Senin, 10 November 2014

Pemanfaatan Poros Maritim Indonesia

Berdasarkan informasi jaringan Blog I-I di luar negeri, diperkirakan akan terjadi upaya pemanfaatan konsep poros maritim Indonesia yang "mentah" oleh beberapa negara yaitu AS, Russia, China, Australia, dan Jepang. Negara-negara tersebut dengan mudah telah mengukur kemampuan Indonesia khususnya secara ekonomi dan keamanan laut (penegakan hukum di laut dan kedaulatan/militer). Berbagai kelemahan infrastruktur maritim Indonesia bukan saja disebabkan oleh kurangnya pelabuhan yang memadai, melainkan juga oleh keterbatasan jumlah kapal termasuk kapal nelayan dan kapal patroli penegak hukum dan kapal TNI AL. Kelemahan tersebut menjadi sempurna manakala mentalitas nelayan Indonesia jauh berada dibawah kualitas mental bahari nelayan Vietnam dan Thailand yang kerap melakukan pencurian di laut Indonesia.

Beberapa pemanfaatan secara strategis yang akan terjadi karena ketidakmampuan Indonesia sehingga membutuhkan investasi asing adalah dalam bentuk pembangunan infrastruktur maritim yang nantinya akan memfasilitasi kelancaran apa yang dipropagandakan sebagai Tol Laut. Selain itu juga dalam penyediaan kapal-kapal baru dan pemeliharaan serta alih teknologi. Revolusi yang dikumandangkan Pemerintahan Jokowi diperkirakan akan bersifat hangat-hangat tahi ayam, dimana semangat membabi buta dengan ambisi besar tersebut akan segera pudar seiring dengan munculnya persoalan-persoalan dalam rangka mewujudkan ambisi maritim Indonesia. 

Belajar dari pengalaman modernisasi maritim berbagai negara, khususnya Inggris yang pernah mendeklarasikan bahwa matahari tidak pernah tenggelam bagi Inggris Raya karena penguasaan laut dan kolonisasi di berbagai belahan dunia, tradisi maritim bukan lahir dari tiba-tiba dan mewujud dalam waktu beberapa tahun saja. Diperlukan derap langkah berbagai pihak yang berlandasarkan pada kesinambungan bisnis yang didukung keuntungan-keuntungan yang nyata dalam menopang pengembangan sektor maritim tersebut. Inggris membangun kemampuan maritimnya selama ratusan tahun. Namun bila kita ingin belajar dari Jepang ketika pernah menjadi kekuatan maritim terkuat ketiga di dunia, hal itu dilakukan dalam rentang waktu sekitar 50 tahun saja, yakni sejak era Bakumatsu (1853-1868) sampai tahun 1920-an. Jepang belajar dari berbagai negara khususnya Inggris untuk membangun Angkatan Lautnya, sementara modernisasi di sektor perikanan laut, mentalitas nelayan Jepang sudah terkenal dengan penjelajahannya dalam mencari ikan dan pemburuan ikan paus hingga saat ini. Boleh dikatakan Jepang dalam waktu 50 tahun melakukan upgrade di berbagai sektor khususnya penguasaan teknologi kelautan yang mencakup teknologi kapal laut dan pengetahuan tentang biota laut dan deteksi kekayaan laut. 

Apabila yang dibidik adalah masalah memaksimalkan industri perikanan laut Indonesia, maka seyogyanya langkah ini dapat dilakukan secara senyap guna menghindari antisipasi pihak-pihak yang selama ini merugikan Indonesia. Fakta menunjukkan bahwa laut Indonesia adalah bagaikan pasar terbuka dimana transaksi jual beli ikan segar terjadi di laut. Tidak semua nelayan asing melakukan pencurian, seringkali nelayan Indonesia juga melakukan penjualan dengan harga "murah" kepada asing karena bagi nelayan Indonesia harga yang ditawarkan asing tersebut tetap jauh lebih baik daripada membawa ikan ke daratan wilayah Indonesia. Selain kurangnya penguasaan teknologi pemeliharaan kualitas ikan segar dan pengolahan ikan di tanah air, daya beli pasar dalam negeri jauh lebih rendah dari pasar internasional. Sementara itu, untuk menembus pasar internasional, Indonesia harus memenuhi serangkaian pra kondisi dalam rangka memenuhi standar kebutuhan ikan segar yang berkualitas. Benar bahwa ikan di laut jumlahnya luar biasa, namun hal itu tidak berarti tanpa batas seolah tidak akan pernah habis. Industri perikanan laut juga harus memperhatikan kelangsungan ketersediaan ikan yang harus dipelajari dengan mempelajari siklus kehidupan di laut sehingga jangan sampai ambisi tersebut terjebak dalam keserakahan yang menyebabkan terjadinya kelangkaan ikan-ikan asli Indonesia yang memiliki nilai tinggi di pasar internasional.

Masalah lain dalam industri perikanan adalah dukungan ketersediaan energi di lokasi-lokasi dimana infrastruktur maritim akan dibangun, misalnya untuk pemeliharaan agar ikan tetap segar baik dengan pengaturan temperatur khusus maupun teknologi pembekuan yang boleh dikatakan masih sangat kurang. Belum lagi soal standar kebersihan dengan sistem sanitasi lingkungan industri maritim yang juga masih kurang karena belum terbiasa dengan sistem yang berstandar internasional.

Hal ini bukan untuk melemahkan semangat, tetapi untuk lebih mendorong keseriusan Pemerintahan dan sektor-sektor terkait untuk bekerja keras dan membuktikan bahwa mental bangsa Indonesia bukan seperti hangatnya tahi ayam yang cepat berlalu.

Pemanfaatan apa yang akan dilakukan negara-negara yang disebutkan pada awal tulisan ini. Pertama adalah investasi dan akses yang lebih luas yang pada suatu saat ketika sektor maritim terlena dapat dengan mudah dikuasai asing karena sistem pasar bebas. Kedua adalah kontrol langsung kepada informasi dasar kekuatan maritim Indonesia yang lemah sehingga dapat dipastikan untuk relatif tetap lemah karena penguasaan teknologi yang dengan mudah didikte. Ketiga adalah memastikan adanya pengaruh negara-negara tersebut yang berkompetisi untuk memastikan bahwa Indonesia tidak akan memainkan manuver politik yang merugikan kepentingan mereka karena sudah terikat oleh MoU kerjasama dan lain-lain.

Terkait dengan pengembangan sektor maritim, sungguh komunitas Intelijen Indonesia sangat sedih dan malu ketika Presiden Jokowi menyampaikan:  "Feeling" Saya, Negara Lain Grogi dengan Indonesia. Pernyataan tersebut entah merupakan refleksi kejujuran yang naif karena kurangnya pemahaman tentang realitas kompetisi kepentingan nasional antar negara, sikap meremehkan negara asing, atau kebodohan karena kurangnya informasi intelijen tentang negara-negara yang dianggapnya grogi tersebut? Mohon maaf sebelumnya, apabila komunitas intelijen resmi tidak berani menyampaikan kritikan tajam, maka izinkan Blog I-I untuk menyampaikan kritikan ini untuk perbaikan di masa mendatang. 

Informasi Intelijen jaringan Blog I-I menyebutkan bahwa Ambisi Poros Maritim Indonesia saat ini di mata negara-negara yang telah memiliki kekuatan maritim tidak lebih sebagai program biasa yang harus dikontrol agar Indonesia tidak benar-benar menguasai sektor ini. Upaya kontrol akan dilakukan melalui operasionalisasi kerjasama dan bantuan-bantuan. Dengan demikian, apa oleh sebagian orang dipikir hebat sebenarnya merupakan kewajiban negara untuk membangun berbagai sektor strategisnya. Semua upaya pengembangan sektor dapat dihitung atau dikalkulasikan dengan sumber daya yang dimiliki dan cara-cara mewujudkannya. Sumber daya yang dimiliki Indonesia jelas terbatas karena disamping harus terus memelihara momentum pertumbuhan ekonomi dan menekan inflasi, Indonesia harus mengembangkan sektor maritim yang selama ini terbengkalai. Kemudian juga caranya harus efektif dan realistis, dimana alokasi anggaran untuk sektor maritim seyogyanya tidak mengganggu sektor lain yang juga menjadi prioritas.

Masalah maritim bukan masalah yang mudah dan murah sehingga diperlukan kehati-hatian dan kerja keras serta sikap pantang menyerah. Saran Blog I-I, ambillah sikap dan propaganda yang lebih low-profile dengan prioritas-prioritas yang jelas sesuai kemampuan nasional. Andaipun akan mengundang investor asing, pilihlah sektor-sektor yang dikemudian hari dapat dipastikan tidak akan dikuasai asing. 

Sekian, semoga bermanfaat
Salam Intelijen
Senopati Wirang

 



Read More »
15.28 | 0 komentar

Rabu, 05 November 2014

Menilik Calon Kepala BIN dan Kepemimpinan Nasional

Atas permintaan Agen P-Five, artikel ini tidak dapat diakses oleh pembaca Blog I-I

Read More »
05.39 | 0 komentar

Minggu, 02 November 2014

TrioMacan2000 Korban Blog I-I?

Kepada seluruh jaringan Blog I-I dan pembaca serta siapapun yang memiliki kepentingan dalam isu TrioMacan2000 dan berbagai jenis akun sosial media yang mengatasnamakan Komunitas Intelijen, perlu disadari bersama bahwa kebanyakan akun-akun tersebut berisi Intel Wannabe yang tersesat dengan permainannya sendiri tanpa bimbingan hati nurani dan kepentingan rakyat. Mengapa saya katakan demikian?
Pertama karena informasi adalah power dan bila anda memiliki power maka anda memiliki tanggung jawab yang besar, dalam kode etik dan sumpah intelijen anda harus menjaga amanat informasi rahasia tersebut dengan nyawa anda. Kebanyakan intel amatir atau masih hijau/baru akan merasa berat memegang rahasia akibatnya ada yang menjadi sangat tertutup dan ada pula yang justru jadi ember merasa bangga dengan informasi tersebut, dan ada yang terjebak menjadi pelaku kriminal dengan memanfaatkannya untuk keuntungan material alias praktek pemerasan sebagai telah ditengarai Blog I-I sejak lama. 

Kepentingan Blog I-I membongkar akun-akun komunitas intelijen palsu tersebut adalah bukan membungkam kebebasan berpendapat dan menutup pengungkap kebenaran karena setelah dipelajari teknik propaganda yang dipilih oleh akun-akun sosmed tersebut adalah mencampur "kebenaran relatif" yang belum terbukti dengan pembentukan opini yang dipaksakan dengan argumentasi-argumentasi yang seringkali tidak saling berhubungan atau teknik gotak-gatuk menjadi "nyambung".

Namun hal ini tidak berarti Blog I-I bermusuhan atau membuka front karena jaringan Blog I-I hanya menyajikan informasi tandingan yang dapat dipertanggungjawabkan dan membiarkan publik untuk melakukan penilaian yang obyektif. Blog I-I adalah komunitas intelijen non-Pemerintah yang pertama lahir di Indonesia Raya dan terus berkarya bersama-sama seluruh komponen rakyat Indonesia sebagai mata dan telinga yang sukarela dalam nuansa pendidikan dan bukan provokasi atau pengungkapan-pengungkapan informasi yang membuat kegaduhan yang kemudian diwarnai pemerasan. Meskipun Blog I-I menyimpan begitu banyak rahasia di negeri ini, namun bila anda baca artikel-artikel Blog I-I sejak tahunan silam tidak ada satupun yang membahayakan kepentingan bangsa dan negara. Itulah hakikatnya menjadi RONIN sejati karena ketiadaan MASTER yang mengendalikan perikehidupan Senopati-Senopati Merah Putih yang bersumpah siap mati untuk Indonesia Raya.

Kami prihatin dengan pemanfaatan nama komunitas intelijen dan pencemaran nama baik prajurit perang fikiran dengan akun-akun sosmed yang seolah-olah bekerja untuk kepentingan rakyat, namun ternyata melacurkan diri untuk uang. Namun kami tidak anti terhadap siapapun yang memiliki hati nurani untuk mengungkapkan kebenaran dan mengungkapkan kebusukan elit-elit yang menguasai hajat hidup rakyat Indonesia, karena hal itu juga baik untuk perubahan-perubahan yang kita cita-citakan bersama. Namun janganlah anda tergoda untuk melakukan kegiatan kriminal, karena menghancurkan para pelaku korupsi dengan kejahatan pemerasan adalah sama saja kebusukannya.

Bahwa jaringan Blog I-I berperan memberikan pemahaman-pemahaman yang lebih tepat tentang hakikat komunitas intelijen kemudian memakan korban akun-akun sosmed yang mengatasnamakan komunitas intelijen hanyalah efek samping dari kemurnian kegiatan komunitas intelijen tanpa tuan yang hanya berjalan senyap dalam kata demi kata yang harus anda gali lagi nilai-nilai informasi yang terkandung didalamnya. Semoga mereka yang mengatasnamakan komunitas intelijen segera insyaf melanjutkan kontribusi pemikirannya untuk perbaikan dan menghentikan kegiatan kriminal dan sungguh-sungguh mengabdi demi perbaikan bangsa tanpa pamrih.

Semoga bermanfaat,
Salam Intelijen
Senopati Wirang

Read More »
01.50 | 0 komentar

Sabtu, 01 November 2014

Intelijen dan Politik

Beberapa email bernada teguran dan kritik mempertanyakan mengapa Blog I-I lebih banyak menuliskan isu-isu politik daripada yang murni intelijen. Untuk menjawab pertanyaan dan kritik tersebut tentunya pertama-tama yang perlu dipahami adalah bahwa meskipun intelijen sebaiknya steril dari pertarungan politik kekuasaaan di dalam negeri, namun intelijen harus memperhatikan dinamika politik yang berpotensi menghambat atau bahkan mengancam perjalanan bangsa dan negara Indonesia.

Hubungan yang erat antara intelijen dan politik terletak pada fungsi intelijen di setiap negara yang memberikan dukungan informasi atau analisa intelijen kepada pemimpin pemerintahan agar dapat menjalankan roda pemerintahan sebaik-baiknya. Informasi tersebut utamanya sisi keamanan dari seluruh peri kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga tidak akan terhindarkan untuk membahas isu politik. Sementara itu, saya sudah berkali-kali menjelaskan bahwa Blog I-I terikat kode etik dan kerahasiaan negara sehingga tidak akan melakukan kecerobohan yang dapat membahayakan bangsa Indonesia.

Selain itu, fungsi Blog I-I yang utama adalah pendidikan publik akan rakyat Indonesia membiasakan diri untuk selalu melakukan cek dan ricek atas setiap informasi atau gossip yang mengarah kepada merusak sendi-sendi persatuan bangsa atau bertujuan melemahkan potensi Indonesia menjadi negara maju dan sejahtera. Dengan demikian, apa-apa yang rekan-rekan Blog I-I baca di sini bukan suatu upaya adu domba, bukan provokasi kekerasan, bukan penciptaan opini untuk kepentingan tertentu, melainkan suatu sudut pandang yang lebih komprehensif sehingga setiap pembaca blog I-I dapat memutuskan sendiri bagaimana sebaiknya bersikap terhadap suatu isu yang dilihat telah atau akan membahayakan bangsa Indonesia.

Perlu kita sadari bersama bahwa di media alternatif maupun mainstream banyak bertebaran isu dan pemberitaan yang memiliki tujuan untuk kepentingan kelompok, untuk kepentingan uang, dan untuk kepentingan yang dapat membahayakan nasib bangsa Indonesia kedepannya. Segala macam model pemberitaan tersebut akan dapat disaring dengan baik dan tidak menggoyahkan sikap luhur dan lurus dari bangsa Indonesia apabila rakyat kita tidak mudah terhasut dan selalu melakukan pengecekan dan bersikap kritis serta hati-hati sehingga potensi-potensi konflik dapat diredam atau bahkan diselesaikan karena rakyat kita semakin cerdas. Namun manusia adalah tetap manusia dengan segala motivasinya, akan bergerak sesuai dengan dorongan motivasi, dan seringkali faktor keserakahan atau faktor nafsu angkara menguasainya sehingga tidak peduli dengan dampak dari perilaku atau tindakan yang dalam skala nasional dapat membahayakan perjalanan bangsa Indonesia.

Aha! pembukaan artikel ini jadi terlalu menggurui pembaca yang saya yakin sudah paham bagaimana kondisi bangsa Indonesia.

Kembali kepada hubungan intelijen dan politik, bahwa meskipun jaringan Blog I-I memiliki catatan yang lengkap tentang taktik, strategi, niat dan sepak terjang dari Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) yang belakangan ini terus bertikai di legislatif, namun Blog I-I tidak akan mengungkapkan kebusukan politik karena aromanya akan mematikan semangat hidup bangsa Indonesia yang kemarin telah memberikan suaranya demi terselenggaranya kelanjutan perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Blog I-I yakin, kalangan analis dan ahli strategi dalam Intelijen resmi Indonesia sudah melakukan kajian-kajian yang mendalam tentang bagaimana menyelamatkan perjalanan bangsa Indonesia dari pertikaian politik yang dilandasi semangat kelompok dari pada semangat memajukan bangsa Indonesia.

Sebagian kalangan pengamat baik yang telah terungkap di media massa maupun dalam pertemuan-pertemuan yang semakin sering belakangan ini telah menyampaikan pandangan dan analisanya. 
Ada yang menuduh KMP haus kekuasaan dan melaksanakan politik balas dendam. 
Ada yang menuduh KIH menghambat kerja DPR dan MPR serta bermanuver saat menguntungkan.
Ada yang berdalih bahwa apa yang sudah berjalan berdasarkan hukum dan tata tertib lembaga.
Ada yang berdalih bahwa skenario penguasaan DPR dilakuakn untuk mengganjal pemerintah.
Ada yang menyarankan agar pada level elit politik dilakukan pertemuan dan rekonsiliasi yg serius.
Ada yang menyarankan agar menempuh islah politik.
Ada yang merasa bahwa voting/suara terbanyak sudah cukup dalam menentukan pemimpin lembaga.
Ada yang mendesak agar terus dilakukan kesepakatan yang lebih adil sesuai dengan proporsi suara.
Ada yang menyarankan agar setiap individu anggota Dewan memiliki kebebasan diluar fraksi/partai.
Ada yang melihat bahwa suara fraksi/partai mengikat seluruh anggotanya untuk bersuara sama.
Ada yang menuduh demokrasi telah mati.
Ada yang menyatakan bahwa demokrasi tidak selalu musyawarah mufakat.
Dan lain sebagainya, dalam hiruk pikuk pendapat dan pandangan yang akan "membingungkan."

Mengapa saya katakan membingungkan?
Karena rakyat biasa yang telah memberikan suara dan merupakan konstituen dari seluruh anggota Dewan yang terpilih tidak memiliki waktu yang cukup untuk memikirkan bagaimana sebaiknya cabang legislatif dari trias politika seharusnya dikelola. Rakyat biasa hanya akan sekilas mendengar, melihat dan membaca apa-apa yang heboh di gedung perwakilan rakyat, misalnya ketika terjadi hujan interupsi atau ketika terjadi pembantingan meja, atau ketika terjadi perdebatan dengan nada suara yang tinggi yang diliput oleh media massa. Rakyat juga akan mencoba membaca arah dari penilaian para pengamat yang pintar-pintar namun kadang juga terjebak dalam emosi simpatik kepada salah satu koalisi. Rakyat bahkan akan teracuni oleh gaya, cara bicara dan pilihan kata yang secara sengaja dilakukan oleh media massa, sehingga melahirkan suatu "rasa" tidak nyaman atau bahkan menurunkan keyakinan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia akan dapat berlari membangun dirinya dengan semangat mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Rakyat yang mana? Blog I-I mencoba mengatasnamakan rakyat secara umum dan bukan yang terpecah dalam simpatik-simpatik politik yang sebenarnya lebih banyak dimobilisasi ketika partai politik dan politisi membutuhkan suara. Setelah mereka memperoleh suara, apakah mereka memikirkan perasaan, hati dan pikiran rakyat yang telah memilihnya? Tentunya kita menunggu bagaimana drama politik para anggota dewan yang terhormat akan berjalan.

Bahaya dari tersendat-sendatnya perjalanan legislatif sebagai akibat dari pertikaian politik para elit adalah pada kepentingan publik yang akan terabaikan manakala waktu terlalu banyak terbuang karena perbedaan pendapat dan kepentingan yang meruncing kepada detail kepemimpinan dan arah pembahasan di legislatif. Meskipun hal tersebut wajar dalam politik, namun yang ditunggu rakyat Indonesia adalah kedewasaan dan kepedulian yang sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan yang ujungnya belum jelas kemana.

Beberapa alternatif jalan keluar yang sudah pernah juga diungkapkan misalnya:
  1. Pertemuan elit politik yang sungguh-sungguh mencari jalan keluar yang diturunkan dengan perintah kepada struktur partai dibawahnya, sehingga tidak ada kepura-puraan.
  2. KIH membubarkan kepemimpinan tandingan dan mengalah serta membiarkan legislatif dikuasai oleh KMP, namun diimbangi dengan kinerja yang lebih keras dan serius dalam mengawal perjalanan pemerintahan Jokowi-JK. Intinya adalah bahwa sepanjang Pemerintahan Jokowi-JK lurus dan sungguh-sungguh membangun Indonesia demi kemajuan bangsa dan negara, maka tidak akan ada ruang bagi KMP untuk menempuh suatu manuver politik yang mengganggu perjalanan pemerintah.
  3. KMP berbesar hati memberikan kursi kepemimpinan kelengkapan parlemen yang pantas dan proporsional kepada KIH melalui musyawarah mufakat dengan tetap kritis dan serius dalam mengawasi perjalanan pemerintahan Jokowi-JK.
  4. Agar setiap anggota Dewan lebih mandiri dalam mengambil posisi terhadap suatu isu seperti independensi yang lebih luas sebagaimana di Amerika. Hal ini mungkin saja ditawarkan tetapi secara budaya tampaknya sulit karena di AS yang menganggungkan individualisme dan hak pribadi mungkin untuk dilaksanakan, tetapi di Indonesia budaya komunal dan patronisme masih terlalu kuat.
  5. Sebaiknya tidak ada intervensi baik dari eksekutif maupun yudikatif dan terus mendorong agar KMP dan KIH terus membangun komunikasi politik guna mencapai kesepakatan yang dapat mengakhiri kebuntuan politik di legislatif. Pemaksaan salah satu kelompok koalisi sepintas tampak dapat dijalankan, namun hakikatnya itu akan mencabik-cabik persatuan dan kesatuan bangsa yang mana hal ini akan sangat merugikan rakyat Indonesia. Dalam kaitan ini, intelijen dan aparatur keamanan juga sebaiknya tetap di luar pertikaian politik namun terus mengawasi dan mencatat selengkap-lengkapnya sebagai bahan analisa dan pelajaran yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia.
Masalah politik bukanlah masalah yang mudah, bahkan boleh dikatakan kompleks, namun tidak berarti mustahil untuk diselesaikan. 

Demikian catatan saya, mari kita berdo'a bersama semoga para elit politik bangsa Indonesia dibukakan hatinya untuk melihat bahwa yang baik adalah baik, sehingga mereka dapat mewujudkan kebaikan demi bangsa dan negara.

Salam Intelijen
Senopati Wirang





Read More »
01.21 | 0 komentar