberikan Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi Wassalam, para sahabat dan ulama salaf.
  4. Intelijen yang tumpul karena kurang mengerti dampak negatif dari propaganda sesat membandingkan Indonesia dengan Suriah.
  5. Kelompok kepentingan yang hanya ingin melihat kekacauan di Indonesia dengan menciptakan ketakutan-ketakutan tanpa dasar dengan menyebarkan fitnah-fitnah keji berupa radikalnya umat Islam yang tidak sehaluan dengan kelompok tsb.
Keempat, lemahnya sebagian besar rakyat Indonesia baik Muslim maupun non-Muslim dalam berpikir kritis serta malasnya untuk belajar secara sungguh-sungguh menyebabkan propaganda hitam yang membandingkan Indonesia dengan Suriah dapat berkembang subur. Hal itu bukan saja karena penonjolan aspek ISIL/ISIS yang jelas radikal dengan melakukan kekerasan, namun juga akan berkembang upaya labelisasi radikal kepada siapapun yang tidak sejalan secara politik. Apabila dikaitkan dengan tahun politik 2018-2019 yang akan datang maka labelisasi radikal akan dilakukan kepada Masjid, Ulama, dan tokoh-tokoh yang kritis terhadap Jokowi. Akan terjadi identifikasi yang kabur antara intoleransi dengan radikal, dimana hal-hal yang dinilai intoleran akan dilabelkan dengan radikal. Hal ini akan menimpa mereka yang dituduh membawa faham Wahabi dari Saudi Arabia, penyebar manhaj Salafi, serta siapapun yang kritis terhadap faham Aswaja versi Nahdlatul Ulama. Aswaja atau Ahlus sunnah wal jama'ah akan diklaim dalam dua versi besar yang akan dibentur-benturkan yakni: 
  1. Aswaja yang berarti bermazhab Syafi'i, berakidah Asy'ari dan Maturidi, serta bertasawuf tazkiyatun nafsi Junaid al Baghdadi dan Abu Hamid al Ghazali.      
  2. Aswaja yang berarti jalan yang ditempuh Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi Wasallam dan para sahabat serta ulama-ulama Salaf.
Sesungguhnya aswaja tersebut tidak terbatas kepada definisi nomor 1 dan lebih tepat bila merujuk kepada nomor 2. Namun demikian harus kita pahami bahwa aswaja versi nomor 1 adalah juga benar dan lurus dan merupakan bagian dari nomor 2. Dalam soal mazhab, 4 mazhab besar yakni Maliki, Syafi'i, Hanafi, dan Hambali semuanya aswaja. Kemudian dalam soal akidah sepanjang kita berpegangan kepada Al Qur'an dan hadits shahih dan hasan, maka Insya Allah selamat. Sedangkan dalam soal tasawuf tidak ada kewajiban untuk melaksanakan ajaran ulama sufi dan kita harus kembali kepada ajaran akhlak dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam dengan berbagai contohnya. Adapun ajaran Al Ghazali tentang hati baik untuk dipelajari, namun bukan suatu pokok panduan dalam mencapai kebersihan hati karena pokoknya tetap Al Qur'an dan hadits. Sementara itu, diperlukan kehati-hatian dalam belajar tarekat sufiyah termasuk aliran sufi mu'tabaroh versi Nahdlatul Ulama (NU). Hal ini bukan berarti kami melarang, namun periksalah secara teliti aliran-aliran sufi yang 45 dianggap standar oleh NU apakah menambang keimanan anda kepada Allah Subhanahu wa ta'ala, atau justru menjerumuskan anda ke dalam suatu pemahaman yang justru menjauh dari Allah Subhanahu wa ta'ala misalnya dengan tujuan mencari kesaktian, kenikmatan dunia, dan hal-hal selain Allah Subhanahu wa ta'ala.  

Aswaja merupakan benteng umat Islam dari penafsiran ajaran Islam banyak mengalami penyimpangan khususnya dari kelompok-kelompok khawarij, syiah, rafidhah (syiah) murjiah, mu'tazilah, qadariyah, jabariyah, jahmiyah, mujassimah, zindiq, takfiri, karramiyah, kullabiyah, mulahidah (atheis), liberal, orientalis, humanis dan pendukung LGBT mungkin masih banyak yang lainnya khususnya dengan ciri perbuatan bid'ah yang jelas, sangat fanatik, dan menyebarkan kebencian. Di luar itu dalam soal karakter manusia, perlu diperhatikan bahaya kalangan munafik atau munafiqun yang sungguh besar penyakit di hatinya.

Seluruh ormas Islam Sunni Indonesia seperti NU, Muhammadiyah, Persis, Perti, Al Irsyad, dan lain sebagainya yang masih merujuk kepada Al Qur'an dan hadits shahih dan hasan berada dalam satu persatuan Islam aswaja. Seyogyanya tidak ada klaim sesama aswaja. Namun biasanya selalu terjadi fitnah adu domba sesama aswaja yang dilakukan oleh kelompok-kelompok sesat yang takut dengan bersatunya umat Islam Indonesia.

Kelima, pilar persatuan Indonesia yang terkuat adalah TNI, Polri, dan BIN yang solid dalam menjaga NKRI dan tidak terpecah belah dalam aliran-aliran politik serta NETRAL dalam pemilu yang demokratis. Apabila ketiga lembaga tersebut terdeteksi mulai tidak netral serta memainkan isu-isu keamanan, maka bibit perpecahan akan segera lahir karena di dalam ketiga lembaga tersebut saya yakini banyak yang jujur dan idealis serta menentang politisasi lembaga untuk kepentingan kelompok politik tertentu. Apa yang terjadi di Suriah adalah perpecahan dalam tubuh organisasi keamanan nasional Suriah, khususnya militer sehingga perang saudara memungkinkan untuk terjadi. Semoga TNI, Polri, dan BIN tidak mengalami perpecahan sebagai akibat dari persaingan politik kekuasaan.

Keenam,  politisasi isu Syrianisasi atau menSuriahkan Indonesia akan menguntungkan musuh-musuh umat Islam Indonesia siapapun dia orangnya. Dengan alasan peringatan bahaya konflik, sesungguhnya mereka yang menghembuskan propaganda Syrianisasi Indonesia justru sedang memprovokasi konflik dan mengharapkan reaksi keras khususnya dari pemerintahan Jokowi dengan menggenjet kelompok Islam yang dilabelisasi radikal karena isu intoleransi misalnya terkait kasus penista Agama Ahok. Sementara itu, sang propagandis jahat itu juga berharap reaksi keras umat Islam agar terus menyuarakan sikap yang cenderung anti pemerintah.

Ketujuh, dalam konteks pilpres 2019, diperkirakan mereka yang mempropagandakan Syrianisasi Indonesia tersebut ada dipihak pendukung Jokowi serta akan rajin melabelkan radikal kepada kelompok Islam pendukung oposisi. Mudah-mudahan perkiraan ini keliru, karena apabila benar, maka tanda-tanda kekalahan Jokowi dapat bermunculan justru karena sikap blunder para pendukungnya yang fanatik dan agresif.

Semoga bermanfaat dan dapat menjadi rujukan pada saat fitnah Syrianisasi disebarkan suatu saat nanti. Semoga Allah Subhanahu wa ta'ala selalu melindungi umat Islam Indonesia dari fitnah-fitnah yang mengadu domba sesama Muslim. Sungguh seluruh Muslim bersaudara dan berhati-hatilah terhadap informasi, ceklah kembali, berpikir kritislah, cek ulang kembali, perhatikan isi dan referensinya, perhatikan pula tujuan yang biasa tersirat dalam setiap tulisan, termasuk tulisan saya ini. Kebenaran hanya milik Allah Subhanahu wa ta'ala dan bila ada kekeliruan itu adalah kekhilafan saya sebagai hamba yang dhaif dan banyak kekeliruan.

Salam Intelijen
Senopati Wirang


Read More »
20.13 | 0 komentar

Kamis, 22 Desember 2016

Siaga 1 Natal dan Tahun Baru 2017

Kepada seluruh jaringan Blog I-I di Indonesia dan luar negeri, meskipun bukan bagian kewajiban sebagaimana Intelijen resmi dan polisi, ada baiknya untuk turut serta tetap memperhatikan lingkungan, mendeteksi kemungkinan adanya bahaya bukan saja pada liburan akhir tahun dan tahun baru 2017, namun setidaknya hingga akhir Januari sebagaimana peringatan yang pernah Blog I-I sampaikan dalam artikel Waspada Ancaman Teror Desember 2016 dan Tahun Baru 2017.



Blog I-I sebagai pihak pertama yang menyampaikan secara terbuka kepada publik tentang  meningkatnya potensi ancaman teror pada Desember 2016 dan Januari 2017 mohon maaf kepada Polri dan Intelijen karena seharusnya hal ini dilakukan oleh kedua lembaga tersebut. Namun alhamdulillah, puji Tuhan bahwa Polri dalam hal ini Densus dan BIN telah bekerja maksimal dalam deteksi dini dan cegah dini terhadap ancaman teror sejalan dengan peringatan dari Blog I-I.

Penangkapan sejumlah tersangka teroris dan pengungkapan rencana aksi teror bom seringkali dipandang "remeh" karena efek kagetnya masyarakat lebih kecil daripada aksi bom itu sendiri apabila terwujud. Padahal pencegahan adalah yang terbaik dan hal ini merupakan prestasi yang sangat tinggi dari Polri dan BIN. Masyarakat dapat merasakan ketenangan karena berkurangnya potensi ancaman sehingga kegiatan mereka dapat berjalan normal. Namun prestasi pencegahan yang sangat bergantung pada operasi intelijen dan penggalian dari para tersangka yang terlebih dahulu tertangkap seringkali menjadi kurang menarik atau dipandang biasa saja. Sementara apabila terjadi aksi teror dan kemudian terjadi peristiwa heroik kejar-kejaran bahkan saling tembak kemudian masyarakat menjadi heboh dan berita-berita pun menjadi sangat bombastik?

Hal itu tidak lain karena fantasi dan imajinasi serta ingatan historis manusia yang terkuat adalah ketika mengalami peristiwa teror, sementara pencegahan berarti tidak terjadi peristiwa teror dan dapat memancing pikiran yang menganggap pencegahan tersebut bahkan seolah tidak pernah terjadi. Manusia baru merasakan pedihnya aksi teror ketika menyaksikan kematian, darah yang mengalir dari saudaranya yang tidak tahu apa-apa, atau ketika terjadi kerusakan parah akibat ledakan bom. Tiba-tiba setiap orang membicarakannya dan berkomentar atau mendiskusikannya bahkan hingga berhari-hari, berbulan-bulan dan menembus tahunan seperti peristiwa 9/11 di AS atau Bom Bali. Hal itu bahkan menjadi bagian dari pengalaman personal bila anda ada di lokasi menjadi korban luka, bila anda kehilangan anggota keluarga, atau sekedar berada di sekitar lokasi dan menjadi saksi hidup peristiwa teror.

Imajinasi dan ingatan manusia juga diperkuat oleh berbagai peristiwa teror berdarah di seluruh dunia dan film-film yang menggambarkan betapa kejinya aksi teror bom tersebut. Namun kisah-kisah pencegahan sekali lagi menjadi biasa saja dan bahkan dianggap sudah menjadi kewajiban polisi dan intelijen dalam melaksanakan tugasnya.

Namun ingat! dan ingatlah bahwa pencegahan adalah peristiwa terbaik terkait fenomena terorisme, bahkan sesungguhnya aparat polisi dan intelijen yang terlibat dalam operasi pencegahan tersebut layak mendapatkan apresiasi yang setinggi-tingginya.

Menjelang Natal dan Tahun Baru 2017, tentunya aparat Polisi dan Intelijen melaksanakan kewajibannya untuk siaga dan waspada pada level tertinggi. Jaringan Blog I-I telah menyampaikan masukan dan dilaksanakan dengan sangat baik oleh Polisi dan Intelijen dan akan terus mendukung upaya-upaya Kepolisian dan Intelijen dalam menciptakan rasa aman dengan pencegahan aksi teror.

Semoga tidak ada lagi aksi-aksi teror di bumi tercinta Indonesia Raya.

Salam Waskita Intelijen
Dharma Bhakti

Read More »
17.07 | 0 komentar

Jumat, 16 Desember 2016

Seri Belajar Intelijen: Bagaimana Menjadi Lebih Cerdas?

Dalam rangka mengisi kekosongan artikel dan analisa Blog I-I terkait isu-isu intelijen, keamanan, dan politik nasional Indonesia, maka Blog I-I hanya akan menyajikan artikel-artikel ringan tips dan trick yang semoga bermanfaat untuk seluruh jaringan sahabat Blog I-I di Indonesia dan di luar negeri. Eyang Seno sebenarnya telah menyiapkan kajian keamanan paska Aksi Bela Islam I, II, dan III dimana alhamdulillah seluruh saran Blog I-I dilaksanakan aparat keamanan khususnya Polisi dan Presiden Jokowi, dan terakhir peringatan ancaman teror  yang disampaikan Blog I-I juga telah direspon dengan sangat baik oleh segenap aparat keamanan khususnya Densus 88. Pencegahan sejumlah rencana aksi teror termasuk terungkapnya kemampuan kelompok teroris membuat bom panci dan rencana serangan ke Istana Negara patut diapresiasi. Kepada Kapolri Tito Karnavian jangan risau atau menjadi lemah dengan manuver pihak-pihak tertentu yang mencoba "merendahkan" makna pengungkapan kasus-kasus terorisme yang dituduhkan sebagai pengalihan. Sekali lagi selamat, dan tetaplah bekerja profesional menciptakan rasa aman dan melindungi bangsa dan negara Indonesia dari ancaman keamanan. Mari kita do'akan Indonesia yang aman dari bahaya.

Artikel berikut ini sesuai dengan judulnya hanyalah sebuah sharing pengalaman pembinaan dan pembentukan insan intelijen yang handal yang dapat dipelajari dan dipraktekan oleh sahabat-sahabat Blog I-I untuk kebaikan.

Tidak ada yang khusus, rahasia ataupun spesial dari pelatihan agar seorang intel menjadi lebih cerdas sesuai dengan makna intelijen itu sendiri yang terkait dengan tingkat intelektual yang tinggi. Sungguh akan sangat menyedihkan apabila insan intelijen tidak lebih dari kumpulan orang-orang bodoh yang tidak mengerti hakikat intelijen atau bahkan menjadi kurang percaya diri dengan kemampuannya.

Tips pertama. Pahami tujuan anda dan mengapa anda ingin menjadi cerdas, apabila tidak memiliki tujuan dalam hidup anda maka anda tidak akan mencapai apa-apa melainkan hanya berputar-putar dalam suatu keadaan tanpa ujung.  Tujuan disini ada yang sangat idealis jangka panjang dan ada yang praktis sehari-hari yang dapat dicapai dan selesai dalam waktu singkat. Tujuan idealis terkait dengan cita-cita anda, sedangkan tujuan - tujuan yang sifatnya praktis adalah yang anda hadapi langsung. Misalnya anda masih duduk dibangku sekolah SD, SMP atau SMA bercita-cita menjadi dokter adalah tujuan idealis, sementara secara praktis anda menghadapi pelajaran sekolah umum dan ujian-ujian. Simpanlah dan kuatkanlah tekad idealisme untuk menjadi dokter tersebut  di hati dan pikiran anda, dan hadapilah realita syarat yang harus segera anda kuasai pada level anda sekarang yakni mata pelajaran ilmu-ilmu alam khususnya biologi, kimia serta matematika dan semua mata pelajaran yang akan mendukung cita-cita idealisme anda tersebut sedini mungkin. Apakah otomatis anda akan menjadi cerdas? Belum tentu karena hal itu juga terkait dengan kapasitas otak dan daya serap anda. Sadari sejauh mana level anda apakah jenius, rata-rata, ataukah lemah. Apabila anda termasuk orang jenius maka peliharalah dan jauhi hal-hal yang dapat merusak kejeniusan anda dan niscaya anda akan mudah mewujudkan cita-cita idealis dan tidak perlu tips ini, tetapi bila anda biasa saja atau bahkan cenderung agak bebal dalam menyerap pelajaran maka anda perlu tips ini.

Kecerdasan manusia bukanlah semata-mata  tercermin dari kisah sukses mewujudkan cita-cita idealis, melainkan juga mengerti diri anda sendiri dan mengukur kemampuan serta memaksimalkan kecerdikan untuk bertahan (survive). Anda punya kemampuan biasa saja tetapi ingin menjadi dokter padahal persaingan untuk masuk universitas kedokteran sangat ketat. Nilai anda rata-rata antara 6 dan 7 apakah mungkin bersaing dengan mereka yang memiliki nilai 8 dan 9? Sangat berat bukan?

Hal pertama yang harus anda lakukan adalah perbaiki sikap mental menyikapi realita posisi kemampuan anda saat ini. Anda dapat berserah diri kepada Yang Maha Kuasa namun jangan menyerah dengan menghentikan usaha-usaha memperbaiki diri anda meningkatkan kemampuan anda dan menaikkan nilai anda dengan ketekunan belajar. Ah semua juga tahu kuncinya belajar, belajar dan belajar bukan? Belajar disini bukan hanya terpaku pada buku dan latihan dari mata pelajaran, melainkan bagian dari memahami diri anda, misalnya: mengapa anda sulit menghafal, mengapa anda sulit memahami konsep ruang dan waktu, mengapa anda sulit memahami angka-angka, mengapa anda gagal paham bahasa verbal, dan seterusnya. Sempatkan bertanya pada diri sendiri tentang persoalan yang dihadapi ketika belajar...terus ulangi dan tanya diri anda sendiri.

Sebagian besar mereka yang bernilai biasa atau atau rendah mengalami kesulitan konsentrasi atau cenderung menyerah dan malas. Dalam pelatihan insan intelijen khusus, ujian pertama yang diberikan kepada peserta pelatihan adalah mengukur daya konsentrasi calon intel. Manusia ada yang dikaruniai daya konsentrasi yang tinggi sehingga mudah dan cepat memahami pelajaran apapun dan mereka sering tampak sebagai orang yang cerdas, padahal semua semata-mata hanya perbedaan waktu penyelesaian sebuah masalah ujian. Artinya dengan pelatihan setiap orang dengan syarat standar (ma'af maksud saya tidak memiliki masalah mental, kejiwaan, atau problem yang terkait dengan intelektualnya yakni IQ rata-rata antara 85 - 115) berpotensi untuk sukses menjadi cerdas dan mewujudkan cita-cita idealisnya. Artinya anda jangan terpaku pada masalah IQ tinggi untuk sukses dalam hidup anda.

Tentu saja di dunia intelijen sesungguhnya persyaratan IQ menjadi lebih tinggi karena akan lebih mudah melatih mereka yang sudah memiliki standar yang tinggi dan juga akan menyingkat waktu pelatihan.

Kembali kepada pelatihan intelijen, bagi mereka yang memiliki daya konsentrasi relatif kurang langkah awal untuk membangkitkan kemampuan konsentrasinya adalah dengan motivasi yang menjadi daya tarik terbesarnya. Misalnya mengapa seseorang mampu menghabiskan waktu berjam-jam untuk main game di komputer namun ngantuk apabila membaca buku sejarah? Apakah anda termasuk golongan ini? Mengapa pula ada orang yang takut dengan matematika namun dapat menghabiskan waktu yang sangat lama untuk mencoret-coret kertasnya dengan gambar-gambar yang menarik? Ada yang sekolah formalnya tidak tinggi namun sukses menjadi pengusaha. Ada yang mampu menghafal Al Quran walaupun pelajaran sekolah umumnya biasa saja. Ada yang sekolah dasar menengahnya biasa saja namun dapat menjadi profesor. Ada yang tidak masuk universitas namun menjadi juara dunia di bidang olah raga. Ada yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain alat musik dan biasa saja dalam pelajaran sekolah. Berbagai kisah sukses dengan kelebihan di satu bidang dan lemah di bidang lain sangat banyak contohnya, hal itu semua mencerminkan kecerdasan yang luar biasa bukan? Artinya jangan pernah berputus asa dan carilah bidang dimana anda tanpa terasa meluangkan waktu yang lama dan anda tidak pernah bosan mengulanginya. Daya tarik merupakan motivasi terbesar dalam menjadi cerdas dalam hidup anda. Terkait dengan daya tarik dan motivasi ini tentunya hindari yang negatif, misalnya anda senangnya bermalas-malas, main game, minum minuman keras, dan menghabiskan waktu dengan hal-hal yang kurang berguna, itu semua akan merusak hidup anda lahir dan bathin.

Kembali kepada cita-cita menjadi dokter, periksalah kembali apakah daya tarik dunia kedokteran sungguh-sungguh mengalir di darah anda dan menjadi penggerak daya belajar anda. Motivasi ini dapat bersumber dari pengalaman di anggota keluarga dan anda mencontohnya, dapat dari niat suci anda ingin menolong sesama manusia dari penderitaan penyakit, dapat juga karena motivasi status, motivasi kekayaan, dan lain sebagainya terserah kepada anda menyikapinya. Tetapi tanpa ketertarikan dan kuatnya motivasi anda, maka cita-cita mejadi kosong dan hampa dan hampir dapat dipastikan sulit terwujud karena anda tidak pernah mempersiapkan diri secara sungguh-sungguh.

Memahami tujuan dan keinginan menjadi cerdas berarti memeriksa dan mengenali diri dan menggali motivasi yang terpendam di dalam diri anda. Ketika anda telah dilihat oleh orang lain sebagai manusia cerdas, anda tidak akan menyadarinya atau bahkan menyombongkan diri karena waktu anda akan habis dengan kesenangan dalam bidang yang anda geluti.

Setelah tahu level konsentrasi, memahami motivasi diri anda, lantas apa lagi? Bila anda sudah tahu level konsentrasi anda maka buatlah pola yang khas milik anda sendiri. Misalnya anda mampu membaca buku pelajaran paling lama 30 menit, maka jangan memaksakan diri untuk membaca selama 2 jam karena lebih dari 30 menit apa yang anda baca akan cepat lupa. Akan lebih baik bila anda membiasakan pola membaca dan mencatat tersebut dalam rentang waktu level konsentrasi anda dan anda selingi dengan hal lain. Tentunya level konsentrasi 30 menit tersebut termasuk rendah dan secara bertahap perlu ditingkatkan. Posisi ideal gabungan dari daya konsentrasi dan daya tarik motivasi adalah ketika anda sudah tidak menyadari bahwa anda membaca buku berjam-jam dengan senang hati bahkan kadang sampai lupa makan.

Pola belajar khas setiap orang berbeda-beda, namun kuncinya adalah disiplin artinya yang sedikit namun berulang-ulang akan memberikan efek yang lebih besar seiring dengan bergulirnya waktu dan suatu saat mungkin anda akan heran dengan kemampuan diri anda yang sudah meningkat pesat. Bahkan ketika anda suksespun kadang masih bertanya-tanya, ah mimpi apa semalam bahwa akhirnya cita-cita anda terwujud padahal anda tidak pernah merasa menjadi orang yang cerdas walau orang lain terkagum-kagum dengan kecerdasan anda.

Semoga bermanfaat,
Dharma Bhakti



Read More »
17.39 | 0 komentar